2

879 35 2
                                    

"kenapa kamu deket sama kuman ini yan? Bukannya kamu bilang hari ini mau kerja kelompok?", tanya gadis itu dengan hinaan yang mengarah pada Audrey.

"Sakit dan itulah yang kurasakan", ucap batinnya.

Raut wajah Ian berubah dingin saat Vivi salah seorang teman kelasnya melontarkan ucapan yang membuat amarahnya seketika meledak, sedangkan Audrey hanya menahan sakit di dalam dada.

"Apa lo bilang?, kuman?!. Lo sendiri apa, hah?!, cuma cewek haus perhatian!, murahan lo!", ucap Ian dengan kalimat tajam nan menusuk.

Kalimat yang diucapkan Ian bagai pedang yang menghunus, Vivi hanya bisa menunduk dalam, tangannya bergetar ketika Ian menyentak dengan suara bernada tinggi, tetesan air mata Vivi tak lagi terbendung.

"ma maksud-", Vivi berucap dengan suara yang bergetar namun Ian langsung angkat bicara.

"Jaga bicara lo!, lo lebih buruk dari pada kuman paham?!, ayo Drey aku anter pulang", ucap Ian.

Ian menarik lembut tangan Audrey, pandangan Audrey terus mengarah pada Vivi yang tengah meneteskan air mata, semakin manjauh langkah Audrey semakin melambat dan akhirnya terhenti.

"Ada apa Drey?", tanya Ian.

"Kamu enggak perlu caci maki dia yan, kasian dia", ucap Audrey.

"Drey, sesekali orang harus diberi pelajaran biar jera, Aku yakin dia ngga akan menghina kamu lagi", jawab Ian lembut.

"Tapi cara kamu itu kasar Ian", Audrey kembali menjawab.

"Drey dia kasar ke kamu, Udahlah biar dia jadi urusan aku yang penting kita pulang sekarang", jawab Ian seraya menarik lembut tangan Audrey.

Di sana Audrey hanya bisa diam, ia masih memikirkan seseorang yang telah menghinanya, tiba-tiba saja langkah Ian terhenti.

"Drey kamu tunggu di gerbang utama ya, nanti aku kesana", ucap Ian menghamburkan lamunan Audrey.

"I iya yan", jawab Audrey.

Saat Audrey melangkah Ian menahannya dengan menggapai tangan Audrey.

"Drey, jangan kangen ya, bentar doang", ucap Ian di selingi lengkungan di wajahnya.

"Apaan sih yan", jawab Audrey.

Seketika raut wajah manis Audrey menjadi cerah, menurutnya Ian itu seperti angin dapat menyejukan dan dapat pula menjadi dingin bahkan membuat suasana menjadi mencekam.

***

Hembusan nafas terus ia lakukan berulang kali, sudah 10 menit lebih Audrey menunggu kehadiran Ian. "Ian kemana ya ko ngga dateng-dateng", ucapnya dalam batin.

Karena tak kunjung datang Audrey berniat menghubungi Ian, namun saat Audrey hendak mengambil ponselnya di dalam tas tiba-tiba saja tas biru itu berpindah tangan.

"Balikin tas aku!", ucap Audrey dengan nada tinggi.

"Tas butut lo ini?", tanya orang yang telah mengambil tasnya.

Sekali lagi ia harus berhadapan dengan sekelompok perusuh, siapalagi jika bukan GX. Pelaku yang mengambil tasnya adalah REVALDO anak XI MIPA 5, ia bertubuh tinggi berwajah khas asia, dan di sebelahnya ada KAINAN manusia hitam manis dari XI IPS 1. Namun kali ini personil GX hanya Reval dan Kai sedangkan si angkuh bernama Gino Xevilo tak ada diantara mereka, untuk pertama kalinya ia tak menampakan diri.

Audrey berusaha menggapai tas miliknya namun tak sampai karena tinggi reval sangatlah jauh dengannya, di sana Kai hanya sebagai penonton begitu menikmati pertunjukan si gadis berkaca mata yang sedang bersusah payah untuk mengambil tasnya.

Audrey  (Completed) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang