2

1.5K 172 0
                                    

"Hallo, omma ada apa?" Pagi itu ia tiba-tiba mendapatkan telpon dari ibunya.

"Seokjin-ah, apa kau baik-baik saja? Bagaimana kuliahmu?"

"Aku baik-baik saja, ada apa?"

"Begini, kau taukan restauran appamu sudah tiga bulan ini sepi? Appamu sedang sakit sekarang, bolehkah omma meminjam uang tabunganmu untuk berobat appa?"

"Baiklah akan aku kirim uangnya, omma kau tidak perlu menggantinya ya. Aku ini anakmu, apa-apaan kau meminjam uang padaku jika kau bisa memintanya"

"Baiklah, maafkan dan terimakasih seokjin-ah. Kau harus bersiap-siap kuliah ya?"

"Ne omma"

"Kuliahlah yang benar dan segera selesaikan kuliahmu lalu bekerja, kau pasti akan jadi orang sukses. Aku selalu mendoakanmu."

"Terimakasih omma, aku tutup telponnya ya"

"Ne"

Mulai hari itu Seokjin harus berhemat, pagi harinya ia hanya memakan sepotong roti polos. Siang harinya ia makan di kantin fakultasnya dengan lauk paling murah di kantin. Saat sedang duduk menikmati makan siangnya tiba-tiba datang seorang gadis membawa nampan makan siangnya yang berisi berbagai jenis makanan paling enak dan juga mahal di kantin tersebut dan gadis itu adalah Jisoo. Ia sengaja duduk satu meja dengan Seokjin karena ingin mendekati lelaki itu, namun Seokjin tidak peduli pada kehadiran gadis itu dan melanjutkan makan siangnya.

"Hai Seokjin-shi." Namun Seokjin hanya diam.

"Apa kau tidak punya mulut?"

"Apa kau tidak lihat aku sedang makan? Sebaiknya kau nikmati saja makananmu dan jangan menggangu orang lain"

"Wah kau sangat kasar pada perempuan ya"

"Aku hanya tidak suka di ganggu" lalu Seokjin melanjutkan makan siangnya tanpa di ganggu lagi oleh Jisoo. Gadis itupun menikmati makan siangnya sambil memperhatikan Seokjin.
"Kau sangat tampan Seokjin-shi" lagi-lagi Seokjin diam, sebenarnya ia merasakan getaran di hatinya namun ia berusaha mengabaikannya karena ia tidak ingin jatuh pada orang yang salah. Lalu setelah makanannya habis ia ingin segera pergi namun di tahan oleh Jisoo.

"Bisakah kau menemaniku sebentar?"

"Kenapa? Mana sahabat-sahabatmu?"

"Mereka sedang ada urusan. Jika kau tidak mau aku yang akan ikut denganmu saja"

"Sebenarnya kau ini kenapa?"

"Apanya kenapa? Aku sudah selesai makan juga" lalu Seokjin melirik nampannya yang masih terdapat banyak makanan yang belum habis.

"Kenapa kau tak habiskan makananmu?"

"Aku sebenarnya hanya penasaran rasanya bagaimana, dan sebagian dari itu tidak enak"

"Habiskan makananmu"

"Tidak mau"

"Habiskan! Apa kau tau diluar sana banyak orang yang bersusah payah mendapatkan uang untuk makan namun kau menyia-nyiakan itu begitu saja"

"Tapi itu tidak enak!"

"Terserah kau saja, kau semakin buruk saja"

"Mwo? Semakin buruk? Apa maksudmu?"

"Kau pikir saja sendiri" setelah itu Seokjin segera pergi meninggalkan Jisoo di kantin. Jisoo yang merasa baru kali ini diperlakukan seperti ini oleh lelaki, hatinya sakit, namun secara tidak sadar ia berusaha untuk menghabiskan makannya. Hal yang di ucapkan Seokjin tadi memang benar, harusnya ia tidak seperti itu.

"Ah, ini semakin sulit saja" pikir Jisoo.

Sore harinya..

Karena Appanya sakit Seokjin memutuskan untuk pulang ke rumahnya, karena hari sudah sore ia harus segera buru-buru untuk mengejar bis sore itu menuju rumahnya. Ia segera mengabari Taehyung bahwa ia akan pulang kerumah agar sahabatnya itu tidak mengkhawatirkannya, selama di Seoul Seokjin tinggal bersama dengan Taehyung sejak tahun kedua ia berkuliah, mereka bertemu di saat masa orientasi kampus mereka dan menjadi dekat, lalu ia bertemu dengan Namjoon yang merupakan sepupu Taehyung dan juga Jungkook, Jimin, Hoseok, dan Yoongi. Semuanya tinggal di rumah pribadi Taehyung, Taehyung berasal dari keluarga paling kaya di kota ini, walaupun berasal dari keluarga kaya ia tidak sombong, maka dari itu Seokjin bisa menjadi sahabatnya, disisi lain ia beruntung karena ia tidak perlu memikirkan biaya untuk menyewa rumah setelah keluar dari asrama universitas. Ia berpikir untuk kembali ke rumah untuk membantu kedua orang tuanya juga karena kuliahnya sudah mulai sedikit jadwalnya. Lagipula jarak dari rumah ke kampusnya hanya 45 menit dengan menggunakan bus, walaupun jarak dari tempat tinggalnya sekarang ke kampus hanya 15 menit. Saat berjalan menuju halte tiba-tiba ada sebuah mobil yang menghalanginya.
"Seokjin oppa!" Lagi-lagi itu adalah Jisoo, namun Seokjin segera memutari mobil itu agar bisa terus melanjutkan jalannya. Jisoo yang merasa lagi-lagi di abaikan segera keluar dari mobil, dan menyuruh supirnya untuk pulang saja dan memberitahu orang tuanya bahwa ia akan menginap di temannya jadi tidak perlu khawatir.

"Aku akan ikut denganmu"

"Bisakah kau tidak menggangguku?"

"Kenapa?"

"Ada juga kau yang kenapa? Apa yang menarik dariku? Kau bisa mencari mangsa lain tapi jangan aku, aku punya banyak hal yang harus di kerjakan"

"Kau tampan"

"Semua korbanmu jauh lebih tampan di banding aku. Sudahlah Jisoo, aku lelah"

"Jika begitu kau diam saja, aku tidak akan mengganggumu. Aku hanya akan mengikutimu."

"Terserah kau saja" Jisoo yang mendengar hal tersebut tersenyum, entah kenapa hatinya menjadi hangat ketika akhirnya Seokjin mau ia ikuti. Perasaan ini asing untuknya, sebelum-sebelumnya ia tidak pernah merasakan seperti ini.

Keadaan di bis sangat sepi, Jisoo duduk di sebelah Seokjin yang sibuk mendengarkan musik menggunakan earphonenya. Walaupun di abaikan ia tetap senang karena Seokjin ada bersamanya. 45 menit kemudian ia sampai di sebuah perumahan sederhana di pinggir kota, ia tidak tau dimana karena ini merupakan pertama kalinya ia pergi ke daerah tersebut.
"Kau tinggal disini? Bukankah kau tinggal dengan Taehyung?"

"Ini rumah orang tuaku"

"Kenapa kesini?"

"Apa ini urusanmu?"

Lalu setelah berjalan cukup jauh untuk Jisoo namun dekat bagi Seokjin, Seokjin masuk ke sebuah restauran kecil lalu ia di sambut oleh seorang perempuan tua namun terlihat masih cantik. Ia memiliki senyum khas Seokjin, Jisoo tau itu adalah ibunya.
"Seokjin-ah kau pulang?"

"Iya bu, aku merindukanmu. Dimana appa? Apa dia sudah mendingan?"

"Appamu sedang tidur di kamar, tadi siang setelah mendapatkan uang darimu kami segera ke dokter memeriksakan keadaannya."

"Bagaimana kata dokter?"

"Ia hanya kelelahan. Oh Seokjin-ah siapa gadis cantik ini?"

"Hallo bibi perkenalkan aku Kim Jisoo"

"Wah kau pacar Seokjin? Kau cantik sekali"

"Terimakasih bibi"

"Senang sekali bisa bertemu denganmu, Seokjin sebelumnya tidak memiliki teman wanita jadi ku kira dia gay"

"Omma! Aku tidak gay! Dan kami hanya berteman"

"Ah kau ini malu-malu seokjin-ah" lalu ommanya dan Jisoo hanya terkekeh, Jisoo merasakan kehangatan di keluarga ini. Walaupun keluarganya baik-baik saja namun sudah lama sekali keluarganya tidak berkumpul, mungkin sudah 3 atau 4 tahun yang lalu.

Love Will Find the Way // JINSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang