Chapter 4

1.2K 153 37
                                    

Dia yang benar-benar mencintaimu akan mati-matian membuat senyummu merekah, bukan malah sengaja membuat air matamu tumpah. Rupanya benar kata orang, membuat seseorang tertawa jauh lebih sulit dibanding membuat orang terluka.

(DF.05 Muhammad Faiz Adyan)

***

Dee berjalan tergesa mencari keberadaan Dean. Ada perasaan cemas saat mendengar Dean mimisan karena tersambar bola voli. Hidung Dean memang mancung, wajar saja kalau itu menjadi bagian pertama yang terkena bola.

Dee mencari ke kamar mandi, tapi tidak ada. Sampai akhirnya pencarian gadis itu terhenti di UKS.

"Dean?"

Dean yang kini duduk di ranjang UKS menoleh tanpa bersuara. Posisi tubuhnya sedikit condong ke depan. Tangan kirinya ia gunakan untuk memencet hidung, sementara tangan satunya memegang kassa yang sudah berlumur darah.

Banyak orang yang salah kaprah dalam menangani mimisan. Orang yang mengalami mimisan tak jarang diminta mendongak, padahal dalam posisi seperti itu malah memungkinkan darah masuk ke area pernapasan atau tertelan sehingga orang tersebut akan tersedak bahkan muntah.

"Belum berhenti?"

Dean melepas tangan yang ia jepitkan di hidung, dan darah itu mengalir lagi. "Kenapa, ya?" tanyanya heran. Padahal sudah lebih dari sepuluh menit ia dalam posisi seperti itu. Dean juga terpaksa bernapas lewat mulut.

Bu Kania masuk ke dalam ruang kesehatan membawa air minum juga obat yang diketahui untuk menghentikan pendarahan. Tranexamic acid. Obat golongan anti-fibrinolitik yang digunakan untuk menghentikan pendarahan pada sejumlah kondisi, seperti pasca operasi, mimisan, haid berlebihan, dan lain-lain. Ada yang perlu digaris bawahi, obat ini tidak boleh digunakan secara bebas, harus dengan resep dokter. Beruntungnya di sekolah ini ada tenaga pengajar yang berprofesi sebagai dokter dan apoteker.

"De, ini obatnya diminum dulu. Udah pucat loh kamu. Kalau misal gak berhenti juga, nanti kamu periksa ke rumah sakit, ya? Takutnya ada gangguan pembekuan darah atau apa."

"Iya, Bu," sahutnya. Namun, Dean tidak akan melakukan itu. Bilang pada sang mama saja sudah pasti akan membuatnya dikurung dalam rumah. Mamanya memang selalu seperti itu. Dean terbuka, tetapi tidak untuk hal satu ini. Biarlah kalau ada apa-apa Dean sendiri yang menanggungnya daripada mamanya cemas.

***

Kota Hati kembali kedatangan penghuni baru. Siapa dia? Namanya Cinta. Cinta datang di saat penduduk Kota Hati tengah memanas——masih karena konflik yang sama. Penduduk Hati asik menggunjing Luka, karena Bahagia tak kunjung kembali.

Suatu hari, di tengah terik sang surya, Cinta melihat Luka terduduk sendiri di sudut kota. Semua mengucilkannya, tak ada yang mau berteman dengannya. Terdorong oleh rasa penasaran, Cinta berjalan mendekat. "Hai, kamu kenapa?"

Luka refleks mendongak. "Mengapa kamu mendekatiku? Padahal semua orang pergi jauh dariku."

Cinta mengernyit bingung. "Mengapa mereka menjauhimu? Apa kamu melakukan kesalahan yang tak dapat mereka maafkan?"

"Aku hanya datang ke kota Hati, dan entah mengapa Bahagia tiba-tiba pergi," sahut Luka.

Cinta menyunggingkan seulas senyum. "Mau berteman denganku? Aku janji, suatu hari nanti aku bisa membuat kalian hidup berdampingan."

Double F || RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang