Kuanlin mengamati ponselnya sedari tadi, mendengus kecewa saat pesan yang di tunggu tak kunjung datang. Di sekitarnya, teman-temannya duduk mengelilinginya di meja. Suasana restoran redup, mengumbar aura sensual dan rahasia. Tanpa berpikir, tangannya meraih gelas mint julep* yang sudah daritadi ia pesan kemudian menyesapnya.
"Jangan minum banyak dulu, heh. Malam masih pagi." Tegur seseorang di sebelahnya. Tanpa perlu menoleh, Kuanlin tahu itu Sungwoon. Teman dekatnya dari dulu, jauh sebelum dia mencapai popularitasnya. Bisa dibilang, pertemanan mereka sudah dari jaman Kuanlin masih remaja dan polos. Sebelum dia mengenal dunia gemerlap yang sekarang ia sudah biasa hadir di dalamnya.
"Berisik." Balas Kuanlin sengit, mengetuk-ngetuk jarinya di meja kayu, tidak sabar. "Mana yang lain?"
Sungwoon mengendikkan bahunya, tidak mempedulikan mood Kuanlin yang tiba-tiba buruk. Toh, kalau memang penting sebabnya, pasti anak itu cerita dengannya.
"Kayaknya kita gak bakal full team lagi. Jaehwan bakal datang telat, as usual, sekarang banyak book dia buat tampil. Jinyoung sama Daehwi lagi ada kencan malam ini. Woojin gak tau, gak ada kabar. Jihoon.. hmm, kemana tuh pacar lo? Gak biasa dia gak ada." jelas Sungwoon, kalimat terakhir terdengar mengejek di indra pengindarannya.
Entah kenapa, saat nama Jihoon muncul di permukaan, teman-temannya yang lain yang awalnya sibuk sendiri dengan ponselnya, memusatkan perhatian mereka ke Kuanlin.
"Oh iya, Jihoon! Kemana tuh anak, Lin?" Ialah Jisung yang menyambar terlebih dahulu, dengan gampangnya memasuki percakapan mereka.
"Dia bakal dateng kok. Tapi pergi barengnya sama Woojin." Menyebut namanya saja sudah meninggalkan kesan pahit di mulutnya. Ia mencoba untuk tetap datar.
"Waduh," Seongwu berucap disampingnya. Kuanlin merasa dia bakal di ejek habis ini. "Agak bersama mantan gitu ya perginya. Kayak jaman dulu aja."
Tuh, kan.
"Santai aja." Jawab Kuanlin percaya diri. Ia harus percaya diri. Dia Lai Kuanlin. Semuanya menggebu-gebukan namanya. Tapi tidak dengan Jihoon, dulu.
"Hmm, iyadah." Seongwu mengiyakan, memutuskan untuk mengalah lantaran pacarnya, si baik hati slash suami nasional, Hwang Minhyun mempelototinya.
"Joking aside, gak mungkin juga balikan sih. Woojin kan udah berpacar." Minhyun menengahi saat Kuanlin tampak tidak puas dengan respon pacarnya.
"Bukannya udah mau putus ya?" Celetuk Jisung, semua mata ke arah dia akibat ucapannya. "Kemarin gue ngobrolin gini sama Daehwi. Kabarnya sih, Hyungseob udah enek sama sifat Woojin yang... Ya, lo tau sendiri lah anaknya gimana."
Diam-diam, Kuanlin setuju juga. Sebagai teman, Woojin tidak berpikir dua kali untuk berteman dengan seseorang, termasuk dengan Kuanlin yang latar belakangnya acak-acakan.
Namun, sebagai pacar, Woojin terkenal sebagai seseorang yang impulsif dan cendrung cuek. Kuanlin dengar sendiri dari Jihoon bagaimana Woojin jarang mengajaknya berkencan di luar, karena menurutnya pergulatan mereka di ranjang sudah mencukupi kata "pacaran". Bagaimana setelah Jihoon memberi tahu keluh kesahnya kepada Woojin, ia hanya mendengarkan, namun tidak dengan melakukan.
Sebenarnya banyak hal yang ia ketahui tentang Jihoon dan Woojin, kisah mereka, akibat menjadi tong sampah curhatan Jihoon jauh sebelum pacarnya itu dekat dengan siapa-siapa. Namun, ia tidak lagi mau memikirkannya. Sudah cukup buruk kondisi pikirannya dengan Jihoon yang kini bersama Woojin, entah dimana. Walaupun ia tahu pasti Jihoon tidak akan berpaling.
Beruntungnya, bunyi ponselnya yang bergetar mengalihkannya dari emosinya, dan ia langsung membukanya untuk melihat notif.
Jihoonie
Aku udah naik tangga, dikit lagi masuk!
Meja kita nomor berapa?
YOU ARE READING
sucker +panwink
FanficHe loves me, he loves me not. Is he loyal or is he not? 16/01/18.