Epilog

4.6K 295 131
                                    

Terlihat ada dua anak kecil yang saat ini tengah bermain bersama di dalam sebuah ruangan di dalam sebuah gedung yang kini tengah ramai orang berdatangan. Salah satu dari mereka adalah anak laki - laki dan satunya lagi adalah anak perempuan.

Anak perempuan itu tengah asik bermain dengan bonekanya beruangnya, Tetapi dengan jail anak laki - laki itu mengambil boneka anak perempuan dan menggodanya. Hingga anak perempuan itu menangis.

"Huwaaaa mommy P'Aland jahat" Rengek anak perempuan itu.

Tidak lama Krist datang menghampiri kedua anak kecil yang tengah bermain bersama itu. Setelah mendengarkan suara tangisan yang di keluarkan anak perempuan itu. Krist langsung menggendong anak perempuan itu dan menenangkanya.

"Ssttt Lian kenapa? Jangan menangis na. Aland tidak baik mengganggu orang lain" Ujar Krist kepada kedua anak itu.

Tiba - tiba dengan tergesa - gesa Gun berjalan kearah mereka bertiga. Gun langsung mengambil anak perempuan yang bernama Lian itu dari gendongan Krist dengan panik.

"Cantik mommy kenapa? Siapa yang membuatmu menangis? Alandkan? Pasti dia lagi. Aland itu memang sama seperti papanya. Sangat mengesalkan" Cetus Gun sembari menenangkan Lian.

Lian adalah anak adopsi dari Gun dan New setelah mereka berdua menikah dua tahun yang lalu. Sedangkan Aland adalah anak adopsi dari Krist dan Singto.

"Kau bilang apa barusan? Sama seperti papanya? Mengesalkan? Kau cari mati padaku? Anakmu saja yang cengeng. Berani sekali kau berkata seperti itu pada Alandku" Ujar Krist tidak terima mendengar ucapan Gun.

"Itu memang kenyataan. Dia selalu menggoda Lian dan membuatnya menangis" Sahut Gun yang juga tidak terima saat anaknya selalu menangis jika berdekatan dengan anak Krist.

"Merekakan masih kecil wajar jika seperti itu" Bela Krist pada anaknya.

"Wajar kau bilang? Coba saja jika yang di buat menangis itu anakmu pasti kau juga akan kesal sama seperti aku" Protes Gun tidak terima.

Wajar?

Aland itu selalu saja menggoda Lian setiap hari. Hingga terus menangis. Dan itu Krist bilang wajar?

Coba saja jika Aland yang menangis seperti Lian. Pasti Krist juga akan melakukan hal yang sama seperti Gun.

Mendengar suara kegaduhan yang di timbulkan oleh dua orang pria di ujung ruangan. Singto dan New yang tadinya sedang bercakap - cakap berdua menghampiri mereka semua. Hanya helaan nafas berat yang keluar dari mulut keduanya saat melihat Gun dan Krist bertengkar lagi.

Apa mereka lupa jika saat ini mereka berdua tengah ada dimana? Kenapa mereka berdua selalu bertengkar seperti anak kecil. Hanya karena saling membela anak mereka masing - masing.

Singto berjongkok dan tersenyum manis pada anak laki - laki yang bernama Aland itu. Kemudian menggendongnya.

"Ada apa? Kenapa papa Aland marah?" Tanya Singto.

"Aland menjaili Lian daddy" Jawab Aland ketakutan. Takut Singto marah padanya.

"Kenapa memasang wajah seperti itu? Daddy tidak akan memarahimu. Papamu memang selalu seperti itu. Lebih baik Aland ikut daddy na. Acaranya sudah mau di mulai. Biarkan saja papamu bertengkar sampai puas dengan paman Gun. Ayo New" Ujar Singto sembari berjalan pergi.

Melihat Singto sudah pergi meninggalkannya. Dengan cepat New mengambil Lian yang ada di dalam gendongan Gun. New tidak mau anaknya berada di tengah - tengah kedua pria yang tidak masuk akal itu. Mereka mengajarkan hal yang buruk pada Aland dan Lian.

"Daddy Lian takut" Rengek Lian pada New.

New mencoba menenangkan Lian. Tentu saja Lian ketakutan. Saat melihat Gun yang biasanya lembut sekarang jadi kasar karena bertengkar dengan Krist. Sungguh New tidak habis pikir pada Krist dan Gun. Bisa - bisanya mereka bertengkar didepan anak kecil yang tidak tahu apapun.

"Lian tidak perlu takut na. Disini ada daddy. Biarkan saja mommymu itu. Tidak perlu memperdulikan mereka berdua" Ucap New sembari mengeratkan gendonganya pada Lian. Dan berjalan pergi menyusul Singto.

Saat mereka sampai di tengah ruangan acaranya baru saja dimulai. Singto melihat kakaknya yang kini ada di atas altar pernikahan dengan wajah bahagia. Karena ini adalah hari pernikahan kakaknya dengan Windy setelah sekian lama mereka berdua berpacaran.

Tidak lama Krist dan Gun menyusul mereka. Dan berdiri menyatu diantara tamu undangan yang datang. Krist melihat Windy tengah berjalan di dampingi oleh ayahnya. Menuju di mana tempat Nam berada saat ini.

Sebelum mereka berdua mengucapkan janji suci pernikahan. Krist mengambil Aland dari gendongan Singto. Krist berharap kakaknya nanti akan bahagia dalam menempuh kehidupan barunya. Krist senang karena saat ini keluarganya bertambah satu lagi.

Semoga Windy adalah pilihan terbaik untuk Nam. Dan begitupun sebaliknya.

"Kenapa P' meninggalkanku?" Tanya Krist cemberut.

"Bagaimana bisa Kit bertengkar di depan Aland dan Lian? Lagipula Aland sudah mengaku jika dia salah. Jika anak kita salah. Harusnya Kit tidak boleh membelanya. Biarkan dia belajar sendiri cara untuk meminta maaf. Supaya nanti dia bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Jika Kit selalu memanjakannya. Bagaimana nanti jika Aland dewasa?" Tanya Singto yang membuat Krist terdiam.

"Jangan seperti itu. P' tidak memarahimu" Ujar Singto.

"Tidak apa aku memang salah" Sahut Krist.

"Bukan papa yang salah tapi Aland" Ucap Aland saat melihat Krist sedih.

"Tidak. Bagaimana Aland bisa salah. Anak papa tidak pernah salah. Semua ini salah papa" Seru Krist.

"Ssstt jangan saling menyalahkan" Ucap Singto sembari memeluk mereka berdua. Selalu saja seperti itu Krist dan Aland selalu sedih jika salah satu dari mereka berdua sedih.

Pandangan Krist dan Singto tertuju lagi pada kakak mereka yang saat ini terlihat sangat bahagia. Yang bisa mereka berdua lakukan hanya mendoakan pasangan baru yang terlihat sangat saling mencintai itu.

Sementara tangan Krist menggenggam tangan Singto dengan erat. Berharap apapun yang terjadi Nam dan Windy akan bahagia dan tidak akan pernah menyesali keputusan mereka sekarang. Sama halnya dengan dirinya dan Singto yang tidak pernah menyesal telah menjalani hubungan seperti ini. Meskipun ini sulit dan tidak mudah.

Tetapi mereka akan mampu melewati semua itu. Jika mereka terus bersama dan tidak akan pernah menyerah pada rintangan apapun yang nantinya akan menghadang mereka berdua. Sama halnya dengan yang dialami oleh Krist dan Singto selama ini.

The End.



🎉 Kamu telah selesai membaca [2]. All The Time We Spend Together [ Sequel A World That Is You ] 🎉
[2]. All The Time We Spend Together [ Sequel A World That Is You ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang