5 - Masih Sama

25 5 3
                                    

Jangan cuma memberikan gombalan, sekali-kali berilah kepastian.
Ini masalah perasaan, bukan mainan.

°°°°°°

Hujan mengguyur sebagian kota Jakarta. Termasuk daerah sekitar rumah Laluna. Padahal hari minggu, pengennya mau main gitu ke rumah Gara. Kangen Bunda. Bunda doang? Garanya enggak?

Hal itu membuatnya hanya berdiam diri di rumah. Lama-lama bosan juga. Tapi kapan redanya? Baru kemaren ia senang-senang di tempat itu sama Kevan. Memikirkan Kevan ia jadi teringat momen-momen Kevan menyatakan perasaannya. Rasanya Laluna bahagia sekali. Memangnya apa sih yang Kevan suka dari dirinya. Kalau dilihat-lihat Laluna bukan cewek yang hitz dikampusnya. Namanya juga perasaan, mana bisa juga di kendalikan.

Ia beranjak dari tempat tidur menuju ke teras rumah.

"Luna, ngapain disini sendiri? Lagi mikiran apa?" tanya Mamanya yang duduk di sebelah kursi yang ia duduki.

Luna tersenyum, kemudian ia menyerngit. Sepertinya ada hal yang ingin ia tanyakan ke Mamanya. "Ma, Laluna boleh naik mobil?"

"Jangan, kamu belum terlalu bisa. Lagian mau kemana?" tanya Mamanya. Laluna memang tidak begitu mahir mengendarai mobil. Boro-boro naik mobil, naik sepeda motor aja ia sering jatuh.

"Luna pengen ke rumah Gara."

"Astaga Mama lupa. Waktu kemaren malam kamu pergi sama teman kamu. Gara datang kesini nyariin kamu."

Laluna terkejut, "Terus Mama bilang apa?"

"Mama bilang kamu pergi sama Kevan, camping gitu."

Laluna terdiam, sejenak memikirkan. Pantesan aja waktu ponselnya dia aktifkan kembali ada dua pesan masuk dari Gara yang salah satunya menyatakan jangan macem-macem. Ia kira Gara cuman lagi bercandain seprti biasanya. Ternyata Gara malah mengetahuinya.

"Kamu belum nemuin Gara, Lun?" tanya Mamanya.

"Belum Ma."

"Kamu siap-siap gih, habis ini Mama anterin ke rumah Gara. Sekalian Mama mau ke toko."

Laluna bergerak cepat mengganti pakaian. Mamanya akan pergi ke tokonya. Mamanya memiliki usaha toko roti yang di beri nama Nagara. Toko itu didirikan oleh Mamanya dan juga Bundanya Gara. Tidak heran toko itu di beri nama sesuai dari singkatan Laluna dan Gara. Namun, sekarang hanya Mamanya saja yang memegang toko itu. Karena Bundanya Gara sedang fokus menggeluti pekerjaan di bidangnya, yaitu sebagai desaighner.

"Ayo Ma, Luna udah siap."

Mereka beranjak pergi, dan mengunci pintu rumah. Mengenai Ayah Laluna. Ayahnya jarang pulang. Karena seorang tentara. Sudah pasti jarang pulang.

***

Laluna di turunkan hanya sampai gerbang rumah Gara. Kemudian, ia masuk mengetok pintu. Dan Bunda Gara yang menyambutnya.

"Wah, ada menantu idaman Bunda. Ayo masuk."

Mereka masuk dan Laluna dipersilahkan duduk di ruang tamu.

"Kesini naik apa? Diluar hujan lo Lun."

"Diantar sama Mama Bun, tapi Mama cuna nitil salam buat Bunda. Katanya lagi ada urusan di toko."

Bunda Gara tersenyum, "Yaudah, Bunda buatin teh hangat ya. Biar nggak kedinginan."

Setelah Bunda Gara beranjak ke dapur. Laluna berdiri memperhatikan foto Gara yang tertempel di dinding berumur 17 tahun mengenakan seragam basket bersama teman-temannya. Kalau tidak salah saat itulah Gara dan teman-temannya memenangkan pertandingan basket antar sekolah saat SMA.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang