"Sya! Fasya!" Ilham memanggilku.
"Hah? Apa?" Tanyaku setengah kaget seraya menutup novel yang sedang ku baca.
"Baca apa? Hehe" Ilham berbasa basi. Matanya menatap ke arah buku yang sedang aku baca.
"Ini? Novel. Fantasi." Jawabku.
"Fantasi? Suka juga yang kaya gini? Kirain cewe cuma suka romance."
"Ngga juga kali. Tadi manggil ada apa?" Aku mengulang pertanyaanku sebelumnya.
"Ajarin nulis aksara jawa, hehe. Besok kan ada ulangan jawa. Ya? Please?" Dia memohon.
"Oh, itu. Ini aku ada contohnya. Coba bikin huruf 'ha' dulu diulang 10 kali." Kataku memerintahnya sembari mengeluarkan kartu bertuliskan huruf - huruf aksara jawa. Ilham menurutiku dan membuka lembar buku kosongnya. Dia mencontoh bentuk huruf aksara jawa 'ha' yang ada di kartuku.
"Nggak gitu bikinnya. Tapi gini, dimulai dari sebelah kiri. Kalau nulis, pensilnya jangan dilepas. Bikin kayak gini 10 ya, aku mau lihat." Aku mencontohkan cara membuat huruf 'ha'. Ilham menurut saja. Setelah melihat cara Ilham membuat sebuah huruf 'ha', pandanganku ku alihkan kembali ke novel yang sempat ku anggurkan tadi.
"Gini?" Ilham menyadarkanku kembali ke dunia nyata.
"Iya gini. Coba tulis 10 lagi sekalian dihafal. Nanti lanjut ke huruf berikutnya ya." Jawabku setelah memperhatikan apa yang ditulisnya. Aku memperhatikan Ilham. Dia lucu kalau serius. Batinku. Aku kembali mengalihkan pandangan kepada novel yang sedang ku baca.
"Buset. Pagi pagi udah berduaan aja. Gercep juga si Ilham. Hahaha." Canda Fino, teman sekelasku sekaligus teman sebangku Ilham.
"Apaan sih. Lagi belajar ini." Ilham menyangkal yang dituduhkan Fino kepadanya. Aku hanya diam membaca novelku.
"Aduuh, belajar apa mas? Belajar mencintai dia? Hahaha." Tawa Fino semakin keras.
"Maaf ya sya, jadi keganggu baca novelnya." Ilham akhirnya mengajakku bicara.
"Hah? Apa? Oh iya ga apa apa. Aku ga ngedengerin hehe." Jawabku sambil memamerkan gigi seriku. Aku memang tidak memperhatikan apa yang diucapkan Fino dan lebih fokus membaca novel.
"Ah, kelas udah rame. Bentar lagi masuk ya? Yaudah aku balik ke bangku aku dulu. Nanti pulang sekolah ajarin aku lagi ya." Ucapnya sambil meninggalkan kursi di sebelahku.
"Iya siap." jawabku singkat.
.♥.
Kamu ingat? Hari itu aku menghabiskan banyak waktu bersamamu. Mungkin waktu itu juga aku mulai menjatuhkan hati padamu perlahan-lahan.
Aduh, udah jam pulang sekolah lagi. Rapatnya belom selesai. Alamat bakal telat nih.
Aku mulai gelisah karena rapat OSIS yang tidak kunjung selesai.Ijin aja deh, daripada ga selesai-selesai. Udah janji juga. Gaenak sama Ilham.
Akhirnya aku ijin untuk meninggalkan ruangan rapat lebih dulu."Ilham, maaf ya aku telat. Rapatnya ga selesai - selesai. Ini juga aku ijin." Sesalku pada Ilham.
"Nggak papa. Kan aku yang minta tolong. Lagian kalo belum selesai rapatnya kenapa ga diselesaiin dulu?"
"Nggak enak sama kamu. Nanti nunggunya lama." Jawabku.
"Yaudah duduk dulu. Ini minum dulu." Dia mengajakku duduk di sebuah gazebo di depan gedung kelas IX dan menyodorkan sebotol minuman dingin.
"Makasih." Aku menerima minuman pemberiannya dan meminumnya.
"Tadi aku udah ngerjain sampe huruf 'wa' loh. Bener ga?" Dia memamerkan pekerjaannya kepadaku.
"Hmmm. Iya bener kok. Coba lanjutin. Udah bisa kayaknya. Aku useless deh hahaha."
"Tapi aku kan orangnya pelupa. Kalo besok lupa gimana?"
"Engga lah. Pasti bisa. Lanjutin dulu aja." Aku membuka novel yang tadi pagi ku baca dan mulai melanjutkan membaca.
"Yeees udah selesai. Gimana? Udah bener?"
...
"Eh, ini si Fasya ketiduran?"
"Sya? Sya? Bangun eh!" Ilham menyenggol lenganku."Eh, apa? Gimana?" Aku masih setengah sadar.
"Udah nih. Pulang yok. Aku bawa motor. Aku anterin ya."
"Nggak usah, aku biasa pulang sendiri kok. Aku pesen ojek onlen aja."
"Anggep aja bayaran kamu ngajarin aku hehehe."
Dannn hari itu pertama kalinya aku dianter kamu pulang.
.♥.
Iya ini anak SMP bawa motor. Jangan hujat:(
Beneran udah bisa kok
Ga buat gegayaan juga:(
KAMU SEDANG MEMBACA
EXPECTANDUM
Short Storykata orang, menunggu itu butuh ketabahan. tidak selalu berbuah manis seperti kesabaran, menunggu tidak mustahil berujung pada penyesalan. kata orang, menunggu itu buang - buang waktu. yang ditunggu tak kunjung memberi kepastian. yang ditunggu tidak...