Bab 3 - Manta dan Hari Kedua

165 4 3
                                    

[Author P.O.V]

“Amalan islam apa yang paling baik?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali. ” (HR. Bukhari no. 6236) 


***

Sebelumnya, setelah pertemuan antara Sabila dengan Hani telah berakhir untuk hari itu, Sabila memutuskan untuk pulang ke rumah karena sudah dijemput oleh ayah kandungnya sendiri. Lalu, setelah sampai di rumah, gadis tersebut langsung mengurus dirinya sendiri dan tiba-tiba dia mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenal. Segera saja Sabila memutuskan untuk membalas pesan tersebut, sambil diselingi dengan aktivitas belajar di kamarnya. Sementara itu di sisi lain, Manta yang diketahui dialah yang sudah mengirim pesan beberapa kali kepada Sabila itu merasa bahagia sekali. Namun ujung-ujungnya, kebahagiaan itu sirna ketika dia mendapat suatu pesan yang menyuruhnya untuk menjauhi Sabila. Siapakah yang mengirim pesan kepada Manta tersebut? Lalu bagaimanakah kisah Sabila selanjutnya?

***

Jauhi Sabila sekarang juga atau kau menyesal!

Satu kalimat yang ada di pesan tersebut cukup membuat hatinya Manta menjadi tersentak. Bagaimana mungkin tiba-tiba ada pesan masuk yang berisi ancaman dan kaitannya lagi-lagi ke Sabila. Seketika itulah cowok tersebut langsung beristighfar. “Astaghfirullahal ‘azhiim ....”

Setelah mengucapkan istighfar, Manta kembali menatap layar ponsel kecilnya. Lagi-lagi dia melihat isi pesan yang tidak masuk akal tersebut. Terpikirlah olehnya beberapa pertanyaan yang belum dapat terjawab pada akhirnya.

Siapa orang yang mengirim pesan padaku? Apa mau dia? Bagaimana tiba-tiba dia mengenalku tanpa memperkenalkan dirinya? Lalu, sejak kapan dia ....

Setelah kata ‘dia’, gumaman dalam hati itu berakhir seketika. Manta tidak tahu lagi harus berpikir apa. Sehabis memikirkan pesan tersebut, Manta langsung mengeluarkan aplikasi pesan di ponselnya lalu mematikan layarnya. Sekarang dia sudah tidak mood lagi untuk membuka ponselnya, apalagi untuk membalas pesan yang sekiranya masuk dari Sabila. Tidak akan.

***

Sementara itu di rumahnya Sabila ....

Gadis tersebut kembali menatap layar ponselnya yang berisi pesannya kepada Manta. Ceritanya, dia sudah selesai belajar dengan berkutat pada angka-angka. Sekarang ini, dia sedang fokus ke layar ponselnya untuk berjaga-jaga jika ada pesan yang masuk dari Manta, saking kangennya. Namun sayangnya, setelah beberapa menit dia menunggu, ternyata tidak ada pesan yang masuk sama sekali. Itulah yang membuat Sabila merasa kesal. Setelah itu, dia tidak membuka ponselnya lagi.

Tiba-tiba dia teringat pada tugas sekolah lainnya dan harus segera diselesaikan.

Agar pada akhirnya, semuanya selesai dan tidak ada ‘hutang’ yang masih belum lunas di sekolah.

***

Keesokan harinya, Sabila masih dengan seragam putih merahnya. Dia berangkat ke sekolah seperti biasa dengan diantar oleh orang tuanya. Setelah sampai di sekolah, dia langsung melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke kelas barunya yang kemarin itu.

Sekedar informasi, kelas barunya itu berada di lantai dua, hampir di ujung jika mengambil patokan jarak dengan tangga yang dinaiki oleh siswa-siswi biasanya. Kelasnya berada di urutan kedua dari ujung, di mana di sebelah kelasnya itulah yang menjadi ujung. Pemandangan di dalam kelasnya cukup enak, ada banyak pasangan meja dan bangku dan sesuai dengan jumlah siswa saat ini. Selain itu, papan tulisnya pun enak karena berwarna putih, tidak seperti yang ada di sekolahnya dulu, yang dulunya hanya berwarna hitam dan ditulis pakai kapur biasanya.

Sabilillah: HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang