Dengan hati terkoyak, Lilis berjalan meninggalkan Udin.
Dia tidak menyangka bakal diperlakukan sampai seperti itu."Baiklah... Jika itu bisa buatmu tenang mas, aku tidak akan berhubungan maupun berada di sekitarmu. Dengan sisa umurku yang bisa dihitung dengan jari ini, aku juga tidak mau menyusahkan orang lain lagi," putusnya.
Dia ingin segera sampai di rumah kontrakannya, ingin segera melepaskan semua pedih hatinya.Udin masih terpaku di tepi sungai, ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya. Tapi cuma sedikit, hatinya telah dibutakan sepenuhnya oleh rasa dendam. Dia kemudian mengambil Hpnya, lalu dihubunginya sebuah kontak yang tertera di layar.
Setelah itu dia langsung balik ke kantornya.Keesokan harinya Lilis masih terbaring di kamarnya, sambil memeluk boneka yang sudah tampak usang. Boneka inilah yang selalu setia dengarkan keluh kesahnya. Pagi ini Lilis merasa malas buat bangun, dia ingin tiduran di kamar seharian. Dia tidak mau memikirkan soal pekerjaan dahulu. Sejak pagi dia tidak turun dari kasurnya, sekali turum cuma buat mengambil obatnya.
Obat yang sudah dikonsumsinya 6 tahun terakhir, obat yang masih membuatnya bisa bertahan selama ini.Ya.... Selama 6 tahun terakhir, Lilis sedang berjuang melawan sakitnya. Sejak 6 tahun lalu, Lilis didiagnosa tekena infeksi Human Papillomavirus atau HPV.
Penyakit terkutuk inilah yang membuatnya memutuskan untuk meninggalkan Udin.
Tapi bukan itu dosa terbesar yang disesalinya pada mantan suaminya itu.
Kembali Lilis terisak pilu sambil memeluk boneka usangnya, terlalu pedih baginya mengingat semua itu.Di waktu bersamaan,, di pelataran parkir perusahaan X.
Udin dari pagi sudah stand-by disana, sekedar jaga-jaga barangkali Lilis kesana lagi hari ini.Image yang dijaganya bisa hancur dalam sehari, jika ada yang mengetahui kalau Lilis adalah mantan istrinya.
Sebab dalam beberapa wawancara maupun semacamnya, Udin sudah terlanjur mengatakan jika istrinya sudah meninggal."Kalian lama banget," hardik Udin begitu melihat dua orang bertubuh tegap menghampirinya.
"Maaf, Bos. Biasa .... macet."
"Ok.. ini foto orang yang kumaksud. Jika kalian melihatnya, halangi dia masuk ke kantor bagaimanapun caranya," perintah Udin, sambil menyerahkan sebuah foto dan beberapa lembar uang.
"Siap, bos Udin!" jawab dua orang tadi.
Udin pun meninggalkan mereka berdua dan bergegas menuju kantornya.
Di pintu masuk kantor, dia berpapasan dengan Mahmud."Mau kemana, Pak?" sapa Udin hormat.
Biarpun Mahmud lebih muda darinya, tapi Mahmud adalah putra pemilik perusaan yang dipersiapkan sebagai pengganti ayahnya."Mau keluar sebentar, Mas Udin. Mau menemui seseorang," jawab Mahmud sambil berlalu, tampak seperti sedang buru-buru.
Pada awalnya Udin biasa saja, dia langsung masuk keruang kerjanya. Begitu sampai di ruangannya, tanpa sadar dia melihat ruangan disebelahnya.
"Jangan-jangan.... yang mau ditemui Mahmud tadi Lilis. Jika benar demikian, bisa bahaya jika sampai Lilis menceritakan identitasnya," gumam Udin sambil bergegas kembali keluar ruangan.
Udin segera menghampiri dua orang tegap sebelumnya, yang masih stand-by di area parkir.
"Cepat kalian ikuti mobil itu, jangan sampai luput.... ! Awasi semua aktifitasnya maupun siapa yang ditemuinya," ujar udin agak panik.
Kebetulan saat itu mobil Mahmud baru keluar dari area parkir.
"Terus soal perempuan tadi gimana, Bos?" tanya salah satu dari mereka.
"Sudah nggak penting...! Buruan kalian ikutin mobil itu dan laporkan dengan padaku," perintah Udin.
Kedua orang tegap itu pun segera bergegas mengikuti mobil Mahmud.
"Awas kau, Lis... Jika kau sampai mengusik hidupku, kau akan menyesal nanti!!" geram Udin dengan penuh amarah dan prasangka.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Tangguh 2 (Part 6-10)
ChickLitCerita fiktif yang menceritakan perjalan hidup sang tokoh wanita dalam hadapi kerasnya perjalanan hidupnya.