Lalisa Amarhea. Kalau mau dibilang sih, dia termasuk penyebab memburuknya kondisi bunda Rashif. Dia adalah adik Rashif dari pernikahan kedua ayahnya. Rashif hanya satu tahun lebih tua dari Lisa, dan hal itu membuat keduanya dekat. Sejak kedatangan Lisa di rumah Rashif, bunda Rashif terganggu secara emosional. Menurut bunda Rashif, Lisa dan Ibunya akan merusak keluarga kecil mereka. Berbeda dengan Rashif yang kala itu masih kecil, dia sangat senang mempunyai adik perempuan yang bisa dia ajak kemana-mana.
Bunda Rashif selalu berusaha menjauhkan Lisa dari Rashif, sampai suatu saat dia hampir mencelakakan Lisa. Dan itu membuat Rashif mulai membenci Bundanya sendiri. Seiring bertambahnya usia Rashif, rasa benci itu semakin bertambah juga sampai-sampai membuat kondisi psikologi bundanya memburuk.
"Lalisa Amarhea"
"Yes me!"seru Lisa yang sedang bercerita pada Zura. "Kenapa Shif?"
"Ih kamu lis, panggil kakak kok langsung nama." tegur Zura.
"Iya tuh. Sama yang lebih tua tuh manggil yang sopan dong." seru Rashif membeo. "Udahan dong ceritanya. Katanya aku yang disuruh terbuka. Tapi kamu ngambil jatahku buat cerita."
"Yaelah..mau banget kelihatan berubah."jawab Lisa sambil beranjak. "Yaudah. Aku udahan ceritanya. Lanjutin sendiri gih. Zur, Aku mau makan dong."
"Cerita mana lagi. Kan udah kamu beberkan semua."
"Yasudah kalau emang nggak ada yang diceritakan lagi. Ayo lis, aku siapin makan. Mas Rashif mau makan juga?" tanya Zura sambil beranjak menuju dapur.
"Jangan dikasih makan dia Zur. Nanti gemuk, kalau gemuk dia jelek tau." ejek Lisa sambil menjulurkan lidah ke Rashif seperti anak kecil. "Bawain aja koperku, masukin ke kamar. Ok?"tambahnya.
"Ih..ogah. Aku kan belum bilang ngasih ijin kamu tinggal disini." balas Rashif sambil ikut menjulurkan lidah ke arah Lisa, yang langsung menjitak pelan kepala Rashif.
Zura tertawa kecil melihat kelakuan mereka berdua.
"Musti dikasih ijin lah. Pasti kalau nggak ada aku hidup kalian bakal garing kayak krupuk."
"Kamu nggak tau aja lis, kalau suara krupuk itu rame."
"Udah ah. Jangan berantem mulu. Ini nih udah siap makanannya." seru Zura menghentikan adu mulut keduanya.
"Mari makan..."
---
Genap dua hari lisa menginap di rumah Rashif dan Zura.
"Lisa, Hari ini aku mau ke kampus. Kamu sendirian nggak papa kan?" tanya Zura sambil mengambilkan nasi ke piring.
"Kamu mau bimbingan Zur?"sahut Rashif yang dibalas anggukan oleh Zura.
"Ikut boleh Zur? Biar jalan-jalan. Hehe." jawab Lisa sambil terkekeh.
"Nggak boleh deh. Nanti malu-maluin." sahut Rashif.
"Ihh apaan."
"Boleh aja, tapi buruan siap-siap. Soalnya sudah janjian sama dosen." jawab Zura.
"Siap bos." balas Lisa yang langsung buru-buru meluncur ke kamarnya.
"Jangan lari ih. Bahaya." teriak Zura yang khawatir melihat Lisa buru-buru.
"Pake baju yang sopan, pake jilbab sekalian biar nggak malu-maluin Hana." teriak Rashif. Masih saja mengejek adiknya.
"Udah ih Mas. Jangan ejek-ejekan mulu. Kayak anak bocah aja. Hehe." ucap Zura terkekeh."Habiskan makan nya Mas."
Rashif lalu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan separuh bayangmu✔️
SpiritualitéBayangan.. apa gerangan hebatmu, duhai bayangan? kalaupun kupeluk erat, tak kan ada rasa yang tertinggal. Lalu? Haruskah aku terus mengejar bayangmu? yang semakin ku kejar, akan semakin jauh.