Sayup-sayup diantara ambang kesadarannya.
Namja manis itu mendengar suara derasnya hujan tidak lagi mengguyur kap mobil. Tetapi tertelan dinding.
Benar saja. Mobil sport yang dikendarai Sehun memasuki bassement.
"Akan kuhangatkan. Tenang" Sehun berbisik setelah mengunci mobil dari luar.
Bahkan tidak tahu dimana tas selempangnya yang penuh air kini berada. Mungkin saja Sehun membuangnya ditengah jalan. Air hujan di celana Jongin yang basah pasti sudah merusak jok mobil dan karpet mahal mobil Sehun.
Memikirkan itu, pasti akan lebih banyak yang ia tanggung nanti.
Yang ia tahu hanya mengeratkan kalungan kedua lengannya di leher Sehun.
Pelukan kedua kaki jenjangnyanya di pinggang Sehun mengerat kala tubuh pucat itu menggendongnya bak koala, dengan ringannya membawa tubuhnya entah berjalan kemana.
Suara denting lift mencapai lantai tertentu.
Meski kedua mata sayunya terpejam, telinganya masih dapat menangkap beberapa bisik orang yang membicarakannya. Posisi dirinya yang dipeluk digendong bungsu keluarga Oh yang kaya raya dalam satu jaket. Mereka menyindir betapa pelacur dirinya.
Tubuhnya yang ada dalam satu jaket dengan Sehun, bahkan kedua kakinya yang berbalut celana seragam yang basahnya menetesi lantai, melingkar erat pinggang Sehun.
"Dia pasti basah-basahan untuk menggoda tuan muda-" suara yang sengaja menyindir lebih keras itu seketika berhenti. Pasti itu karena Sehun menatap orang itu dengan tatapan membunuhnya.
Lalu dekapan Sehun yang mengerat memberi ketenangan bagi diri Jongin.
"Jangan pedulikan mereka" suara lirih di telinga Jongin membuat tubuh tan itu kembali rileks dan menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher putihnya.
"Satu kamar terbaik. Bawakan anggur termahal" suara itu berbeda. Kini tegas. Dan Jongin kembali takut pada sosok yang menggendongnya. Berbeda.
Kembali langkah kaki Sehun berjalan memasuki lift. Dengan kunci kamar hotel ditangannya.
Namja manis itu tahu jelas apa yang akan terjadi. Jika dibawa ke hotel. Memesan kamar terbaik, dengan anggur mahal untuk mengiringi malam.
Tapi masih tidak bisa berpikir bagaimana cara kabur.
Jongin ingin tetap ada dalam rengkuhan hangat Sehun. Ia tahu jika hanya akan ada mereka berdua dalam ruangan itu nanti.
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Setelah ia dihangatkan, pasti ada balasan yang seharga dengan sewa mahal hotel berbintang ini.
Tentusaja.
'Menemani' sosok Oh Sehun di kasur.
Bercinta semalam penuh.
"Setelah di kita kasur, kau akan merasa lebih hangat" Sehun memutar kunci kamar dan memasukkan password baru.
Setelah masuk, pintu otomatis terkunci.
"Sehun sunbae.." namja manis itu bahkan bingung pada dirinya. Sehun yang melepas jaket dan meninggalkannya sendiri di sofa memberikan kesan tidak rela kehangatan tubuh itu pergi.
Dua iris coklat Jongin menatap takjub pada tubuh yang berbalik. Berjalan menjauh memperlihatkan punggung toplessnya yang lebar dan kekar.
Punggung lebar Sehun dengan tattoo bergambar pedang bersayap hitam itu mengerikan. Semakin menjauh dan menghilang dibalik pintu kamar.
Diraih jaket hitam Sehun untuk menutupi tubuh bagian atasnya yang dingin diterpa AC. Kemeja seragam miliknya dan milik Sehun pastinya tertinggal di dalam mobil. Poni brownnya sudah sedikit kering, tapi tubuhnya masih gemetar kedinginan. Celananya yang basah itu membuat jemari kakinya pucat. Benar-benar pucat. Lututnya bahkan mati rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heavy Rain
Teen FictionEntah apa yang terjadi. Hidup Jongin sebenarnya sama seperti anak SHS pada umumnya. Belajar, bermain, dan bercanda bersama teman-temannya. Namun di hari mendung itu, seorang Oh Sehun datang. Menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Dan perlahan.. men...