Pertemuan pertama dengan Maina
Baiklah gue langsung mulai cerita pengalaman gue waktu tk dan sd. gue dulu sekolah di tk dharma wanita 1. Sebelum gue sekolah disana, sebenarnya nyokap udah mau milihin gue tk yang lebih bagus dari dharma wanita.
Namun pikiran dia berubah : "lebih baik sekolah yang deket rumah aja wa biar nyamperinnya gampang" kata nyokap apalagi gue dulu cengeng sih.
Hari pertama sekolah gue pergi bersama nyokap kesana pergi naik montor fiz rnya nyokap, sambil membawa tas merah bergambar Satria baja hitam, dan botol merah unyu yang berisikan susu. Dari tk emang gue demen banget yang namanya susu, kalo gak gitu tajin (air dari rebusan bubur). Setiap hari juga, makanan gue beda sama anak2 lainnya, gue lebih suka bubur ketimbang nasi, kalo gk gitu dikasih telor mata sapi, kalo makan makanan yang susah, ayam, ikan, gue gk bisa nelen, gk tau kenapa dulu gue kyak gitu. Bisanya mungkin kalo gk di ancurin dulu, baru gue bisa makan. Masuk tk hari pertama, gue jam set 7 pagi datang. Dan hanya ada beberapa anak yang ada di kelas 0A, kemudian gue duduk di dekat cewek rambutnya panjang hitam bermata bulat, kulitnya putih dan hidungnya mancung.
Akhirnya gue coba kenalan sm itu cewek "namamu siapa ? Tanya gue sambil mengulurkan tangan.
Si cewe menjawab "Maina". "Iwa" jawab gue kemudian kami berdua tertawa kecil.
Setelah beberapa lama menunggu dan beberapa murid mulai berdatangan. kelas dimulai, ada yang masih dianter ibunya sampai ke dalam, dan ibunya ikut jadi anak tk, ada juga yang ibunya bawa tas dan duduk anaknya yang berdiri minta pulang (Kebalik).
Bu guru pun memberi salam "selamat pagi anak2, semuanya ceria" "Paaagiii bu guru" Menjawab dengan serentak. "Nama saya Bu rupini saya akan menjadi guru tk kalian salam kenal" Dengan senyuman.
Pelajaran pertama di tk adalah menulis, setiap murid diberi buku warna hijau tosca dan di depannya bertuliskan TK (Taman Kanak- Kanak). Semuanya mulai mengerjakan sambil bercanda, tertawa, nangis dan ada juga yang usil ke temannya. Di saat gue mengerjakan, gue ngeliatin maina, dia diem aja, dan sesekali melihat garis yang ia gambar.
Gue ngelihat maina dan bertanya "ada apa ?" dia cuman menggelengkan kepala, sesekali dia menyelesaikan pekerjaanya dia melakukannya lagi berulang- ulang hingga bell waktu istirahat berbunyi.
Seperti ayam yang mau di beri makan majikannya, semuanya mulai berbondong- bondong menyerbu bak yang berisi air untuk mencuci tangan yang di sampingnya ada sabun dan serbet.
Gue selalu datang belakangan, ngelihat rame2 gitu gue lebih baik menghindar. yah, sebenarnya gue dulu juga gak terlalu atletis sih, kalo disuruh cepet- cepet, bisa- bisa gue malah kejedot pintu atau terbawa kerumunan anak- anak sambil ngangkat gue dan teriak "bakar dia bakar dia !!:" Imajinasi gue.
Tiba2 maina memegang tangan gue "ayo ikut ?",Kata Maina Memegang tangan gue dengan erat.
Sambil dia menarik tangan gue di belakang bahunya, gue bisa mencium rambutnya yang berbau harum. Maina membawa gue di kamar mandi tanpa berbicara apapun, dia mengambil gayung dan membersihkan tangan gue dengan sabun, setelah itu dia membersihkan tangannya. Kemudian nyokap datang, dan Maina langsung pergi, dia memanggil gue dan segera menyuapi gue dengan bubur dan peyek kacang. Sembari gue disuapin sama nyokap, sesekali gue ngelirik Maina, dia makan sendiri di kursinya dengan wadah berwarna merah jambu. kakinya sesekali digoyang- goyangkan tanpa ada seseorang yang menyuapinya. Disitulah gue melihat Maina begitu dewasa, ketimbang gue yang masih manja, cengeng, dan suka minta sama nyokap gue.
Setelah itu setiap hari gue selalu kemana- mana bersama Maina, seperti orang pacaran aja kalo sekarang namanya, tapi gue gk tau apa itu namanya dulu. Dia selalu memegang tangan gue dan kita selalu bergandengan kemanapun gue dan dia mau pergi. Kalo sekarang ada anak- anak yang kayak gue pasti di ejekin "cie cie". Kalo dulu mereka nggak ngerti begituan sama seperti gue jadi ya kayak zaman jahiliyah mungkin.
Gue merasa baikan kalo ada Maina, gue gak pernah nangis lagi, cengeng lagi dan lain sebagainya, namun ada kala ketika dia gk masuk sekolah gue sering kali nangis di tinggal nyokap.
Jadi, waktu Maina gk masuk sekolah, nyokap ngajakin gue ke sekolahannya tempat dia ngajar jadi guru, namanya dulu SMP Ganesha, sekolah swasta yang berhasil mencetak murid yang gemilang di masa nyokap masih menjadi murid disana.
Suatu hari diadakan ujian kenaikan tingkat nol kecil ke nol besar (dulu sebutannya), atau langsung masuk sd. Di ujian itu gue semuanya lulus cuman abjad abcdnya aja agak ngawur dikit. Tapi Maina lulus semua dengan nilai sempurna, akhirnya dia dipindahkan ke sd luar kota, gue sendiri gk tau nama sdnya apa. Akhirnya, semenjak saat itu gue berpisah sama Maina, dan gue gak pernah ketemu dengan dia lagi. Gue jadi cengeng lagi kyak dulu. Yang gak pernah gue lupain dari maina adalah kedewasaanya dan sifat misterinya yang sering melihat sejenak apa yang telah ia kerjakan, yang sampai saat ini, gue masih berfikir apa yang sebenarnya dia pikirkan pada saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONJONG [COMPLETE]
Humor#476 humor #345 humor #342 humor Kadang Hidup itu tak bisa dikira, dan ini cerita ketika aku masih TK dan SD. Sebuah masa ketika kita semua menjadi diri kita sendiri, tanpa kekangan, tanpa dalih embel- embel dan bahkan pengetahuan belum masuk ke dir...