PART 4

20 0 0
                                    

Motor Tua

"Kau tahu, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan adalah untuk hidup berpasang-pasangan dan kau adalah harapanku yang ku titipkan pada Allah agar kelak kau menjadi perempuanku, menjadi pasangan hidupku." Tulis El dalam diary nya.

Dari kamar terdengar suara motor tua milik nya, terlihat bagus dengan suara yang masih halus. Ia membelinya dari kampung sebelah, kala itu ada orang yang ingin menjual motor tua nya hanya saja rusak di bagian body nya saja.

"El, ibu pinjam motor kamu ya, ibu mau ke pasar sebentar" Teriak ibu

"Iya bu pinjam saja, nanti jangan lupa cabut kunci motornya" Canda El.

Maklum ibu orang yang pelupa, pernah sekali ia mencari topi bundar nya padahal topi bundar itu sedang ia pakai, kan lucu. Tapi walaupun umur yang sudah menginjak kepala lima, ibu selalu memperlihatkan semangat mudanya dan tidak pernah mengeluh dengan dunia yang ia jalani meskipun El tahu bahwa saat ini hanya ibu yang berjuang sendiri untuk menghidupi kedua anaknya karena ayah yang tak lagi bekerja pasca di PHK dari kantor nya 1 bulan yang lalu bertepatan dengan hari ulang tahun El, tentunya menjadi kado terburuk untuk El pada hari itu.

"Dekkkkk, sini dulu" Teriak El.

"Iya, ada apa kak?" Jawab Fildzah.

"Kamu buati teh gih buat ayah, terus sama beliin makanan kesukaan ayah di warung soalnya dia belum sarapan" El

"Iya tapi mana uang nya kak hehehe" Candanya.

"Ya elah kamu dikit-dikit uang. Niiihhh jangan lupa balikin sosokannya" El.

"Siap bos, aku beli satu juga ya untuk aku" Fildzah.

"Iya beliin kakak juga satu".

Setiap pagi, di teras rumah selalu menjadi tempat ayah berdiam diri memikirkan apa yang telah terjadi kepadanya seakan tidak percaya dengan kejadian itu karena ia tidak pernah berselisih paham dengan atasannya selama di kantor bahkan kantornya dalam keadaan baik dan tidak dalam keadaan merugi dan ia sangat terpukul dengan pemutusan kerja itu.

Berselang berapa menit, Fildzah datang ke kamar untuk memberikan sosokan uangnya.

"Kak makanannya sudah di atas meja makan, nah sosokannya" Ujar Fildzah.

"Iya kamu buatin teh buat ayah dek" El.

Dengan roti kesukaan ayah, El menghampiri ayah nya yang sedang melamun di teras rumah.

"Ayahhhhh, sarapan dulu ya, ini makanan kesukaan ayah saya beliin buat ayah" El.

"Ehh El, iya taruh aja disana nanti ayah makan" Jawab ayah.

"Dihabisin makanannya yah, kan itu kesukaan ayah" Ujar El

"Pasti dihabisin kok nak, kamu gak belajar kan katanya hari ni ada MID semester?" Ayah.

"Iya yah, udah belajarnya semalam hehe. Yasudah aku ke dalam dulu yah mau makan juga, ayah jangan lupa makan nya. Nanti ada teh, adek lagi buatin teh nya yah " El

"Iya makasih anakku (sambil tersenyum)" Ayah.

"Siap komandan" Jawab El.

Terlihat kerutan di dahi menandakan begitu banyak yang ia pikirkan dan hitam di bawah mata nya yang berarti kurangnya tidur dari beliau akan tetapi senyum kecil dari sang ayah membuatnya begitu terlihat muda dan tentunya senyum itu menjadi penyemangat El untuk menjalani hari-hari nya.

"I love you yah" Ucap El dalam hati.

Biarkan Jembatan Ini Menjadi SaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang