Udin melajukan mobilnya dengan kencang menuju pinggiran kota. Selama mengemudi dia diam membisu, begitu juga dengan Lilis yang duduk di sebelah kemudi. Mereka berdua sibuk dengan pergolakan batin masing-masing."Cih.... dasar wanita tak tahu malu. Dulu sewaktu aku terpuruk dia meninggalkanku tanpa alasan, sekarang giliran aku sudah sesukses ini dia malah muncul di hidupku lagi," batin Udin menahan geram.
Masih teringat dengan jelas, bagaimana frustasinya dia dulu setelah mereka bercerai.Sedangkan Lilis masih kaget dengan yang terjadi. Memang dia sudah memperkirakan pertemuan mereka kembali, tapi tidak menyangka secepat ini.
"Maafin aku Mas, tidak bisa temanimu disaat kamu terpuruk. Maafin aku yang telah sembunyikan hal penting darimu. Maafin aku juga, karena tidak bisa menjaga hal terpenting dalam pernikahan kita," gejolak batin Lilis bergemuruh, hampir terisak dia mengingat semua kejadian 6 tahun silam.
Mobil yang dikemudikan Udin tiba-tiba berhenti di tepi sungai.
Udin turun sambil menatap Lilis, masih dengan wajah dingin. Lilis mengerti apa maksud tatapan mantan suaminya itu, dia pun turun menghampiri Udin."Apa kabar, Mas?" sapa Lilis sambil ulurkan tangan.
"Ada perlu apa kau mendatangi tempat kerjaku?" tanya Udin balik, dia mengabaikan uluran tangan Lilis.
"Maaf Mas, aku tidak tahu jika Mas Udin kerja disana," jawab Lilis sedikit gelisah.
Udin diam sejenak tatapannya pada Lilis berubah, dari dingin menjadi sinis. Dia sudah hafal dengan kebiasaan Lilis, dia bisa tahu jika tadi Lilis berbohong dari cara bicaranya yang gelisah.
"Apa belum cukup? Kau menghancurkan hidupku, 6 tahun lalu? Meninggalkanku begitu saja, padahal waktu itu aku sangat membutuhkanmu," hardik Udin dengan suara lantang.
Untungnya suasana tempat itu sepi, jadi tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.Lilis cuma terdiam, dia bisa mengerti maksud perkataan Udin.
"Maaf, Mas. Akupun terpaksa melakukannya, aku juga sangat ingin menemanimu kala itu," ucap Lilis dalam hati.
Lilis tak sanggup mengatakannya langsung, dengan sekuat tenaga dia menahan gejolak hatinya.
Dia bisa membayangkan masa sulit yang di lalui Udin dulu.
Ingin rasanya Lilis menangis sambil memeluk pria di hadapannya, pria yang sudah memenuhi relung hatinya itu.
Ingin rasanya dia menceritakan smua yang dilaluinya selama ini padanya. Tapi semua dirasa percuma, apalagi dengan kondisi tubuhnya saat ini.
Akhirnya Lilis tetap memutuskan untuk diam, pasrah terima kemarahan dari orang yang di cintanya."Mungkin keadaan seperti sekaranglah yang terbaik bagi kita. Biarpun sedingin es kau menatapku, tapi aku masih melihat api cinta dimatamu" gumam Lilis lagi dalam hati.
Melihat Lilis cuma diam mematung membuat Udin makin berang, dia merasa keluhannya diabaikan.
"Tolong....! Jangan kau usik hidupku lagi, Lis," ucap Udin sambil berjalan menuju mobil.
"Aku tidak bermaksud begitu, Mas. Aku kesana cuma mau melamar kerja saja. Jika memang itu bikin hidupmu terganggu, besok akan kubatalkan lamaran kerjaku," ucap Lilis mencoba menerangkan.
Udin tidak menjawab.
Dia masuk ke dalam mobil dan mengambil secarik kertas, lalu kembali ke tempat semula."Ini uang buatmu, anggap saja sebagai uang tunjangan perceraian yang dulu belum bisa kuberikan," Udin menyerahkan selember kertas, yang ternyata cek.
"Tidak, Mas!! Maaf, aku tidak butuh," tolak Lilis halus, hatinya semakin bercampur aduk.
"Jangan munafik...!! Tujuanmu datang ke tempat kerjaku, karena ini kan? Kalau masih kurang bilang, biar nanti kutambah," tukas Udin.
Jebol sudah pertahanan Lilis. Dia yang sedari tadi sudah berusaha ramah dan mencoba memahami pria di depannya, akhirnya tak mampu lagi menahan gejolak jiwanya.
Lilis menerima secarik cek itu, sambil tersenyum dengan manis.
Dibacanya nominal yang tertera di kertas itu, entah jutaan atau bahkan miliaran Lilis tidak bisa melihatnya. Matanya sudah tertutup dengan air mata yang sudah tidak dapat ditahannya.
Sambil masih tersenyum manis, Lilis merobek kertas itu dan melemparkan ke wajah Udin."Makan saja uangmu Mas!!!" ujarnya sambil beranjak pergi, meninggalkan Udin dengan hati pedih.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Tangguh 2 (Part 6-10)
ChickLitCerita fiktif yang menceritakan perjalan hidup sang tokoh wanita dalam hadapi kerasnya perjalanan hidupnya.