Selamat tengah malam....
Typo? Sorry....
=========
Hans berjalan dengan cepat disusul Rizal dibelakangnya. Mata tajamnya yang tetutup kacamata hitam menatap lurus ruangan didepannya. Saat Hans memasuki ruangan tersebut, dengan sigap lima orang lelaki memakai pakaian serba hitam berdiri menyambut Hans dan Rizal. Suara Rizal menghilangkan keheningan yang terjadi beebrapa saat di ruangan tunggu tersebut.
"Helikopter sudah siap, Pak. Kita bisa berangkat sekarang."
Hans menatap deretan pesawat dan helikopter yang akan dinaikinya. Ia menghela nafasnya dengan sangat berat. Keraguan masih menyelimuti hatinya walaupun ia sudah melangkah begitu jauh.
"Pak Hans?" suara tersebut menyadarkan Hans. Dengan menarik nafas dalam, Hans menganggukkan kepalanya sambil menatap Rizal dan anak buahnya.
"Kita berangkat sekarang.".
===ZZZ===
Hans memakai jaket kulit hitam pemberian Rizal untuk menutupi kemeja biru muda yang melekat pada tubuhnya. Ia baru saja mendarat di Bandara Changi Singapura. Dengan denah lokasi yang berhasil didapat oleh para kaki tangan Rizal, mereka menuju sebuah tempat.
"Clermont Residence Super Penthouse?" gumam Hans sambil membaca tulisan di secarik kertas yang diberikan oleh Rizal. Mereka berada di mobil menuju apartemen tersebut. Hans berada di bagian belakang dan Rizal berada didepan bersama sopir. Di belakang mobil Hans, terdapat tiga buah mobil yang mengiringi Hans serta satu buah mobil dibagian depan.
Tidak lama berselang, Hans dan Rizal sampai di depan bangunan tinggi tersebut. Dengan isyarat dari Rizal, Hans turun dari mobil dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan super mewah itu. Rizal yang berada dibagian depan sedang berbicara dengan petugas keamanan. Hans dikawal oleh 3 orang lelaki berpakaian kasual dilapisi dengan jaket untuk menyamarkan diri mereka agar tampak seperti pengunjung yang sedang ingin menginap.
Setelah berhasil melewati petugas keamanan, Rizal dan Hans berjalan menuju meja resepsionis. Sambil menunggu Rizal yang sedang berbicara dengan wanita yang berada dibelakang meja resepsionis, Hans mengamati tempatnya berdiri. Suasana mewah tampak begitu terasa dibagian bawah tempat tersebut. Hans tidak bisa menebak seseorang yang membawanya berdiri ditempat tersebut.
"Pak, sepertinya mereka sudah menunggu kedatangan kita." Hans mengerutkan keningnya mendengar ucapan Rizal.
"Apa maksudmu?"
"Mereka sudah menunggu kita." Sebelum Hans kembali berucap, seorang wanita bertubuh tinggi dan langsing serta mata sipitnya yang menampakkan darimana asalnya, menghampiri Hans dan Rizal. Dengan senyum yang mengembang, ia menyapa dengan lembut kepada dua lelaki tersebut.
"Hello, Mr. Routh. I'm Celine. We've been waiting for you. Please follow me."
Hans dan Rizal saling pandang lalu kembali menatap wanita yang menggunakan kemeja soft pink dan rok pensil diatas lutut yang sudah berjalan lebih dulu didepan mereka.
"Kita ikuti saja dia," kata Hans. Rizal membalas dengan anggukan kepala. Mereka berlima mengikuti wanita bernama Celine tersebut menuju lift berwarna emas yang tampak berkilau.
"Please go here." Wanita itu menekan tombol di lift, ia mempersilahkan Hans dan Rizal beserta tiga anak buahnya. Tiga anak buah Rizal berdiri dibagian paling belakang lift berukuran 5 x 5 meter tersebut. Hans dan Rizal berada di tengah dan Celine berada didepan sebagai pemandu mereka.
Lift semakin beranjak meninggalkan lantai dasar. Hans dan Rizal tampak berjaga-jaga walaupun perempuan berkulit putih dan bertubuh sintal tersebut tampak tenang dan tidak menunjukkan gelagat mencurigakan. Mereka berdua memasang status waspada karena mulai sadar jika lawan mereka bukanlah orang sembarangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki
Ficción GeneralSetelah berganti keyakinan dan menikah, Hans menjalani kehidupan barunya bersama Noura. Hans mencoba dan berusaha menjadi seorang suami serta muslim yang baik. Namun, cobaan datang dan berusaha menghancurkan keyakinan serta rumah tangganya yang baru...