16.Tak Disangka

166 9 4
                                    

Setiap manusia mempunyai jalan takdir masing-masing. Aku akan menerima takdirku dengan lapang dada.

-Siti Sarah Arziki-

❤❤❤

Author POVs

Matahari telah menampakkan sinarnya di ufuk timur. Hari minggu ini, sebuah keluarga sudah bergelut dengan kesibukan mereka di rumah sederhananya. Rumah itu adalah rumah Arzi-lebih tepatnya rumah milik sang kakek. Setelah kemarin malam membongkar sebuah rahasia yang telah hampir tujuh belas tahun di sembunyikan, kini mereka sedang mempersiapkan untuk menyambut sang tamu yang akan membawa Arzi.

Antara senang dan sedih, itulah perasaan yang menyelimuti Arzi sejak semalam. Dia senang karena akan bertemu dengan sang ibu kandung yang telah berpisah dengannya dari bayi. Dan dia juga sedih karena harus meninggalkan keluarga yang telah merawatnya apalagi ibu Evi yang telah menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri.

Setelah mengetahui rahasia-bahwa Arzi bukan anak kandung dari ibu Evi-itu, Arzi memikirkan kembali kejadian yang menimpa dirinya saat masih bayi-yang telah di ceritakan semalam oleh ibu Evi-, bahwa saat dirinya masih berumur 3 bulan, ayahnya menceraikan ibu kandung Arzi dan membawa serta Arzi bersamanya. Sedangkan saudara kembar Arzi yang katanya berjenis kelamin laki-laki hidup bersama ibu kandung Arzi. Kemudian ayah bertemu dengan Evi-yang merupakan cinta pertama ayah-yang memang sudah menjanda dari satu tahun kebelakang, dan kemudian menikah dengannya, dan merawat Arzi sampai sebesar ini. Takdir siapa yang tahu, hanya Sang pencipta yang Maha Tahu Segalanya.

Entah apa yang menyebabkan ayah dan ibu kandungnya Arzi bercerai, ibu Evi pun tak mengetahui alasannya.

Arzi telah rapi dengan kemeja berwarna biru laut kotak-kotak, rok panjang berwarna hitam polos dan tak lupa jilbab berwarna senada dengan rok yang sudah melindungi mahkotanya.

Jam dinding telah menunjukkan pukul 09.55 WIB, yang artinya lima menit lagi Arzi akan bertemu sesosok wanita yang telah melahirkannya. Arzi sangat gugup menghadapi hal ini.

"Bismillah," gumam Arzi sambil beranjak dari meja belajar sekaligus meja riasnya. Dan berjalan keluar kamar menuju dapur, untuk membantu sang ibu bersiap.

"Bu, " panggil Arzi saat melihat ibunya sedang menata gelas kosong di nampan di meja makan.

Evi membalikkan badannya yang memang memunggungi Arzi seraya tersenyum. "Kamu udah cantik aja Ar. "

Arzi menghampiri sang ibu. "Nanti kalau kamu udah enggak tinggal disini lagi, jangan lupa main kesini ya. Ibu pasti bakalan kangen sama kamu. Kangen sama celotehan kamu yang bisa buat semua ketawa," ujar Evi sambil memeluk erat Arzi yang memiliki tinggi badan sama dengannya. Arzi menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, diapun balas memeluk sang ibu dengan eratnya. Arzi pasti tak akan melupakan ibunya ini.

Di balik tembok yang memisahkan antara dapur dan ruang keluarga, dua pasang mata memperhatikan interaksi antara anak dan ibu yang akan berpisah itu. Mereka pun tak ingin kehilangan sosok penghangat keluarga mereka itu. Tapi mau bagaimana lagi, mereka tak berhak mengambil hak orang lain.

"Bah, rumah kita bakalan sepi lagi kayaknya kalau Arzi pergi," ujar nenek Asih seraya sebelah tangannya memeluk pinggang kakek Abdul dan bersandar pada bahunya. Ada wajah sendu di sana.

"Iya Mi, bakalan sepi lagi," sahut kakek Abdul seraya mengelus puncak kepala istrinya itu.

❤❤❤

TIN TIN

Suara klakson mobil terdengar dari arah luar rumah Kakek Abdul, yang baru saja terparkir di halaman rumah itu. Dari mobil itu keluar sepasang orang yang berbeda umur.

Cinta Pertamaku dan Takdir✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang