CHAPTER 1: FIRST MEETING

100 4 0
                                    

AFTERGLOW

Chapter 1: First Meeting

"Diantae Yoon"

-----------------------------------------------

"Jika ada cahaya lain menyambutku, kuharap dia tidak menyembunyikan gelap yang membuatnya akan pergi lagi."

***

Rasanya semua hari menjadi sama dan kurasa tak ada gunanya mengingat nama hari lagi. Waktu seakan melemparku ke hari berikutnya tanpa aku menyadari apa yang telah kulewati hari ini. Aku menyadari hidupku yang seolah membeku pada satu waktu yang membosankan. Tak perlu khawatir apa yang akan terjadi esok karena aku bisa melihatnya dengan jelas hari ini. Aku tak perlu melangkah me. . .

"Hai. Permisi, boleh aku duduk?"

Aku mengalihkan pandanganku ke depan, sedikit tersentak tiba-tiba ada sebingkai wajah asing di depanku. Aku belum menjawabnya tapi ia langsung duduk saja di kursi. Aku menutup novel di pangkuanku dan harus menghadapi seseorang yang sudah mengganggu lamunanku ini. Aku harus memarahinya karena merusak jalinan kata yang sudah terangkai di kepalaku tadi. Itu akan menjadi kalimat-kalimat keren dan kini ia menghempaskan seluruh ideku untuk melanjutkannya.

"Ada apa?" jawabku ketus, memandangnya sekejap lalu memindahkan pandanganku pada secangkir kopi di atas meja.

"Boleh aku minta tolong?"

Aku tidak tahu dorongan darimana yang membuatku memandangnya lagi. Senyumnya merekah dan begitu menenangkan. Matanya terbuka lebar dengan bola mata hitam yang berbinar. Rambut hitamnya membingkai indah wajahnya dan beberapa helai menutupi dahinya. Ia duduk di depanku dengan kedua tangannya memegang setumpuk kertas. Tunggu dulu, apa yang sedang kupikirkan? Ia orang asing yang tiba-tiba duduk di depanku di kafe ini dan aku baru saja mengaguminya? Sadarlah, bodoh.

"Apa?" Aku hendak memberikan nada kasar di ucapanku, tapi yang keluar justru suara serak dan pelan. Aku mengulangi lagi dengan nada biasa, "Ada apa?"

"Maaf mengganggumu. Perkenalkan namaku Kim Taehyung." Ia menyodorkan tangannya dan tanpa sadar tanganku langsung menyalaminya. "Aku memiliki tugas sekolah untuk memberi angket ini pada anak-anak sekolah lain. Temanya mengenai kesehatan mental mereka. Maukah kau membantuku mengisi angket ini?"

Aku pasti gila karena tidak berkedip sekali pun saat memandangnya. Tenang, jangan terpengaruh oleh pesonanya, kataku dengan diriku sendiri.

Tiba-tiba ponselku berdering di saku jaketku. Aku meraihnya dan menatap layarnya yang bertuliskan nama Jungkook. Aku mendesah pelan dan dengan enggan mengangkatnya.

"Ada apa, Jungkook? Berhenti lah meneleponku. Katakan pada Ayahku bahwa ia harus berhenti menyuruhmu menemaniku ke mana-mana. Jangan tanya aku sedang di mana!" Aku mengatakannya dalam satu kali napas dan langsung menutup ponselku.

Ingat jika aku sedang bersama seseorang sekarang, aku mengangguk kecil meminta maaf pada orang asing di depanku ini, maksudku Taehyung. Ya, aku sudah mengetahui namanya kurasa aku bisa memanggilnya seperti itu. Ia mengangkat alisnya dan kembali tersenyum. Oh, aku baru ingat ia memintaku untuk mengisi angketnya.

"Jadi, em, apakah membutuhkan waktu lama untuk mengisinya? Karena sebentar lagi aku mau pergi."

Ponselku berdering lagi dan membuatku sedikit kesal. Aku langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon.

"Jungkook, kubilang berhentilah meneleponku. Kau sangat– "

"Ini Ayah." Suara berat memotong dari telepon.

AFTERGLOWWhere stories live. Discover now