"Minhyun, kau lihat besi besi tajam disana?" Jinyoung menunjuk kerangka bangunan dengan besi besi tajam menjulur. Pupil mata Minhyun bergerak mengikuti jari Jinyoung, dan ia bisa melihat benda yang dimaksud iblis itu.
"Hey! Jangan macam macam" sergah Jihun, "Ayo berjalan lagi, kau bilang mau mencari hiburan bukan?" tambahnya. Minhyun tidak bergeming.
"Kau mau hiburan? Goreskan saja lenganmu disana" si iblis sekali lagi menunjuk pada besi besi tajam itu dengan dagunya.
"Jihun, cegah dia. Skenarioku bersama Taedong bisa hancur" kata Donghan panik, sedari tadi ia juga ikut terbang di belakang tubuh Minhyun.
Namun sepertinya bisikan Jinyoung lebih mendominasi akal sehatnya, jadi tanpa mendengar celotehan Jihun, Minhyun berjalan mendekati salah satu besi tajam menjulur dan benar benar menggoreskan lengan kirinya disana. Kemeja merah mudanya jadi sobek, lengkap dengan kulit mulusnya yang juga ikut tergores mengucurkan darah.
Jinyoung mengacungkan kedua jempol di depan Minhyun, seolah memberi kode 'kau telah melakukan kerja bagus'. Jihun semakin dongkol. Lihatkan, Minhyun jadi melukai dirinya sendiri, kalau tidak segera diobati Jihun takut luka itu akan infeksi. Bukan hanya Jihun yang dongkol, Donghan juga sudah menatap galak pada Jinyoung yang sudah tersenyum lebar.
Minhyun tersentak kala merasakan seseorang menyambar pergelangan tangan kanannya. Sekalipun Minhyun kaget, ia tetap tidak akan mengubah sorot mata dan ekspresi datarnya. Ia tidak ingat, kapan pernah bertemu dengan lelaki tinggi berbibir tebal yang sekarang menyeret tangannya.
"Siapa orang asing ini?" Minhyun bertanya, siapa tau Jihun atau Jinyoung mengingatnya.
"Donghan bilang dia yang namanya Hyunbin" jawab Jihun. Minhyun memutar otak, seingatnya nama Hyunbin tidak ada di daftar orang yang ia kenal.
"Jangan pernah dekati dia Minhyun! pada akhirnya dia juga akan mengkhianatimu" hasut Jinyoung.
"Jadi dia yang kau sebut sebut sebagai soulmate ku itu?" Minhyun mengabaikan hasutan Jinyoung, ia lebih penasaran dengan percakapan mereka dengan malaikat cinta bernama Donghan tadi.
"Iya" wajah berseri seri Jihun muncul lagi, melupakan kekesalan saat Minhyun sempat menuruti kemauan Jinyoung barusan.
"Aku akan tertawa paling kencang saat kau berakhir dicampakkan olehnya nanti" cibir Jinyoung seraya melipat tangan di depan dada.
Jihun tidak menanggapi, sudah cukup berdebatnya dengan Jinyoung hari ini. Ia mengalihkan pandangan pada Donghan yang masih mengambang di belakang Minhyun, dan detik itu juga irisnya menemukan Taedong tersenyum seraya melambaikan tangan.
"Donghan, mereka sudah bertemu. Ku serahkan sisanya padamu dan Taedong, aku titip Minhyun" Jihun masih tersenyum, berharap target Donghan dan Taedong tercapai hari ini.
"Serahkan padaku" Taedong menepuk dadanya dua kali, pertanda ia yakin bisa mengatasi.
"Mau kemana?" Minhyun menangkap nada perpisahan dari Jihun, apa Jihun tidak akan menjaganya lagi, lalu di gantikan oleh malaikat baru bernama Donghan?
"Aku dan Jinyoung tidak akan mengganggu proses pendeketanmu bersama Hyunbin" Jihun menaik turunkan alisnya jahil, lantas ia terbang di samping Jinyoung dan menarik ekor dengan ujung seperti tanda panah tersebut, "Ayo"
"Jangan tarik ekorku, sialan!" protes Jinyoung tidak terima.
...
Sekarang Minhyun sudah duduk di kursi bagian depan mobil Hyunbin, sedangkan si empunya sedang berkonsentrasi memegang kemudi. Dua malaikat cinta, Taedong dan Donghan juga turut serta duduk di bangku belakang, sibuk memberi hasutan pada dua insan di depannya agar bisa cepat cepat menjadi soulmate.
Karna setau Hyunbin, Minhyun itu tuli dan bisu, jadi ia memutuskan diam saja sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Luka Minhyun harus segera diobati, sebelum darahnya mengering dan menimbulkan infeksi. Lagi pula, sudah tau proyek bangunan itu bukan tempat untuk sembarangan berlalu lalang, lihatkan hasilnya?
Hyunbin tidak tau saja kalau sebenarnya Minhyun sengaja melakukannya.
Tanpa banyak bicara Hyunbin menuntun hati hati menyusuri lorong rumah sakit demi membawanya ke Unit Gawat Darurat. Ya, harusnya Hyunbin tidak perlu datang ke rumah sakit saat sedang libur begini. Tapi bidadari disampingnya ini sedang membutuhkan bantuannya.
"Eh, dokter Kwon bukannya hari ini libur?" sapa Woojin diambang pintu, disampingnya juga ada Hyungseob yang sedang memeluk beberapa lembar map. Dua mahasiswa magang itu agaknya kebingungan dengan kedatangan Hyunbin mengenakan t-shirt hitam berlapis kemeja kotak kotak.
"Iya, tapi emm-" Hyunbin menjeda omongannya sejenak, bingung mau menyebut Minhyun sebagai apa, teman bukan, disebut kenalan juga keduanya belum berkenalan "Temanku sedang terluka jadi aku membawanya ke sini" Hyunbin memilih kata teman pada akhirnya.
"Kalau begitu biar aku saja yang tangani, kebetulan aku dan Hyungseob baru saja selesai menangani pasien" tawar Woojin.
Hyunbin menggeleng, "Biar aku saja" lantas berlalu meninggalkan sepasang kekasih tersebut.
Hyungseob sedari tadi tidak bisa melepaskan pandangannya pada Minhyun sejak lelaki itu datang bersama Hyunbin. Ia heran, bagaimana bisa ada manusia tanpa ekspresi dan tatapan kosong seperti itu? Apa teman dokter Kwon itu mengidap gangguan mental? Benak Hyungseob terus bertanya sebelum Woojin menyenggol lengannya.
Dokter muda itu menerobos salah satu bilik kosong disana, dan mendudukkan Minhyun di ranjang khas rumah sakit. Persetan dengan jas dokter yang tidak ia kenakan, toh keselamatan pasien lebih penting di atas segelanya.
Di saat kedua tangannya sudah berbalut sarung tangan, Hyunbin justru terdiam. Lelaki itu kebingungan lagi. Bagaimana ya? Haruskah ia melucuti kancing kemeja Minhyun demi mengobati goresan di lengannya, atau hanya merobek baju itu di bagian lengan saja? Tapi bagaimana kalau ternyata baju ini kesayangan Minhyun?
"Buka saja bajunya, lumayan kau bisa melihatnya telanjang dada" hasut Taedong dalam benak Hyunbin. Donghan menjitak kepalanya setelah Taedong berkata demikian, mahkota dari rangakaian daun itu sampai sedikit miring karnanya.
Setelah menimang cukup lama, Hyunbin akhirnya memilih untuk menggunting saja lengan kemeja Minhyun. Dengan tangan telaten Hyunbin membersihkan cucuran darah itu dengan alkohol, untung saja darahnya sudah berhenti.
Lengan Minhyun sudah dilingkari perban. Hyunbin sudah memastikan bahwa Minhyun terbebas dari tetanus, asal diberi pengobatan rutin dan perban harus diganti setiap hari. Si dokter mengambil kertas kosong dan pulpen di atas meja, menuliskan sesuatu disana lantas menunjukkannya di hadapan Minhyun.
'Besok pagi datanglah kemari, aku akan mengobati dan mengganti perbanmu' itu yang tertulis di atas kertas, karna Hyunbin tidak tau bahasa isyarat. Mengajak Minhyun bicarapun percuma karna ia tidak mungkin mendengarnya, jadi jalan satu satunya agar dapat berkomunikasi dengan si bidadari hanya lewat tulisan.
Minhyun bisa membacanya, dan ia cukup paham maksud Hyunbin. Ia merasa de javu, seperti merasa Hyunbin pernah mengobatinya sebelum ini. Lain kali Minhyun harus menatap wajah orang orang, selain memasang tatapan kosong tanpa gairah seperti biasanya. Meskipun rasanya amat sangat sulit.
TBC
tadinya mau apdet kemaren tapi wp lagi error :((
YOU ARE READING
0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbin
Fanfiction[COMPLETED] cerita spinoff 👉 0256 minhyunbin ↪ 9201 winkdeep ↪ 5307 guanho ⤵ spinoff 0256 sudah di publish dengan judul 9201 dan spinoff dari 9201 sudah di publish dengan judul 5307 ⤵ [private dibagian rada anu] di pertemuan pertama, hyunbin bilan...