21. Bayang Semu

3.4K 260 22
                                    

"raya kau..." langkah ringan mondy mulai memberat. ketika dirinya belum sempat menyelesaikan kalimatnya, sosok raya yang tersenyum tiba tiba menghilang dari pandangannya.

kosong dan sepi.

tidak ada kompor yang menyala, tidak ada mangkuk yanh tergeletak dan tidak ada raya yang memasak.
raya kemana?

mata mondy menatap panik ke segala arah. mencari cari sosok yang entah kenapa lagi lagi membuatnya cemas.

"raya?" suaranya menggema namun tidak ada sahutan dari manapun. biasanya kalau mondy memanggil raya, raya akan langsung menyahut tetapi kali ini tidak.

halusinasi kah?
mondy menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan besarnya.
ia sudah menyuruh raya pergi. ya. itu kemauannya memang.

tetapi...

kenapa dia malah mencemaskan gadis itu?
ada apa dengannya.
disaat pikiranya penuh dengan pemikiran pemikiranya tentang raya, ponselnya berbunyi nyaring.
mondy merogoh ponselnya di saku dan melihat siapa penelfon itu dengan tangan bergetar.

"Mama?"

.

"kenapa kamu ngikutin aku Yon?" tanya raya ketika Leon dengan setia mengikutinya. membawakan koper raya dengan senang hati.

Leon menggedikkan bahunya.
mereka kini berjalan beriringan setelah turun dari pesawat yang membawa mereka terbang cukup jauh.

"mungkin karena kita jodoh" Leon nyengir kepada raya. memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.

"Leon. tapi ini salah. kita pisah disini aja ya?"
Leon menaikkan. sebelah alisnya.

lalu memasang wajah memelas yang teramat lucu jika dilihat.

"kamu tega Ray? nanti kalau aku ditangkap orang jahat tadi gimana?"
Leon cemberut.
"kan aku butuh perlindungan kamu hehe" imbuh Leon membuat raya berdecak namun tak ayal raya tertawa juga.

tidak di pungkiri raya merasa senang ada Leon. raya merasa tidak sendirian.
"tenang aja nanti aku gak skamar kok sama kamu" imbuh Leon.

"ya iyalah!"
sahut raya.
"kalau sekamar aku gorok leher kamu" ancam raya sadis.

"jahatnyaa. lagian kamu sih. punya suami malah liburan sendiri. jangan jangan kalian lagi berantem ya? wah senangnyaaa"
raya terkesiap ketika Leon mengingatkan akan mondy.

"kalau iya kenapa?! kalau egak kenapa?!" bentak raya galak. entah kenapa ia mengalami mood yang berubah ubah secara ekstrem.

Leon mengkerut takut.
"iya iya maaf. sensitif amat sih. kayak orang hamil aja" dengus Leon.

mendengar kata hamil, mood raya langsung berubah. ia merasa sedih tidak tahu kenapa.

"mana koper aku!" pinta raya tidak selow ketika sudah berada di depan kamar hotelnya.

"iya iya. Lo kenapa sih? aneh banget. tadi lemes. terus sakit perut pas di peswat sekarang marah marah terus nanti apa lagi?" tanya Leon kebingungan dengan sikap raya.

raya terdiam. ya. dirinya memang seperti itu tadi dan raya baru menyadarinya.
raya juga terlalu banyak merepotkan Leon.

"ma..maaf" ucap raya diiringi setetes air mata yang jatuh.

"eh loh kok nangis?" panik Leon melihat raya yang terisak.

"yah jangan nangis dong? nanti jelek" ucap Leon berusaha menenangkan raya.

"maaf Yon. aku udah repotin kamu" ucap raya di sela isakanya.

"Lo gak ngerepotin kok. gue jg gak ngerasa direpotin. udah ya? jangan nangis lagi?" Leon mengusap bahu raya dan kepala raya dengan tulus.

raya jadi teringat...mondy.

dia berharap mondy yang saat ini ada di depanya.
andai saja seperti itu.

"yaudah kamu masuk ya? istirahat. kamar aku ada di sebelah kamu . kalau butuh bantuan tinggal ketok pintu aja. atau sekalian aku pindah kamar sama kamu aja ya? itu jika kamu bolehin sih? eh kok jadi aku kamuan sih? hehe jadi malu" ucap Leon yang langsung membuat raya terkekeh.

"makasih ya Leon. aku masuk dulu"
"iya"

.

lampu kamar berpijar ketika raya menyelipkan sebuah kartu pipih di tempat yang sudah di sediakan.

perasaanya masih sedih.
raya meraba perut datarnya.
"makasih ya nak. kamu udah bertahan sampai detik ini di perut Mama"
ucap raya sembari merunduk pilu.

tadi raya sempat merasa kram di perutnya saat pesawat mengalami goncangan. raya takut sekali jika terjadi sesuatu dg bayi yang dikandungnya.

raya mengusap lelehan air mata yang membasahi pipinya.
raya sudah berjanji untuk tidak menangis. tetapi kenapa ia malah jadi semakin cengeng gini?

"Mama punya hadiah buat kamu sayang. anak pintar dan kuat yang selalu menemani Mama" raya melangkah dengan perlahan sembari menarik kopernya menuju kamar.

meletakkan koper itu di atas tempat tidur dan membuka isinya.
"kamu kangen ya sama papa?" raya menarik sesuatu dari dalam koper miliknya.

"Mama bawa baju papa. baju ini belum Mama cuci. nanti kalau kangen kita peluk ini sama sama ya?" raya memeluk kaos polos mondy. bibirnya mungkin tersenyum tetapi air mata terus mengalir di pipinya.

"maaf ya sayang. hanya ini yang bisa mama kasih buat kamu"
andai saja Mama bisa memiliki papamu seutuhnya. batin raya.

.

"mondy.. makan dulu" mondy merasa pipinya di tepuk oleh seseorang. tangan mungil dan hangat hingga membuat mondy memaksa membuka matanya perlahan.

"dara?" lirih mondy.
oh iya dia tadi menelfon dara ketika mondy merasakan tubuhnya mulai tumbang. dan sialnya ia malah berharap orang yang saat ini di sampingnya adalah raya.

setelah menerima telfon dari mamanya yang dengan antusias menanyakan apakah raya sudah hamil atau belum? membuat mondy berfikir bahwa raya tidak jg pulang ke rumah keluarganya.

dan itu semakin membuatnya kalut hingga kondisinya drop seperti ini.
"kamu kenapa sih Mon?" dara tidak bisa mengabaikan mondy ketika dirinya mendengar rintihan kesakitan mondy. sehingga dengan cepat dara datang ke alamat yg di sebutkan mondy.

.
bersambung. maaf typo bertebaran.

Aku Cinta Kamu  (ramonstory)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang