Prologue

65 6 2
                                    

Suara angin menghembus, sangat terdengar jelas di telinga.

Termenung...
Bukan melamun, hanya tak ingin bersuara.

Sekali lagi, hanya ingin menikmati senja dalam tenang.

Malam tiba...
Bulan dan bintang sudah berada di tempatnya, seperti biasa, tak pernah terlambat, dan terkadang tak terlihat.

Langit kelabu, hembusan angin kian lama semakin kencang.

Egois...
Maaf jika menyinggung. Aku tak menyukai bulan, tak senang dengan bintang, kesal dengan malam.

Karena aku terlalu merindukan matahari.

- dari aku yang mencintai Sang Surya..

***

Suara langkah kaki seorang gadis kecil memenuhi toko mainan yang lagi sepi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara langkah kaki seorang gadis kecil memenuhi toko mainan yang lagi sepi ini. Ia menyusuri lorong sambil memegang-megang mainan yang tersusun rapi di rak.

Ini hari senin, tepatnya pukul 11.45. Sebentar lagi jam makan siang akan datang, dan mall ini akan ramai dengan pekerja kantoran yang kelaparan.

"neng, cepat atuh pilih mainannya. Ayok pulang, bibi capek neng" suara lembut Mbok Ningsih dan terdengar lelah itu membuat gadis itu cemberut.

"iyaaa bi... Bentar lagiii" ucapnya.

Gadis kecil yang masih berseragam SD itu mengambil salah satu mainan dokter-dokteran dan memberinya kepada wanita separuh baya -mbok Ningsih yang berada dibelakangnya.

"Neng tunggu sini bentar ya, bibi mau bayar dulu ke kasir" ucap Mbok Ningsih dan gadis itu hanya mengangguk mengiyakan.

Gadis kecil itu masih asik melihat-lihat mainan yang sangat memikat mata itu. Saat sedang berjalan-jalan, ia melihat seorang wanita yang sangat familiar dari kaca besar di toko itu. Gadis itupun langsung berlari keluar toko dan mengikuti wanita itu.

"mama!" teriaknya. Tetapi bibir mungil itu tidak dapat mengeluarkan suara yang besar. Ditambah lagi orang-orang di mall ini semakin banyak.

Ia berlari kecil sambil tetap mengikuti wanita berbaju casual itu. Tetapi langkahnya tidak dapat menyeimbangi wanita itu, dan akhirnya dia kehilangan jejak wanita itu.

Ia pun berhenti dan menyadari bahwa dirinya pergi sudah terlalu jauh dari toko mainan tadi. Ia menghela nafas dan air mata mulai mengalir di pipinya. Ia mengelap air matanya menggunakan blazer yang dikenakannya.

Annastasia O. Hawkins. Nama itu tercetak jelas di sebelah kanan seragam gadis kecil itu. Ia berjalan tak tentu arah, kemudian ia duduk di dekat pembatas kaca yang berhadapan langsung dengan restoran yang terlihat mewah dari luar.

Gadis itu melihat kearah restoran itu dan mendapati wanita yang diikutinya tadi sedang duduk bersama seorang lelaki ber jas abu-abu. Ia ingin menghampiri wanita yang dipanggilnya mama itu, tetapi kajadian berikutnya mengurungkan niatnya untuk menghampiri mamanya itu.

"mama.. " ucapnya serak, air matanya kini telah membendung, dan siap untuk mengalir kapan saja.

Bagaimana tidak, gadis yang baru berusia 7 tahun itu telah melihat mama kandungnya berpelukan dan beradegan mesra dengan seorang lelaki yang bukan ayahnya. Ia terlalu kecil untuk mengerti semua itu.

"Ma.. Mama.." isaknya. Dan kemudian tangisnya pecah. Tetapi detik selanjutnya ada tangan yang membekap mulutnya, menghentikan tangisannya...

_________
Happy Reading guys!!!
Don't forget to Vote snd comment!!
Thankyouu!!!

ANNASTASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang