4. Tamu Pertama

633 94 31
                                    

Didalam mobil keadaan canggung tak dapat terbantahkan, Sulli duduk dengan tenang walaupun hatinya berdetak tak karuan. Ia menyelipkan rambutnya ketelinga sambil menatap jalan didepannya, hari sudah mulai gelap, jalanan sudah sepi ditambah angin yang berhembus sedikit kencang. Gerimis datang tanpa diundang, Wiper nya bergerak untuk membersihkan air yang mulai mengganggu pemandangan.

Sedangkan Minho, sedari tadi ia berusaha menahan nafasnya , berdekatan dengan wanita cantik disampingnya ini membuat sesuatu dalam dirinya berdesir.

Apa yang terjadi padanya?

Ia tak pernah begini saat bersama dengan Veronica, mantan istrinya dulu?

Ia menikah karena permintaan orang tuanya dan juga paksaan darinya, mereka dulunya bersahabat selama hampir enam tahun. Sampai akhirnya Minho memutuskan untuk melamarnya dan menikahinya. Perpisahan yang sudah ia wanti-wanti akhirnya terjadi. Mereka berpisah secara baik-baik, wanita cantik itu sudah kembali kenegara asalnya di Jerman dan memutuskan untuk menitipkan anaknya pada Minho.

Sampai sekarang mereka sering berkomunikasi, namun karena kesibukan Minho ia jadi jarang bertemu, untung anaknya tidak rewel dan memintanya untuk bertemu dengan ibu kandungnya. Minho melihat anaknya lebih senang dirumah ketimbang pergi jauh-jauh,dirumah dengan segala kejahilannya saja kadang membuatnya pusing. Apalagi harus menurutinya yang ingin pergi ke Jerman hanya untuk bertemu Ibunya.

" Ehemm... " Minho berdehem pelan, membuyarkan lamunan Sulli. Wanita itu suka dengan hujan, hujan membuat hidungnya mencium aroma yang sangat khas, walaupun hujan membuat langit tampak gelap namun ia suka melihat pelangi saat hujan usai. Sulli menoleh padanya sambil tersenyum kikuk, sedangkan Minho , matanya tetap fokus pada jalanan didepannya, bisa dilihat hujan turun lumayan deras. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat, saat Minho menoleh dan menatapnya , Sulli menjadi gelagapan dan memutar pandangannya kearah lain. Didalam hatinya ia bergumam, bagaimana bisa wanita sederhana itu begitu menggemaskan.

" Rumah kamu.. Kamu mau kita berputar-putar terus " Kata Minho sambil memfokuskan dirinya pada jalanan kembali. Sulli tersenyum dengan malu, bagaimana bisa ia tak mengatakan alamatnya dan membuat pria itu kebingungan, kenapa ia bodoh sekali.

" Pertigaan jalan belok kanan Tuan " Sahut Sulli , Minho mengangguk, lalu tatapannya beralih padanya lagi.

" Apartemen Myungdong? Kamu tinggal disitu? " Tanyanya tidak percaya. Sulli mengangguk sambil tersenyum simpul, memangnya ia orang kaya, yang bisa menyewa apartemen mewah dalam semalam, hasil kerjanya juga dibagi dua dengan uang makannya selama sebulan, kadang-kadang ia memberikan les private pada tetangganya untuk mencukupi kehidupannya, hidup di kota memang mahal , berbeda saat ia tinggal di daerahnya dulu.

" Saya tak punya uang banyak untuk menyewa apartemen mewah di Seoul. Bisa tidur nyeyak dikamar yang sempit saja sudah menjadi kebanggaan tersendiri untuk saya " Sahutnya pelan. Ia tak menyangka di Ibu kota masih ada orang yang hidup dengan begitu sederhana. Wajahnya sangat cantik , polesannya begitu natural dan hal itu mampu membuatnya berdebar. Ia memasuki kawasan apartemen kecil itu. Hujan turun begitu deras membuat Sulli harus berjalan lumayan jauh untuk bisa sampai didepan apartemennya.

Saat dirinya hampir hampir membuka pintu ia dikagetkan sebuah lengan yang kembali menggenggamnya. Choi Minho, kenapa ia senang sekali membuatnya jantungan. Huh!

" Diluar hujan , saya akan mengantar anda sampai dalam " Ucapnya, kalau bukan karena Hanna, ia tak mungkin terjebak dan membuat dirinya berdebar seperti ini. Sial sekali! Anaknya , siapa yang berani mengajarkannya bersikap tidak sopan pada gurunya seperti ini. Minho meraih payung yang ada dibagasi. Dengan cepat ia berlari dan membukakkan pintunya untuk Sulli. Ia keluar dengan tas yang digunakan untuk menutupi kepalanya.

Love by Accident✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang