"Hay, sayang" ucap Jessy kemudian duduk di sebelah Sandy.
"Hay. Padahal baru aja aku mau ke kelas kamu" ucap Sandy kemudian merangkul Jessy mesra.
"Gak usah tebar pesona! Es jeruk gue jadi tambah manis bikin gue enek!" ucap Reyhan. Keduanya hanya memandang temannya acuh. Sementara seorang gadis tetap berdiri mematung. Ia masih canggung berada di dekat mereka. Bram yang menyadari hal itu kemudian menatap sengit Jessy.
"Eh nenek lampir, lo tega ya ngebiarin temen lo berdiri gak jelas gitu! Suruh duduk napa!" ucap Bram, Jessy menatap Kania kemudian menepuk keningnya pertanda ia lupa bahwa sahabatnya juga ikut duduk disini.
"Duduk Kania, sini di sebelah gue" ucap Jessy. Kania tersenyum kikuk dan membenarkan letak kaca matanya. Namun sebelum ia mendaratkan bokongannya tangan Kania sudah ditarik oleh seseorang. Semua temannya menatap Reyhan yang tiba-tiba bangun dan menarik Kania tetap berdiri.
"Gue pinjem temen lo, tenang aja dia bakal bahagia sama gue"
"Tapi..." belum sempat Jessy mencegah Reyhan sudah pergi membawa Kania.Kania tidak tau ia akan dibawa kemana. Ia heran kenapa tubuhnya selalu mengikuti apa keinginan Reyhan padahal pikirannya sudah matang untuk menolak. Reyhan berhenti di sebuah taman belakang sekolah. Sepi, karena semua anak kebanyakan menghabiskan waktu di kantin. Tak bisa dipungkiri dalam hatinya Kania menjerit takut. Kania sudah mendengar bagaimana kisah Reyhan dari sekolah menengah pertama yang terkenal bad dan player dari Jessy yang sudah kenal dengan Reyhan sejak dulu. Pikiran Kania mulai tidak tenang. Reyhan merasakan wanita disebelahnya ini gelisah karena sesekali genggaman tangannya mengerat dan mengendur. Ia tersenyum menatap Kania yang hanya melihat lurus.
"Apa gue semenakutkan itu, sampai lo gelisah?" ucap Reyhan dengan kekehannya. Kania menatap Reyhan, tepat saat Reyhan tertawa. Kania terdiam, seberapapun Kania menampik ia tidak akan bisa karena bagian dalam dirinya selalu mengagumi dan tertarik pada pesona lelaki ini.
'Boleh gue jujur, gue suka senyuman itu' gumannya dalam hati.
" Kan, gue boleh nanya?" Tanya Reyhan. Kania menoleh pada Reyhan namun hanya sekilas karena jantungnya tidak terkontrol jika menatap Reyhan lama-lama. Kania mengangguk kikuk.
"Kenapa tuhan ciptain lo jadi cewek dingin sih? Apa dikehidupan dulu lo mati kedinginan sendiri makanya sekarang dingin lo masih tersisa di dalam diri lo?" Kania terkejut dengan perkataan Reyhan. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya heran. Bagaimana mungkin lelaki di sebelahnya ini berpikir sedemikian. Reyhan yang melihat renspon terkejut itu terdiam salah tingkah.
"Gue salah yah? Eehh so..sorry" ucapnya sambil menggenggam kedua tangan Kania tanda ia merasa bersalah.
"Atau. Lo punya kakak?" Kania masih diam heran. Beberapa detik kemudian ia mengangguk sedikit senyuman terbit di bibirnya melihat ekspresi lelaki yang sudah berada dihadapannya.
"Atau jangan-jangan hati lo beku karena kakak lo? Kaya di film Frozen gitu" Kania membelakan matanya. Ia berusaha menahan tawanya melihat wajah dan pernyataan yang sama sekali tidak masuk akal.
"Hahahahahahaha" tawa Kania menggelegar membuat Reyhan terkejut. Hanya berapa detik kemudin ia tersenyum. Entah kenapa ada sebagian dalam dirinya tenang dan menghangat melihat tawa Kania. Seakan gadis itu melepaskan beban yang tergantung dibebannya.
"Loh kok ketawa sih gue serius Kania" Reyhan menuntun Kania untuk duduk di sebuah bangku taman. Kania menatap Reyhan masih mencoba menahan dirinya agar tidak tertawa.
"Lo aneh ya kali gue adiknya Elsa" ucap Kania. Reyhan bersyukur nada bicara Kania kini lebih bersahabat. Reyhan tersenyum senang. Entah kenapa ada keyakinan dalam hatinya bahwa ia akan mendapatkan hati wanita ini dan menghancurkan tembok dingin itu.
"Tapi Kan, jika itu benar-benar terjadi gue siap kok meluk lo setiap hari biar hawa hangat di tubuh gue bisa terkirim ke lo. Dan makin lama tembok dingin lo bakalan luluh karena hawa hangat gue" ucap Reyhan senyum manis mengakhiri perkataannya. Kania menatap Reyhan sekuat tenaga ia berusaha mempertahankan wajah datarnya namun ia tidak bisa menghilangkan rona merah yang semakin jelas di pipinya.
"Ciee yang merona" ucap Reyhan sambil menoel pipi Kania.
"Apaan sih!" Kania galak kemudian menarik tangannya yang entah sudah berapa lama di genggam oleh Reyhan. Kania menatap kedepan seakan senyuman itu coba ia alihkan. Reyhan yang melihat tingkah gadis itu hanya terkikik geli. Ia tidak menyangka gadis yang terkenal the cold monster itu memiliki sisi yang begitu imut dan lucu.
"Apa harus gue belajar ngegombal dulu biar gue bisa liat senyum dan rona merah lo?" ucap Reyhan.
"Gak perlu" sahut singkat Kania. Sedetik kemudian ia mencoba membenarkan letak kaca matanya yang sedikit melorot.
"atau gue harus jadi kaca mata lo biar gue bisa nempel terus sama lo?" rayu Reyhan. Kania menahan anggota tubuhnya agar tidak merenspon Reyhan. Reyhan kembali terkikik
" kalo sama gue jangan pandang apapun. Apalagi pohon didepan, kalo itu terjadi lagi gue bakalan tumbagin semua pohon cemara itu. Inget kania lo emang bukan pacar gue. Tapi sekali gue suka sama cewek gue gak bakalan biarin lo ngelirik yang lain" ucap Reyhan yang langsung di balas tatapan sengit oleh Kania.
Teeeeeet...
Teeeeeet...
"Satu lagi sebelum gue masuk, lo cantik kalo lagi blushing gitu. Tambah bikin gue Cinta." Reyhan langsung lari terbirit-birit meninggalkan Kania. Kania terdiam berusaha mencerna ucapan Reyhan. Tiba-tiba wajahnya kembali memerah, jantungnya berdetak cukup kencang.
"Sebenernya gue kenapa".&
Kania mencoba memfokuskan pikirannya pada guru Sastra Indonesia yang menjelaskan didepan. Namun sampai pelajaran berjalan 30 menit pun nyawa dan otaknya masih tertinggal di taman belakang sekolah.
"Perbedaan Hikayat dan Novel dapat kita analisis dengan unsur intrinsik dari karya tersebut. Misalnya pertama tokoh. Biasanya tokoh pada Hikayat lebih dominan berkaitan dengan tokoh-tokoh kerajaan atau biasanya nama tokohnya menggunakan bahasa jawi kuno. Untuk lebih jelas silakan buka buku paket kalian halaman 234. Kalian baca kutipan novel dan hikayat tersebut. Setelah itu kalian kerjakan soal di halaman 236" penjelasan Buk Darma tak ada yang masuk dalam otak Kania, hingga sebuah senggolan membuatnya tersadar.
"Kan... Kania lo dipanggil Buk Darma" ucap Jessy disebelahnya. Bahkan gadis itu tidak sadar di panggil. Kania gelagapan dan memandang Buk Darma yang sudah memasang tanduk di kepalanya.
"Cepat Kania jelaskan apa yang di sebut Unsur Intrinsik dan Ekrensik pada sebuah novel!" Kania tersenyum kikuk semua mata sudah tertuju kepadanya. Buk Darma berjalan mendekat
Pllaak...
Sebuah penggaris panjang beradu dengan mejanya yang membuat seisi kelas terpenjat kaget. Kania seketika menunduk tidak memperhatikan Buk Darma saat menjelaskan adalah sebuah kesalahan paling berat yang harus diterima.
"Dimana pikiran kamu saat saya mengajar Kania?" ucap Buk Darma
"Ma...maaf buk"
"Apa kamu tau konsekuensi tidak fokus pada pelajaran saya?" Kania mengangguk pasrah.
"Tidak boleh mengikuti pe...."
"Sekarang kamu keluar dan pergi keperpustakaan. kamu analisis 10 novel dan 10 Hikayat. Saya tunggu sampai jam saya selesai. Mengerti!!" perintah Buk Darma. Kania bernafas lelah 'ini semua karena lelaki gila itu' Jessy menatap sedih sahabatnya namun hanya dibalas anggukan dan senyuman oleh Kania.&
Kania membawa 7 buku bahasa Indonesia dan Sastra. Iya juga menggambil 10 novel dan meletakkan semuanya dimeja. Ia mengehela nafas pasrah jika hikayat mungkin dia lebih cepat membaca tapi novel? Astaga butuh berhari-hari agar bisa memahami.
"Strong Kania"
Satu persatu kania mencoba membaca hikayat di buku itu dan mencoba menganalisisnya.
"Pak, tempat buku biologi mana sih? Kok ditempat biasa gak ada?" suara itu mengalihkan semua pikiran Kania. Ditatapnya lelaki yang membuat pikirannya teralih. Ia hanya menatap tajam, karena lelaki itu dirinya harus menghabiskan waktu di tempat ini. Reyhan yang merasa ada yang menatapnya kemudian menatap sekelilingnya. Kemudian pandangannya terpusat pada perempuan cantik yang juga sedang menatapnya.
'Kania? Gue samperin ahh...' Kemudian ia menghampiri Kania dan duduk disebelahnya.
"Hy Kan" sapa Reyhan dengan manisnya dan duduk dihadapan Kania. Kania hanya menatap sekilas kemudian kembali fokus ke tugasnya. Merasa tak dihiraukan Reyhan menghampiri kebelakang tubuh Kania.
" Hikayat Hang Tuah, Hikayat Indra Bangsawan? Tua banget selera lo. Gak ada yang mudaan dikit Kan?" ucap Reyhan sambil menggeser setiap buku yang diambil Kania.
"Bukan urusan lo!" jawab Kania datar. Reyhan terkekeh geli kemudian duduk disebelah Kania, pandangannya tak dapat lepas dari Kania. Reyhan kini tau apa yang membuat ia menyukai, letak kaca mata Kania. Ya, aneh memang tapi itu yang ia rasakan. Reyhan menyukai setiap gerakan Kania ketika memperbaiki letak kaca mata besar itu. Kania begitu cantik dengan kaca mata itu.
"Kamu cantik" ucap Reyhan kini ia sudah merubah posisi duduknya kepalanya sudah direbahkan di meja agar dapat melihat Kania dengan leluasa.
Kania yang merasa diperhatikan menjadi gugup ditambah dengan ucapan itu membuatnya semakin gemetar.
"Gila!" ucap Kania pada Reyhan namun tetap berusaha memahami hikayat di depannya. Rayhan tersenyum kemudian tangannya menyentuh rambut sebahu Kania. Kania langsung menepis tangan itu.
"Jangan sentuh gue, lo gak ada hak nyentuh gue!" Reyhan makin terkekeh geli lalu kembali nenatap Kania.
" lo tau gak semakin lo nolak gue, itu ngebuat gue semakin jatuh cinta sama lo. Lo tipikan gue banget" ucap Reyhan. Kania hanya menatap sekilas namun kembali bersikap tak acuh pada Reyhan lalu kembali fokus. Reyhan tersenyum kemudian kembalu berkata "gue gak masalah lo sekarang nolak gue. Kenapa karena gue tau akan ada saatnya lo bakalan jatuh cinta sama gue, tunggu ya Reyhan berdiri kemudian mengecup puncak kepala Kania lalu berlalu keluar Perpustakaan. Kania terdiam, seluruh badannya kaku, seluruh suasana seakan mencekramnya.
"Aku kenapa? Dia hanya berbicara omong kosong yang jelas-jelas tidak akan terjadi!!!" Kania mencoba untuk menormalkan seluruh tubuhnya, dan mencoba meyakinkan semua itu hanya angin berlalu.
"What the fuck!, otak gue gak bakal bisa bekerja lagi" ucapnya dengan kesal ia pun mulai lelah dan mengistirahatkan pikirannya.&
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
KACAMATA [slow.update]
JugendliteraturInilah takdir yang harus aku lalui. Akan aku bawa kalian untuk merasakan detakan dan tetesan hebat yang aku lalui. Terimakasi sudah mau merasakan bersamaku, selamat menikmati. Salam sapa dariku Kania💛