6 - Pemainan Macam Apa Sih Ini?!

21.2K 255 11
                                    


Mark membalikan tubuhku dan menyibak selimut. Ciumannya di bibirku membuat aku terpaksa kembali terjaga.

Mark sepertinya baru saja pulang dari kantor setelah lembur. Ruang kamar yang gelap membuat aku tidak bisa melihat pukul berapa saat ini. Lagi pula tangan Mark yang mulai bergeriliya dan bibirnya yang lembut membuat aku mulai sulit berpikir.

Aku sangat mengantuk dan berharap bisa kembali tidur.

"Mark, please," keluhku.

Sayangnya Mark sepertinya salah menangkap maksudku. Karena sedetik kemudian dia justru menarik lepas celana dalamku dan mulai memberikan servis di area intimku.

His head game is beyond! Aku tak pernah menolak pelayanan oral yang ditawarkan oleh pria. Dan Mark yang punya permainan di atas rata-rata jelas tak mungkin kuabaikan.

Lidah Mark bermain dan menggodaku dengan mesra. Sedangkan jarinya mulai mencari celah untuk masuk ke dalam intiku.

Kau tahu, di saat-saat seperti ini aku sepertinya selalu terlena dan hanyut terbawa perasaan. Aku menginginkan Mark untukku, bukan hanya menjadi pemuas hasrat dan propertinya, tapi benar-benar memilikinya. Aku tak pernah merasakan hal seperti ini pada pria lain. Baru Mark yang bisa membuatku seperti melayang dan jatuh pada saat yang sama.

"Mark, please," ratapku. Kali ini aku menginginkan lebih.

Pria itu mengangkat kepalanya, dan matanya yang indah menatapki lekat sebelum kemudian berucap, "kamu tahu kalimatnya."

Aku menggeram. "I want you. Please fuck me."

"I will make love to you, not fuck you," sanggahnya.

"terserah kata apapun yang kamu inginkan, tapi aku mohon. Sekarang!" tuntutku sambil bergerak membuka ikat pinggang dari celana yang masih membungkusnya.

Aku melontarkan geramaman kesal karena terlalu banyak pakaian yang harus kusingkirkan dari tubuh Mark. Tapi aku puas melihat dirinya yang telah siap untuk segera menjawab permintaanku.

Mark menarik bantal dan meletakannya di bawah bokongku sebelum tanpa basa-basi masuk mengisi penuh diriku. Napas kami saling memburu. Aku mengerang pada setiap hujaman Mark yang dilakukan sepenuh jiwa hingga jauh ke dalam intiku. Menerima dan memberi. Mengisi dan melepaskan. Mendaki hingga berjumpa pada puncak pelepasan yang luar biasa.

Mark masih terus memompa seluruh hasratnya selama beberapa menit sebelum pelepasannya datang. Aku bisa merasakan Mark berdenyut hebat di dalam sana, meyirami rahimku tanpa ampun. Kemudian ambruk ke pelukanku.

"Jadilah istriku, Indah," ucapnya sambil mendaratkan ciuman pada garis rahangku.

Aku mengerenyitkan dahi mendengar Mark menyebut nama asliku. Tapi aku tak ingin memprotes panggilannya untukku, ucapannya tadi justru jauh lebih mengkhawatirkan. Permainan seperti apa ini? Aku tak pernah tahu ada pria seaneh Mark.

Kekayaan pria itu mungkin bisa membeli seluruh duniaku, dan status sosialnya jelas jauh di atas levelku. Lalu apa yang dia cari dariku? Jika dia hanya menginginkan tubuhku, toh selama ini dia dapat memilikinya sepuas hati. Kenapa dia justru menginginkanku menjadi istrinya?

Apa sudah tidak ada lagi perempuan cantik dan terhormat yang mau dengan pria itu?

Apa perempuan lain tak ada yang bisa melihat ketampanan dan kekayaan yang jelas terpampang sangat nyata darinya?

Atau apa?

Mark berguling dari atas tubuhku. Dia perbaiki lagi posisi bantal yang tadi kami gunakan. Kemudian menarik selimut dan langsung tertidur.

Huh! Dasar dewa seks menyebalkan! Kenapa juga dia harus ngomong begitu! Bikin aku kepikiran aja. Gimana nih nasipku selanjutnya? Apa kabar si Mami dan Loreta kalau tahu aku nikah sama Mark? Bisa kejang-kejang mereka. Belum lagi tanggapan keluargaku kalau tiba-tiba mereka tahu aku akan menikah dengan bule kaya raya.

Aduh! Apa sih! Jangan kebanyakan ngimpi deh ya! Mark tuh tadi cuma lagi ngaco aja! Mana mungkin dia bener-bener mau aku jadi istrinya. Nggak mungkin, lah.

Iya, kan?

They Call Me a HoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang