Chapter 12

1.5K 120 17
                                    

HELLO! MAAF TELAT PUBLISHNYA SOALNYA KETAGIHAN NONTON RUNNING MAN, EH BAGI YANG SUKA SAMA RUNNING MAN, REKOMENDASIKAN DONG EPISODE YANG SERU, YAYAYAYYA?

SEMOGA KALIAN MENYUKAINYA! /kiss /hug /kabur

***

Stefan

Gue berjalan menuju bengkel di mana motor kesayangan gue di jamah dan di perbaiki oleh abang-abang bengkel. Tiba di bengkel, gue menanyakan motor gue kemana, dan abangnya jawab dia lupa perbaikinya, gue mau marah, kesal abisnya, tapi ngeliat tatto di tangan kanan dan kiri tu abang, gue akhirnya balik dan nelpon sohib terbaik gue, siapa lagi kalau gak Reido.

Gue segera menelpon Reido, masih nada sambung, dan tiba-tiba terdengar suaranya.”Hallo”

“Do, gue nebeng bareng lo ya. Motor gue masih mogok dan lupa di perbaiki sama tukang bengkelnya”

“Eh..itu..Fan..gimana ya?”

Dia nyembunyiin sesuatu, kayaknya gue harus beraksi.”Lo jahat banget sama sohib, padahal gue selalu ngikuttin lo kemana-mana, dengerin curhattan lo, dan sebagainya. Tega banget”

Reido tidak menjawabnya, dia diam dan beberapa menit kemudian dia setuju dan menjemput gue disini. Hahaha, gue jago akting juga kan? Tapi kenapa dia berpikir lama? Seharusnya dia langsung jawab ‘oke’ atau yang lain. Tapi ini benar-benar membuat gue curiga.

Menunggu Reido gue habiskan duduk di bangku yang di sediakan di trotoar, gue hanya memasang headset dan mendengarkan lagu. Beberapa menit kemudian, ada mobil yang nangkring di depan gue, dan itu mobil Reido. Gue mematikan lagu dan berjalan menuju mobil Reido, ketika membuka pintu depan, gue melihat Clara yang tidur dengan mulut terbuka, dan wajahnya benar-benar bloon, itu membuat gue harus menahan tawa. Reido heboh ketika melihat gue yang menutup mulut gue supaya gak tertawa, untung gue bisa mengendalikan diri gue.

“Belakang,” ujar Reido dengan suara kecil.

Gue menutup pintu dimana Clara duduk. Membuka pintu belakang dan duduk.”Mau kemana, Do?”

“Makan di rumah Clara”

“Siapa yang masak?”

“Clara”

Cewek kayak gini bisa masak? Gue gak yakin, tapi sekali-kali gue nyicip dan misalnya rasanya buruk gue bisa bikin dia kalah telak. Hahahaha, Stefan memang cerdas!

●●●

Mobil Reido memasukki komplek yang lumayan nyaman, mobilnya berbelok ke rumah yang besar tapi tidak bertingkat, terlihat nyaman dari luar. Reido membangunkan Clara dengan cara menggoyang-goyangkan tubuhnya dan memanggil suaranya, mereka seperti pacaran. Clara bangun dan ingin keluar, tapi tiba-tiba dia menoleh ke arah gue dan gue hanya tersenyum melihatnya.

Dia memasang wajah kaget, dan langsung menatap Reido tajam.”KENAPA BISA ADA DIA?”!

Gue menahan tawa melihat Reido memasang wajah bersalah dan Clara memarah-marahinya, ini seperti adegan suami-suami takut istri. Clara turun dari mobil menuju rumahnya, Reido masih depresi karena di marahin, tapi dia menyuruh gue untuk turun. Yah, karena gue setia kawan, makanya gue menunggu Reido untuk turun—sebenarnya gue segan kalau turun sendiri—Reido akhirnya turun dan gue juga ikuttan turun.

Reido dengan santai masuk ke rumah Clara dan tidur-tidurran di sofa panjang, kayak rumah sendiri. Dan gue? Gue dengan sopan masuk dan duduk dengan sopan.”Gak ada orang disini?” tanya gue penasaran.

Clara menoleh ke arah gue.”Gak ada”

“Kok boleh kami masuk?” tanya gue.

Clara melototti kami berdua.”Karena gue kira cuman REIDO aja yang datang, makanya gue bolehin, rupanya ada BRONDONG YANG DI TAKSIR NENEK-NENEK datang ke rumah gue,” sahut Clara dengan menekankan Reido dan Brondong yang di taksir nenek-nenek, dia mencela gue.

“Gue ke sini di ajak Reido,” jawab gue singkat.

Clara hanya mendengus pelan dan berjalan ke arah dapurnya. Gue melihat Reido yang menyelonong masuk ke kamar keluarga Clara, karena penasaran gue juga ikuttan. Tiba di depan kamar, dan Reido udah masuk, gue melihat sebuah hutan di dalam rumah, ini kamar benar-benar berantakkan, buku pelajaran berserak di lantai, tempat tidur yang berantakkan, tas yang berserak, laptop di meja dan kabel-kabelnya,”Kamar siapa, Rei?”

Reido memberhentikan aktifitas bongkar kamar.”Kamar Clara”

KAMAR CEWEK KAYAK GINI?! Ini lebih jorok daripada kamar gue. Gue merasa punggung gue ada yang menatapnya dan membuat gue merinding disko, Reido yang menoleh ke arah gue mendadak mukanya menjadi horror, ada apa ini? Gue menoleh ke belakang dan gue melihat ada aura kemarahan yang terpancar dari tubuh Clara.”KELUAR!”

Kami berdua buru-buru keluar dan duduk di sofa dengan sopan. Clara memandang kami dengan berang.”PULANG! PERGI DARI SINI!”

Mungkin kalian bilang kami takut sama cewek? Bukan-bukan hal itu, tapi Clara membawa pisau di tangannya, jika kami membantah perintahnya, mungkin pisau itu sudah melayang.

Reido langsung berdiri.”Tapi, bukannya kamu bilang makan di sini?”

Reido, dia nyuruh kita pulang jadi gak makan disini.

“GUE BILANG PULANG, REIDO FAHLEVI! DAN BAWA TEMAN LO SEKALIAN!”

Reido hanya bengong, dia shock banget.”Ta..ta..pi?”

Sekali lagi, Clara menatap kami berdua dengan tatapan yang menakutkan, Reido langsung sujud dan memohon kepada Clara agar tidak marah kepadanya, tapi boleh marah ke gue. Dia benar-benar licik. Karena Reido yang terus-menerus memohon agar di maafkan dan bisa makan disini, akhirnya Clara memasakkan untuk kami—gue udah minta maaf juga.

“Kalian tunggu di sini dan jangan ke mana-mana!” ujarnya dengan suara yang tinggi.

Kami mengangguk mengerti, tapi Reido yang mungkin cowok paling ngeselin, bisa-bisanya dia menanyakkan boleh nonton atau tidak, Clara memegang kepalanya yang mungkin bagi dia mengurus Reido seperti mengurus anak kecil yang lasak, Clara mengangguk dan balik ke dapur untuk masak.

Kami berdua menunggu dengan menonton TV, mengganti-ganti channel, panco, dan berbagai permainan yang kami lakukan untuk menunggu makanan dari chef Clara.

“Reido, bang Cucian, makanannya udah siap!”

Reido buru-buru di meja makanan, dan gue harus sopan dong, kalau rumah Reido yah bantai aja. Gue duduk di sebelah Reido dan di meja makan tersedia ayam goreng dan telur dadar, tentu saja ada nasi, gimana mau makan tanpa nasi? Apa itu cuman gue aja yang makan sama nasi? Kalian juga kan.

Reido langsung menyerbunya dan gue juga ikuttan menyerbunya, kalau orang lapar kadang gak ada malunya. Gue makan dengan lahap, dan tiba-tiba ingat mau menyindir anak kecil ini, tapi makanannya yang enak membuat gue membatalkannya. Gila ini enak banget! Selama ini gue selalu makan makanan cepat saji, dan ini buattan rumah! Gue senang banget!

Clara menatap gue aneh.”Kenapa?” tanya gue penasaran.

“Lo mati rasa ya?” tanyanya.

Apa?! Dia menunjuk Reido yang sudah kepedasan, dan gue sama sekali gak pedas.”Ini gak pedas”

“Serius?!” tanya Reido dengan bibir dowernya, gue mengangguk.

Mereka menatap gue gak percaya, apa salahnya kalau suka pedas.

“Pantas saja mulutnya pedas,” celetuk Clara.

This girl! Gue menahan amarah yang sudah memuncak, di tambah dengan pedas membuat tubuh gue berapi-api.”Terserah”

Gue melirik Clara, dia mengkerucutkan mulutnya, dan itu membuatnya sangat lucu. Eh? Apa yang gue pikirkan? Lupakan soal tadi.

***

JADI GIMANA NIH? MASIH BELUM PUAS? HMMM, GIMANA YAAA?

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA! AKU SETIA MENUNGGUMU SAYANGGG~

Single? WolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang