Matanya yang tajam itu tampak serius menelisik setiap orang yang sedang asik bergelut didunianya sendiri sambil menggoyangkan tubuh mengikuti irama musik remix yang sedang dibawakan sang DJ.
Aroma rokok dan alkohol begitu mendominasi ruangan sebuah club mewah yang berada di pusat kota Jakarta. oh iya, jangan lupakan juga suara desahan nakal yang teredam oleh suara perempuan-perempuan yang semakin mengila manakala sang DJ pria keturunan barat itu mulai membuka bajunya yang basah karena gerah, menunjukkan perut kotak-kotak hasil gym mahal yang dia geluti setiap hari.
Langkah kakinya yang kecil sedikit terganggu saat beberapa pria hidung belang mendekatinya hanya untuk menawar harga tubuhnya yang mampu membuat beberapa mata pria menatap lapar. Bahkan untuk sekedar menghabiskan waktu 1 malam mereka rela membayar uang yang cukup mahal,namun seribu sayang semua tawaran itu di abaikan begitu saja tanpa berbalik arah melihat ekspresi kecewa bujang-bujang lapuk yang sudah memiliki keluarga itu.
"dagingnya ada ?" perempuan itu menggangukkan kepalanya saat mengerti makna kosa kata daging yang dikatakan oleh seorang lelaki remaja tanggung.
"ijo gimana ?" tanya perempuan pembawa daging.
"tadinya ada yang nyamar, tapi udah diusir sama penjaga" jawab perempuan berambut pirang sebahu yang berada disebelah lelaki yang bertanya tentang daging.
Perempuan pembawa daging itu mulai diajak duduk dimeja bar yang terletak sedikit pojok dimana sebelah meja mereka terdapat seorang pria tua berperut buncit sedang asik bercumbu dengan salah satu pelacur mahal diclub ini. Mungkin pria itu adalah seorang politikus atau pejabat pemerintah yang menghamburkan uang rakyat yang diambil secara diam-diam untuk mencukupi gaya hidup bajingannya sendiri.
Perempuan itu mulai mengeluarkan 5 bungkus kecil yang berisikan serbuk-serbuk halus yang masing-masing memiliki berat sekitar 5 gram dan memberikannya pada sepasang manusia yang membawanya duduk disini.
"mantap !" kata perempuan teman lelaki itu ketika melihat barang yang telah dia nanti kini sudah berada didepan matanya.
Lelaki tanggung itu mulai merogoh sakunya dan mengeluarkan amplop coklat yang berisikan uang nominal seratus ribuan pada kurir daging itu.
Fyi sedikit. Ijo adalah kode dari polisi sedangkan daging adalah kode dari heroin yang baru saja diantar perempuan ini.
"semuanya ada 3 juta rupiah. Sesuai dengan kesepakatan kita dari awal" kata lelaki itu saat perempuan pembawa daging mulai menghitung uang didalam amplop yang dia berikan. Perempuan itu menggangukkan kepala setelah selesai menghitung nominaln uang yang pas dengan perkataan lelaki dihadapannya.
"tugas gue udah selesai, kalo gitu gue cabut dulu" baru saja hendak berdiri, tangan perempuan itu sudah ditahan terlebih dahulu oleh gadis yang sedari tadi sudah menatap penuh hasrat pada barang yang dibawakan olehnya.
"santai dulu lah. Kita minum atau pesta dikit gitu..." ajak perempuan berambut sebahu.
Yang membawa barang hanya sedikit tersenyum dan menggelengkan kepalanya menolak.
"gue gak make"
Lelaki yang sedari tadi diam melihat percakapan 2 perempuan yang ada dihadapannya sedikit berdecih.
"lo tuh iblis. Barang yang lo jual ini bisa menghancurkan masa depan seseorang. Jadi berhentilah bersifat sok malaikat hanya untuk melindungi latar belakang lo yang sebenarnya" sindirnya dengan kalimat sarkas.
Yang disindir bukannya marah,melainkan dia menampilkan senyuman maut yang membuat lelaki itu terdiam menatapnya dengan hasrat yang mulai meninggi.
"gue gak make" katanya sekali lagi dengan tenang.
Perempuan itu mulai beranjak meninggalkan perempuan dan lelaki yang mungkin masih menatapnya.
"Naomi ! Gue akan bayar lo lebih kalo lo mau temenin gue 1 malam ini" kata sang lelaki dengan hasrat yang sudah sampai dipuncaknya hanya karena menatap senyuman perempuan yang dipanggil Naomi.
Naomi hanya menggelengkan kepalanya menolak permintaan lelaki itu untuk kesekian kalinya selama mereka saling mengenal dan bekerja sama.
"Jeje, tolong bilangin sama Vino kalo gue gak mau tidur sama dia mau seberapa banyak apapun dia ngebayar gue per jam"
Vino menggerang kesal karena lagi-lagi Naomi menolaknya bahkan menjatuhkan harga dirinya didepan Jeje, sahabatnya. Jeje yang ada disebelah Vino sudah tertawa lepas melihat ekspresi sahabatnya yang selalu ditolak oleh gadis berparas dewi tapi memiliki pekerjaan iblis itu."udah gue bilangin dari dulu. Naomi itu terlalu mewah kalo lo cuman ajak dia one night stand. Lebih bagus lo sewa aja pelacur disini sebelum lo kelepasan dan melampiaskannya sama gue. Sorry aja yah brother, gue jijik ngebayangi lo ada diatas gue sambil goyang-goyang" kata Jeje pada Vino yang masih menatap punggung Naomi yang mulai hilang diantara kerumunan manusia yang masih asik dengan dunia malamnya.
"tapi gue mau dia. Jika saja dia mau gue aja ONS mungkin gue bisa pertimbangi dia jadi pacar atau calon istri gue"
Tawa Jeje mulai memelan mendengar ucapan Vino yang terdengar cukup serius. Hanya karena seorang perempuan yang tak sengaja Vino kenal dari teman ke teman sebagai seorang kurir narkoba terseksi menurut mereka, Vino rela menjadikan perempuan itu sebagai pacar atau yang paling gila adalah sebagai istri.
"dari pada lo ngeliatin dia, bagusan kita pesta aja disini" tawar Jeje sambil memainkan 3 bungkus heroin yang sudah bersiap untuk diajak pesta sepanjang malam.
Vino melihat Jeje yang terlihat bersemangat mulai merasa ikut bersemangat juga, moodnya yang sempat memburuk hanya karena Naomi mendadak dia ubah untuk bersenang-senang malam ini.
"padahal yang ngejerumusin lo make beginian gue" gumam Vino melihat Jeje yang mulai menyuntikkan heroin itu untuk masuk ke peredaran darahnya
***
Sementara itu disebuah komplek perumahan mewah terdapat, seorang perempuan berparas bidadari sedang menatap kosong pada meja makan yang seharusnya muat untuk 7 orang.
Namun sama disetiap harinya,hanya gadis itu yang duduk sendiri dihadapan beberapa makanan enak yang tak mampu mengeluarkan seleranya untuk memakan makanan yang telah tertata rapih.
"nona muda, tadi nyonya mengatakan bahwa mereka akan pulang esok hari" kata salah satu pelayan berstelan rapih.
Nona mudanya hanya menyunggikkan senyum mirisnya. Dia sudah hafal sekali dengan kosa kata itu, bahkan dia selalu tidak pecaya karena hasilnya pasti selalu sama saja setiap harinya.
"padahal 3 hari lagi ulang tahun gue yang ke 18 " gumamnya miris
Gadis itu beranjak dari meja makannya dengan berjalan menunduk menyembunyikkan kesedihannya. Hidup penuh kemewahan tak bisa membuatnya bahagia sedikitpun, bahkan dia sendiri dibuat iri dengan orang-orang yang bekerja dirumahnya yang masih bisa menyempatkan bertemu dengan keluarga masing-masing.
"kasihan yah nona Veranda. Hidupnya sempurna tapi tidak dengan keluarganya" kata salah satu pelayan kepada temannya yang sesama pelayan juga sedang membereskan meja makan yang masih bersih tak kotor dari bekas makanan sedikitpun
"padahal kita aja iri yah ngeliat harta keluarganya, tapi begitu kerja disini saya langsung sadar kalo orang kaya itu hidupnya pasti suram" ujar temannya.
"berhentilah bergosip. Hidup gak selamanya hanya tentang membicarakan kehidupan seseorang. Dan yang kalian bicarakan adalah putri bos kalian, bisa saja dia melapor dan membuat kalian di pecat dari sini sekarang juga tanpa uang sedikitpun !" tegur kepala pelayan pada bawahannya.
Bawahannya mulai menunduk takut dengan ancaman itu. Meski tak ada sejarahnya mereka di pecat hanya karena menggosip putri bos mereka tapi tetap saja tata kramah itu harus dijaga, terutama jika sudah menyangkut orang-orang yang memberi mereka gaji sebagai penyambung hidup.
Tbc
Masih awal. Jadi nikmati aja dulu alur ceritanya yang mungkin mempunyai kejutan yang akan membuat kalian ingin menampol saya jika bertemu.