Bagian 6

972 71 6
                                    

Ruangan bernuansa putih dan bau obat obatan yang semerembak didalamnya. Terlihat serorang gadis dengan perban di kepalanya tengah memejamkan matanya dengan tenang. Dan seorang laki laki yang tertidur di sebuah sofa dari keadaanya laki laki itu terlihat sangat kacau, garis garis wajahnya menggambarkan kesedihan dan emosi yang meluap luap.

Pelan tapi pasti, dengan perlahan gadis itu membuka matanya.
'Silau' ia menyerit menetralkan cahaya yang masuk ke retinanya.

Pandanganya berkelana menyusuri setiap sudut ruangan yang di tempatinya. Dan pandangannya berhenti pada seorang pria yang tengah tertidur dengan wajah terlihat lelah.

"K.. Kakk" panggil gadis itu pelan dengan suara serak.

"Kak" panggilnya lagi

Suaranya benar benar habis. Terlihat dari bibirnya yang sangat kering. Karena 3 hari tak sadarkan diri.

Lelaki itu mengerjapkan matanya beberapa kali , serta menajamkan pendengarannya.

"Kak" pangil gadis itu sangat pelan.

"Cantik, kamu udah sadar?" ia bangkit menghampiri gadis kecil yang sudah tunggu tunggu kesadaran adiknya itu.

"Kak aku haus" cicit Cantika pelan.

"Sebentar ya" Ian beranjak dari sofa begegas menuangkan air yang tersedia di atas nakas.

Ian menekan beberapa kali tombol yang berada di atas ranjang Cantika berharap dokter akan segera datang.

Tak lama datang seorang perawat yang sudah Ian tunggu tunggu.

"Oh ternyata sudah sadar" dengan senyum yang terlihat ramah suster itu mulai mengecek keadaan Cantika.

"Permisi, saya akan memeriksa keadaannya terlebih dahulu" lanjutnya ketika melihat Ian yang menunjukan wajah penasarannya.

Sadar akan apa yang suster itu katakan, Ian mengambil jarak dua langkah mundur kebelakang memberikan ruang pada suster itu.

"Gimana keadaan adik saya sus?"

"Saat ini keadaannya sudah membaik. Cuma adik anda masih sedikit syok. Dan masih butuh istirahat yang banyak. Mungkin tiga hari lagi lukanya akan kering dan nona sudah boleh pulang" jelas suster itu senbelum ia keluar dari kamar inap Cantika.

"Kak" panggil Cantika.

"Iya dek, kenapa? Ada yang sakit?" tanya Ian kawatir. Segera menghanpiri adiknya itu.

"Badan ku sakit semua kak" keluhnya

Ian measa miris melihat adiknya yang tetidur dengan lemahnya. Ia tidak habis fikir dengan kelakuan Vanya dan teman temannya tega melakukan hal kejam semacam itu pada adiknya. Ia tau penyebab dari semua ini adalah dirinya. Andaikan Vanya tidak suka dan tidak terlalu obsesi pada dirinnya. Andai Vanya tau jika Cantika adalah adik kandungnya mungkin ini semua tidak akan terjadi.

Flashback on.

"Apa bagusnya dia sih!!!" teriak Vanya pada kedua temanya.

"Awas aja lo Cantik, ya dia CANTIK" tanbah Vanya dengan seringai dibibirnya.

"Kayaknya  lo harus kasih tu cewek pelajaran deh Van" ucap Gladys sambil memoleskan lipstic ke bibirnya.

"Dan gue udah punya rencana" ucap Vanya semangat.

"Kalian ngomongin apa sih? apanya yang bagus, siapa yang cantik, terus rencana apa sih? Kok gue gak faham" tanya Keyla sembari menggaruk kepalanya yang terasa gatal

"Dasar bego. Kenapa gue bisa punya temen kaya dia sih?" Gladys hanya bisa geleng geleng kepala melihat temanya yag o'on kelewat o'on itu.

"Jadi apa rencananya?"
.
.
.
.
.

I'm an Ugly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang