Chapter 14: Even The Angel Will Die For You

7.3K 891 564
                                    

Dawn without Sunrise

OST: BTS - Run

***

"Apa yang di sebelah sini sakit?"

"Tidak."

"Kalau yang di sini pasti sakit, ya?"

"Tidak juga."

"Em ... berarti di sini." Jeon Jungkook menggigit bibirnya sekali, dua kali, tiga kali-sampai dirinyalah yang merasa sakit sendiri. "V, bilang padaku kalau lukamu perih atau apa."

"Ini sama sekali tidak sakit, Kookie," pemuda Black Sun itu tersenyum dengan bibir dan matanya. "Kau terlalu khawatir padaku."

Malaikat Seoul yang polos itu terdiam. Sejak tadi di antara mereka memang tidak ada yang memutar otak, bersusah payah menyusun bahan pembicaraan. Mereka bersama, duduk berdua, tapi di sekeliling mereka hanya ada kesunyian yang terjaga.

Keduanya menghela napas-terlalu dalam dan bergantian. Ini sebenarnya menyakitkan kalau dilihat dari sisi mana pun. Rasa bersalah yang mengendap dalam hati V seperti jadi saingan baru untuk Jungkook. Ada perasaan mengambang yang tak terjelaskan di antara mereka. Rasa itu teraduk antara cemas, bahagia, takut, lega ... bahkan ada perasaan asing yang tak bisa mereka terjemahkan sama sekali.

Jungkook merasa perlu untuk mengganti buku-buku hukumnya dengan beberapa judul buku psikologi cinta setelah ini. Ia merasa hilang dan tak mengerti apa pun tentang hatinya sendiri.

Sebenarnya cinta itu substansi macam apa?

Apakah cinta adalah ramuan halusinatif yang bisa membuat orang hidup selamanya?

Ataukah cinta justru virus pemicu perkara yang akan membuat penderitanya mati muda?

Adakah keuntungan sedikit saja dari seseorang yang merelakan waktu dan tenaganya untuk jatuh cinta?

"Aku ingin V menjelaskan padaku mengapa kau menjual dirimu di restoran kanibal." Akhirnya pertanyaan tajam itulah yang meluncur dalam keheningan. Sudah cukup. Soal cinta sudah selayaknya ditutup.

Jungkook menuangkan lagi cairan antiseptik ke atas kapas, menyembunyikan keadaan hatinya yang diam-diam merutuk karena sadar telah lancang. Jungkook kira V akan marah dan meninggalkannya dalam hitungan detik. Namun V justru tercenung.

"Kau bertanya apa, Kookie?"

"Mengapa kau menjual dirimu di restoran kanibal?"

"Oh." Jeda. "Itu, ya." Pertanyaan yang sulit. Pertanyaan yang gelap. "Karena aku cinta kau."

"Oh, ya?" Datar. "Begitu."

"Ya, Kookie. Menurutmu apa?"

Seandainya saja ia tidak teringat Minjae, mungkin Jungkook akan menggangguk saja.

Hah, cinta. Semua manusia tercipta sebagai pengkhianat. Cinta zaman sekarang butuh disuling sejuta kali supaya bisa menemukan artinya lagi. Cinta di masa kini sekeras air raksa yang akan melepuhkan semua-mua.

Bukan manusia yang bisa membunuh cinta. Cinta sendiri lah yang bisa membunuh manusia.

Jelas. Jungkook skeptis dan hanya menghela napas. Membuat V bertanya-tanya sendiri. V kira pemuda Seoul itu akan mempermasalahkan hal sepele semacam mengapa ada antiseptik di Black Sun atau mengapa mereka tidak mengoplos produk obat-obatan dengan racun biokimia. Namun, perhatian Jungkook yang biasanya mudah teralih itu kini menetap. Jungkook seperti anak kecil yang bisa merobek hati dengan tatapan jujurnya.

Dawn without Sunrise | MinYoon, TaeKook, NamJin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang