08. Tanpa Qiaolian

12.5K 1.6K 151
                                    

Hari demi hari telah dilalui Guanlin tanpa Qiaolian. Guanlin yang pada dasarnya adalah orang yang tidak banyak bicara pada orang lain sekarang semakin tertutup bahkan dengan teman dekatnya sekalipun. Ia hanya bicara seperlunya kemudian melakukan aktivitasnya tanpa banyak bicara lagi.

Di kampus dia makin pendiam. Banyak temannya yang selalu memberi dukungan pada Guanlin, mengajaknya bicara bahkan membujuknya untuk berbagi beban masalah yang dia hadapi saat ini. Tapi Guanlin menolak. Dia selalu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.

.
.
.
.
.

"Ma, Guanlin pulang," Guanlin masuk ke rumah lamanya, rumah yang ditinggali orangtuanya.

"Sudah pulang? Cuci tangan sana. Setelah itu makan," kata Mama Guanlin.

"Gak usah, Ma. Jun mana? Aku mau jemput."

"Jun masih tidur. Udah kenapa kamu gak tidur sini aja sih? Mama masih mau main sama Jun ini."

"Kan besok Guanlin ke sini lagi sama Jun. Udah Ma, Guanlin pulang ya?"

Setelah Junhui, buah cintanya dengan Qiaolian lahir, Guanlin sempat ingin bunuh diri karena depresi dan tak tahu harus berbuat apa. Tanpa Qiaolian, hidupnya terasa kosong, hampa.

Namun, setiap kali dia melihat wajah Junhui, Guanlin teringat oleh Qiaolian. Bagaimana wanita itu tersenyum, saat wanita itu tertawa, dan bagaimana wajah rupawannya saat ia tertidur lelap.

Kini Guanlin tidak hidup sendiri, melainkan ada Junhui yang harus dia rawat dengan penuh kasih sayang. Mengingat perjuangan Qiaolian saat melahirkan Junhui, Guanlin tak sampai hati jika harus meninggalkan Junhui.

Awalnya memang sangat sulit untuknya. Pemuda 19 tahun yang baru menginjakkan kakinya di semester 3 bangku kuliah harus memegang peran sebagai ayah dari seorang bayi mungil yang baru lahir.

Untuk merawat Junhui, ia meminta bantuan ibunya. Jika ia ingin berangkat ke kampus, ia akan menitipkan Junhui pada ibunya. Usai kuliah, ia akan menjemputnya lagi dan mengurus Junhui di rumah.

"Kita pulang ya, Nak?" Guanlin segera mendudukkan Junhui di baby seat yang ada di jok tengah dan menjalankan mobilnya menuju apartemen.

.
.
.
.
.

Suara tangisan bayi terdengar dari kamar Guanlin.

"Hah? Siapa lo? Ngapain?"

Guanlin yang baru saja terlelap setelah mengerjakan tugas kuliah langsung kaget dan terbangun mendengar suara tangisan anaknya. Dia mengusap wajahnya lalu berjalan gontai menuju kamarnya.

"Jun kenapa? Laper?"

Guanlin mengangkat tubuh Junhui dan menepuk punggungnya perlahan.

"Eh kamu poop ya? Bentar, Papa ambilin popoknya dulu."

Guanlin menguap sambil mengambil sebuah popok bayi dalam lemari baju Junhui. Dia menidurkan Junhui, melepas popok lama dan membersihkan bagian belakang Junhui. Selanjutnya dia baru menggantinya dengan popok yang baru.

"Sayang haus gak? Papa haus. Asli gak bohong. Kamu mau minum juga?"

Junhui hanya mengangkat tangannya, mencoba meraih wajah ayahnya kemudian memasukkan ibu jarinya ke dalam mulutnya.

"Yaudah, ayo ikut Papa."

Guanlin segera membawa Junhui ke dalam gendongannya dan membuat susu hangat untuk mereka berdua.

"Jun, minum dulu baru tidur."

Guanlin memberikan botol susu milik Junhui tapi ditolak olehnya.

"Lah kok gak mau? Ini enak loh. Daripada punya Papa gak ada apa-apanya."

Suara tangisan Junhui kembali memenuhi ruangan saat Guanlin mengatakan itu.

"Aduh maaf maaf. Papa bercanda. Bentar Papa minum susu dulu, nanti Papa temenin bobo lagi. Janji."

Guanlin segera menghabiskan susunya dan membawa Junhui kembali ke kamarnya. Dia menidurkan Junhui di ranjang lalu memutar musik klasik sebelum ia memberikan susu untuk Junhui.

"Kamu tau lagu ini? Ini lagu favorit Mama," kata Guanlin bermonolog ria.

"Seandainya Mama masih ada, Papa akan jaga dia baik-baik. Papa nyesel, papa belum bisa bahagiain Mama Jun. Tapi Mama udah dipanggil duluan sama Tuhan."

Guanlin tersenyum tipis saat melihat jagoannya sudah hamoir terlelap.

"Tapi Papa janji akan jagain kamu semampu Papa. Papa sayaaaannnggg banget sama Jun. Jun sayang sama Papa kan?"

Guanlin menitihkan air matanya. Padahal ia sudah berjanji bahwa dia tak akan menangis lagi setelah pemakamanmu. Tapi tampaknya ia tidak bisa.

"Papa kangen Mama kamu, Jun."

.
.
.
.
.

TBC



A/N

Hah...

Banyak banget komentar serta kritik saran yang gue dapet buat work ini

Terakhir gue liat yang mampir lapak ini udah 1.21K lho

Wow...

Ini work pertama yang mencapai angka readers segitu banyaknya padahal masih seminggu gue ngepostnya

Buat temen-temen yang udah komentar, thanks banget

Dari situ gue tau kurangnya work ini itu apa

Buat yang komentarnya gak dibales, please jangan lempari gue sama batu atau sleding gue dari belakang

Beberapa komentar itu emang gak muncul di notif gue makanya kelewatan waktu gue bakes komenan kalian

Kalau ada waktu lagi, gue bakal bales komenannya satu satu

Keep supporting this story by voting or giving your comments here

Makasih udah tinggalin jejak

Have a great day
😘😘😘😘

[✔] Papa ❌ Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang