1. Aku fansmu, Kak!

21.6K 1.6K 121
                                    

Cukup ngefans, nggak lebih!

-Kiara Ferinda-

***

Kiara Ferinda menatap pantulan dirinya di cermin, tak lupa ia juga memperbaiki jilbabnya yang sedikit kusut. Hari ini, merupakan hari pertamanya di SMA Gemilang, setelah mengikuti serangkaian kegiatan ospek yang telah diadakan oleh sekolah itu selama seminggu. Tidak ada yang spesial selama ia mengikuti ospek, sangat berbeda dari novel-novel yang sering dibacanya, jika di novel-novel itu tokoh utama akan bertemu senior yang cakep dan kece badai, ia justru tidak mendapat apa-apa selain materi perkenalan dari para guru yang ada di sekolah. Atau mungkin ada, hanya saja Kiara terlalu

Merasa sudah siap, Kiara pun keluar untuk sarapan, tidak lupa ia menyampirkan tas ranselnya di bahu kanan, sementara di tangan kanan dan kirinya masing-masing terdapat ponsel dan dua buku paket untuk mata pelajaran hari ini. Terlepas dari Kiara, di ruang makan sudah ada ibu, ayah, Indra, dan Sasha yang terlihat mulai sibuk menyantap sarapannya.

"Pagi semuanyaaa...," sapa Kiara dengan semangat menggebu.

"Ciyeee yang udah SMA. Udah punya senteran belom?" tanya Indra dengan wajah menggoda.

Kiara mengerutkan keningnya bingung. "Senter? Apaan, Bang?" tanyanya karena tidak mengerti dengan ucapan abangnya.

Indra mengibaskan tangannya. "Ya elah, dulu waktu Abang baru masuk SMA udah punya senteran, cantik pula. Masa kamu nggak punya senteran sih?"

"Ssst! Kalian ini. Apaan Bang senter-senteran?" tegur Jana– sang ibu. "Percuma nyenter kalo sampai sekarang belum juga ada yang jadi pendampingnya."

Ucapan Jana sukses membuat Indra bungkam. Sementara Kiara tertawa kecil mendengar ucapan sang ibu, sambil tertawa tak lupa ia memeletkan lidahnya ke arah Indra.

"Sasha juga udah punya senter, Bang!" ujar Sasha tak kalah heboh. Ia sampai menggedor-gedor meja untuk meminta perhatian.

Mendengar ucapan Sasha, hampir saja empat orang –kecuali Sasha itu menyemburkan makanan dan minuman yang ada di mulut masing-masing. Tedi– sang Ayah dan Jana menepuk dadanya pelan, sedangkan Kiara dan Indra menatap Sasha tak percaya.

"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Kiara, berusaha memastikan bawa yang didengarnya itu benar adanya.

Tanpa mempedulikan keempatnya, Sasha mengunyah nasi goreng dengan santai. "Aduh, Kak Ara ini. Sasha bilang, Sasha juga punya senteran di sekolah." ulang Sasha dengan nada kesal.

"Nah, nah. Liat tuh, Bang. Pasti ini gara-gara Abang. Ya, kan? Si Sasha yang masih SD gini udah main senter-senteran juga." Kali ini Tedi menunjuk-nujuk ke arah Indra sambil ikut menimpali.

Indra mendelik tak terima karena tuduhan itu. "Lah? Kok Indra, Yah?"

"Hush. Udah-udah. Adek, nggak boleh senter-senteran di sekolah ya." ujar ibu mengingatkan dengan nada tegas. Dia harus memberi peringatan kepada anak bungsunya itu agar tidak melakukan hal-hal yang aneh.

Sasha menatap ibunya dengan bingung. Ia pun menggaruk kepalanya yang tertutupi jilbab. "Loh, kok nggak boleh sih, Bu? Sasha kan belinya sama teman-teman Sasha di sekolah."

Lagi. Keempatnya memasang wajah bingung. Beli? Sama teman-temannya? "Emang yang kamu maksud senter apaan, Dek?" tanya Indra penasaran.

"Ya senter, Bang. Masa Abang nggak tau senter gimana. Yang dipake sebagai lampu kalo lagi gelap. Kan di gudang sekolah Sasha gelap tuh, dan kebetulan Sasha dan temen-temen Sasha kadang disuruh ke gudang untuk ngambil cangkul. Jadi, kita kumpulin duit deh buat beli senter. Kadang Pak Tejo juga pinjem senternya di kelas Sasha."

Cuma Ngefans, Kok! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang