10. Pemakaman

9.5K 1.2K 43
                                    

"Sayang, mandi dulu dong. Kan mau ketemu sama Mama," kata Guanlin dengan handuk yang bertengger manis di pundaknya sambil membujuk Junhui yang masih asyik menonton film kartun kesukaannya di televisi.

"Sebentar lagi. Nunggu iklan."

"Lai Junhui..."

"Nunggu iklaaannn..." Rengek Junhui tanpa bergeming dari karpet yang digelar di depan televisi.

"Oke, kalau sudah Jun langsung mandi ya."

Guanlin beralih menyiapkan segala peralatan mandi untuk Junhui seperti shampo, sabun, dan mainan yang biasa dimainkan Junhui saat mandi.

Lima menit berlalu, Junhui masih nongkrong di depan televisi. Karena geram, akhirnya Guanlin menggendong anaknya ke kamar mandi.

"Nakal ya. Awas nanti Papa gelitikin."

"Ampun Pa. Hihihi..." Gelak tawa Junhui memenuhi kamar mandi tatkala Guanlin menggelitiki pinggang Junhui.

Guanlin segera melepas baju Junhui dan memandikan pangeran kecilnya. Setelah itu, dia segera membantu Junhui mengenakan pakaiannya.

"Pa, boleh bawa gambar Jun yang kemarin? Mau kasih liat Mama," tanya Junhui.

"Boleh. Nanti Papa siapin."

"Biar Jun yang bawa, nanti Jun kasih liat sendiri ke Mama."

"Baiklah."

Setelah Guanlin dan Junhui siap, mereka berdua segera pergi ke makam Qiaolian.

.
.
.
.
.

Kamu mengenakan setelan warna hitam dan mantel hitam untuk melindungimu dari cuaca dingin. Kamu membawa sebuket bunga lili untuk diberikan pada orang yang sangat kamu sayang. Yebin yang baru saja ingin meminjam alat hair straightener heran karena melihatmu sudah rapi sepagi ini.

"Kamu mau kemana?" Tanyanya.

"Ketemu Kak Yifan."

"Ahh maaf aku gak bisa ikut kali ini. Aku harus ketemu dosen untuk bimbingan."

"Gapapa, biar aku sendiri aja. Oh iya, nanti tolong bilangin bos aku gak ke cafe dulu ya?"

"Iya. Tapi Y/N, aku boleh pinjam hair straightener punyamu?"

"Ambil aja. Aku pergi dulu ya."

.
.
.
.
.

Guanlin berjalan menuju pusara istrinya, Qiaolian bersama dengan putra semata wayangnya, Lai Junhui. Junhui meletakkan setangkai bunga mawar putih sebagai tanda bahwa ia sangat menghormati ibunya.

"Kasih salam sama Mama, Nak," pinta Guanlin.

"Mama, Jun datang sama Papa," kata Jun dengan suara khas anak kecil.

Guanlin tak kuasa menahan air matanya saat Jun memanggil mamanya. Lagi, dia mengingkari janjinya untuk tidak menangis di depan Qiaolian.

"Mama, Jun dapat A waktu pelajaran gambar," Jun menunjukkan sebuah hasil karyanya.

"Kata Papa nanti gambarnya Jun mau dipasang di kamar Jun. Seneng deh," Jun tersenyum.

"Mama, aku sayang banget sama Mama."

Guanlin memeluk Junhui erat saat ia benar-benar kehilangan kendali akan emosinya saat ini. Ia menangis.

"Papa nangis?" Tanya Junhui. "Nanti Mama sedih lo."

Guanlin segera menghapus air matanya dan kembali menatap Junhui.

"Papa harus janji, gak bakal nangis lagi di depan Mama," Junhui mengajukan jari kelingkingnya pada Guanlin.

Guanlin menyambutnya dengan seulas senyum lalu menautkan jari kelingkingnya dengan jari Junhui.

"Maafin Papa. Papa janji gak akan buat Jun atau Mama sedih lagi."

.
.
.
.
.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, kamu akhirnya tiba di makam Yifan. Kamu meletakkan bunga yang kamu bawa lalu duduk di samping batu nisan Yifan.

"Kak, gimana kabarnya? Baik?"

Kamu bermonolog ria dengan batu nisan kakakmu di pemakaman.

"Aku harap kau baik. Kemarin aku baru pindah sama Yebin. Dia ternyata cerewet minta ampun. Jadi inget sama kakak yang sering marahin aku karena telat makan. Dia sama sepertimu."

Kamu tersenyum sambil memegang batu nisan itu.

"Kak, aku udah jadi orang baik sepertimu. Kuharap kau tenang di sana. Aku tidak akan mengecewakanmu."

Kamu memberikan pernghormatan terakhir sebelum pergi meninggalkan pemakaman. Kamu berjalan ke halte bus untuk pulang sementara Guanlin yang berada dalam mobilnya bersama Junhui untuk meninggalkan pemakaman.

Kamu hanya melihat sekilas wajah orang yang melewatimu di halte. Tapi kamu tak tahu bahwa dia adalah Guanlin. Kamu segera memasang earphone di telingamu dan mendengarkan lagu favoritmu sembari menunggu bus untuk pulang.

.
.
.
.
.

TBC


A/N

Haft...

Ternyata susah juga bikin part panjang kaya kemarin

Kayanya aku akan tetep kaya kemarin deh, bikin partnya pendek tapi sering update

[✔] Papa ❌ Lai GuanlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang