SATU [3]

11 2 0
                                    

LINE

Arsa G.A : Sendiri aja lo,mana pacar lo?
Nayasha G.A : Nyindir lo?


Filosofi Naya menyandang gelar pacar Arsa adalah 'singkatan' nama akhir mereka sama. Arsa Gibran Aditama dan Nayasha Gevalini Admaja.

Naya memperhatikan sekelilingnya, mencari laki-laki yang tadu memberinya notifikasi Line.

"Nyari gue ya lo?" Tanya seseorang dengan suara khasnya. Ya, Arsa. Dia duduk disebelah Naya.

"Unfaedah banget nyariin lo." Ketus Naya.

Arsa memutar kedua bola matanya. Keheningan menyelimuti Naya dan Arsa.

Naya sedang asik mengotak-atik ponselnya itu, sedangkan Arsa sedang memperhatikan kak Sasha yang berada di sebrang.

"Lo beneran di tembak kak Sasha?" Tanya Naya menyadari bahwa Arsa sedang memperhatikan seseorang.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

"Iya, gue ditembak dia. Tapi gue gamau." Ujarnya kelewat santai.

Naya membulatkan matanya tak percaya. Arsa menolak lagi kak Sasha yang begitu sempurna. Banyak laki-laki yang menyukai kak Sasha, namun Sasha tidak menggubris mereka. Seluruh penghuni sekolah tahu Sasha menyukai Arsa.

"Kapan lo ditembak?" Tanya Naya lagi.

" Kemaren." jawab Arsa.

- - - - -

" Sa, gue mau ngomong." Ujar seorang gadis berambut panjang.

"Ngomong aja." Ucap Arsa.

"Gue sayang sama lo, gue care sama lo." Ucap gadis itu.

"Thank Sha." Jawab Arsa singkat.

"Makasih doang? Sa, gue udah nyatain perasaan gue lima kali lebih! tanggepan lo selalu aja kaya gitu. Gue pengen lo bisa jadi milik gue!" Seru Sasha.

"Tapi gue ga mau jadi milik lo." Ujar Arsa kelewat santai.

"Lo emang ga punya perasaan Sa. Lo anggep apa kedekatan kita selama ini? Terus buat apa lo ngasih perhatian ke gue? Buat mainin perasaan gue doang?" Sasha mukai ter-isak.

"Gue ga ada rasa ke lo. BTW makasih buat semuanya. Lo jangan pernah ngejar gue lagi, soalnya itu cuman bakal bikin lo sakit." Arsa menatap Sasha lekat-lekat.

"Plak!"

Satu tamparan mendarat di pipi Arsa. Sasha berlari menjauhi Arsa.

Arsa yang melihat gadis itu menangis dengan kekecewaan yang ter-amat di matanya, Arsa mengangkat sudut bibirnya dan membentuk senyum tipis yang menandakan kepuasan.

Dia bahagia dapat melihat satu persatu tetes air mata jatuh dari mata sipit gadis itu. Dua semakin bahagia, karena keluarnya air mata itu di karenakan oleh dirinya.

****

Chance For ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang