Chapter 3

15.5K 1.2K 62
                                    

Mencari pekerjaan merupakan hal tersulit yang pernah ada. Semua orang sepertiku pasti tahu betul rasanya.

Udara musim panas menampar wajahku ketika aku membuka pintu mobil. Begitu aku melangkah keluar, aku segera menutup pintu mobilku--yang langsung disambut oleh suara berderak sehingga membuat telingaku ngilu. Bagaimana tidak, mobil ini sudah tua dan berkarat, seharusnya benda ini berakhir di tempat pembuangan sampah. Tapi apa boleh buat, inilah satu-satu nya kendaraan yang kumiliki. Mungkin suatu hari nanti aku akan membeli yang baru--yeah, nanti ketika aku sudah punya cukup uang.

Kini di hadapanku, berdiri lah sebuah bangunan besar yang sangat mewah, dengan struktur modern yang hampir seluruh bagian depannya dilapisi oleh kaca. Aku tidak bisa percaya bahwa seseorang bisa tinggal di tempat seperti ini, aku bahkan tak akan percaya kalau bangunan dihadapanku ini adalah sebuah rumah. Tempat ini lebih tampak seperti hotel bintang lima atau bahkan museum. Aku memandang brosur lowongan pekerjaan yang tadi kutemukan di jalan. Hmm.. sepertinya ini alamat yang benar.

Seketika itu juga, aku langsung kehilangan rasa percaya diriku. Aku menatap ke bawah dan mengecek pakaian yang kukenakan; hoodie biru, jeans belel, dan sepatu converse putih. Penampilanku bisa dibilang tak layak untuk melamar kerja. Begitu mengetahui bahwa disinilah tempat ku akan bekerja hanya memperburuk keadaan--hal tersebut langsung membuatku gugup setengah mati. Maksudku, hey, sekali melirik ke bangunan yang di sebut rumah ini saja sudah membuatku merasa dekil seperti gelandangan.

Aku meneliti bagian pagar yang menghalangi jalan ku menuju rumah tersebut--mencoba mencari-cari bel. Saat itulah aku melihat sebuah intercom. Aku menekan sebuah tombol dan mulai menanti dengan gugup. Beberapa detik kemudian, sebuah suara terdengar dari alat tersebut.

"Ada yang bisa ku bantu?" Tanya sebuah suara, yang pastinya adalah suara perempuan.

"Hay.. aku melihat sebuah brosur yang mengatakan bahwa ada lowongan pekerjaan disini. Ehm.. namaku Lea O'Connor, aku sudah menghubungi nomor telephone di brosur itu, dan seorang perempuan menyuruh ku langsung datang kemari." Jelasku, aku bisa merasakan kegugupan mulai membuat jantungku berdebar-debar.

"Oh, kau yang tadi menelfon ya? Kalau begitu tunggu sebentar.."

"Okay." Jawabku singkat sambil menggigiti kuku jariku. Aku tahu itu menjijikan, tapi aku tidak begitu peduli saat ini.

Beberapa saat kemudian, pagar dihadapanku mulai membuka secara otomatis sehingga menampakkan pekarangan rumah yang terlihat sangat wow--aku bahkan tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.

Sebuah kolam pancuran berdiri tepat dihadapan pintu masuk dengan sebuah patung cupid dipuncaknya. Hal tersebut membuatku terkagum-kagum saking indahnya. Suara dari intercom kembali terdengar, dan perempuan di balik intercom itu mempersilahkan agar aku masuk ke dalam. Kalau bukan karena suara itu, aku pasti masih berdiri di depan rumah tersebut sambil menganga layaknya orang idiot.

Tanpa berpikir lagi, aku segera melewati pagar otomatis tersebut dan langsung berjalan dengan langkah cepat ke arah pintu masuk. Aku mengambil nafas panjang--mencoba mengumpulkan rasa percaya diriku. Dan mulai mengangkat tanganku untuk mengetuk pintu.

Sebelum aku sempat mengetuk pintu, pintu itu segera terbuka sehingga membuat tanganku membeku di tengah jalan. Cepat-cepat, aku segera menurunkan tanganku dan mengepalkannya di sisi tubuh dengan kuat.

Wanita dihadapanku menatapku dengan tatapan masam sebelum akhirnya menyuruhku masuk ke dalam. Entah mengapa dia memiliki aura menyeramkan, dan sekali melihat wajahnya, aku yakin bahwa dia tidak pernah tersenyum. Dia mengenakan kemeja berwarna merah yang terlihat begitu ketat di bagian dada serta sebuah celana panjang hitam, dan tidak lupa sepatu hak setinggi langit yang bisa mematahkan pergelangan kaki--melihatnya saja membuatku berkernyit ngeri.

Yes, Master [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang