١. Ibarat Kaca

1K 37 4
                                    

selamat membaca

.

Ummah selalu mewanti-wanti kepadaku supaya selalu menjaga diri. Dari dulu sampai sekarang aku kuliah, pembahasannya masih saja sama "hati-hati, jaga diri baik-baik jangan sampai pecah kayak cermin"- itulah yang selalu ummah ucapkan kepadaku.

Cermin..

Satu kata itu mengingatkanku pada salah satu pepatah bahwa Seorang perempuan itu ibarat cermin.

Kenapa cermin? Karena, ketika cermin itu jatuh atau pecah, maka cermin tersebut tidak dapat di kembalikan seperti semula. Disambung memang bisa. Namun tampilan yang dihasilkan tidak akan sama dengan tampilan ketika awal. Akan ada bekasnya.

Begitupun dengan seorang perempuan. Ketika perempuan tersebut di rusak dalam artian tidak diperlakukan sebagaimana mestinya, maka akan ada bekas yang nampak dari seorang perempuan. Baik jasmani atau rohani.

Dalam sabdanya, Rasulullah selalu mengingatkan kita untuk tidak mendekati zina.

Zina itu bukan hanya bersentuhan dengan yang bukan mahrom. Namun zina juga memiliki bagian-bagiannya. Yaitu zina mata, hati, pikiran, dan perbuatan. Contohnya saja orang yang sedang di landa Asmara cinta atau dalam istilah lain pacaran.

Karena ketika seseorang sedang dilanda cinta, maka apapun akan mereka lakukan demi seseorang yang mereka cintai.

Tak bisa dipungkiri, banyak orang yang menderita karena cinta. Namun, ada juga yang bahagia karenanya.

Kita hanya memilih, jika kita tidak ingin berakhir menjadi seperti cermin, lantas yang kita lakukan mestilah hal-hal yang baik.

***

"Kak udah belum, adek mau ke kamal mandi! " teriak Naya. Gadis kecil yang selama ini menjadi adik kecilku.

"Iya, bentar lagi! " teriakku tak kalah kencang darinya.

Naya. Dia adalah adik terkecilku, karena aku tiga bersaudara dan kebetulan aku anak pertama. Adik pertamaku Azka Mahveen, sekarang dia duduk di kelas satu SMA. Sedangkan Naya, dia masih duduk di bangku paud atau sekitar usia empat tahun. Memang jarak usiaku dengannya terpaut cukup jauh. Karena ummah bilang kalau ummah juga tidak tahu akan memiliki anak lagi setelah Azka.

Qadarullah, Allah menghadirkan sesosok malaikat kecil dalam keluargaku dengan hadirnya seorang Naya Mahveen. Lucu memang mengingat aku dan dia terpaut umur sangat jauh. Bahkan terkadang ketika aku sedang jalan berdua bersama Naya, banyak orang yang mengira bahwa dia adalah anakku.

"Kak? " tanyanya lagi.

Akupun bergegas untuk menghampirinya yang berada di depan pintu kamar mandi, karena sekarang aku sedang libur kuliah.

"Iya, " jawabku seraya membuka pintu kamar mandi. Terlihat Naya yang sedang memegang handuk dengan hanya menggunakan kaos dalam dan celana tidur khas anak-anaj dengan ekspresi yang sangat menggemaskan.

"Naya mau mandi, kata ummah kakak jangan lama-lama di kamal mandi ntal ailnya habis, " celotehnya dengan nada cadel khasnya.

Aku hanya tersenyum mendengarkan celotehannya.

"Tapi kakak masih nyuci sayang, " jawabku sambil mensejajarkan dengan tingginya. Ia terlihat memanyunkan bibirnya kesal sambil mengalihkan pandangannya kearah lain. Ahh lucunya.

"Naya mandinya bental, " ujarnya. Aku menggeleng. Ia terlihat mengerucutkan bibirnya lagi, namun aku tetap menggelengkan kepalaku.

Naya terus mencari cara supaya bisa masuk ke kamar mandi. Karena tak kuasa dengan ekspresi dari wajah Naya, akupun mempersilahkannya untuk masuk kedalam kamar mandi.

MahabbahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang