4. 12 Jam Yang Mengubah Segalanya

3.9K 299 10
                                    

Naomi menatap Veranda dengan tatapan selidik. Dia sedikit ragu untuk memberikkan barang yang sudah dipesan olehnya ketika dia bisa melihat reaksi Veranda yang terlihat ragu.

"m-mana dagingnya ?" bahkan Naomi semakin tidak yakin ketika mendengat nada Veranda yang bergetar.

"iseng-iseng ikutin teman,stress ditinggal pacar, pelarian dari segala masalah, atau cuman buat nyakitin keluarga dan diri sendiri?" Naomi sedikit menggerutu dalam hatinya ketika pertanyaan lancang itu keluarga begitu saja dari mulutnya untuk pertama kali. Biasanya mereka yang membeli cenderung menggeluarkan unek-unek apa penyebab mereka membeli barang haram ini, tapi sekarang untuk pertama kalinya justru Naomi menanyakkan hal ini pada Veranda yang baru pertama kali dia temui

"gue gak peduli lo mau nanya apa. Yang gue butuhi cuman barang itu"

Naomi semakin meragu dalam hatinya. Sedikit kesal karena gadis yang bernama Veranda tak memberi tahu alasannya dan semakin bingung dengan perasaanya yang seolah mencegahnya untuk memberikan barang haram ini.

"gue gak akan ngasih barang ini sama lo"

Veranda menjadi kesal mendengarnya. Keluar dari rumah diatas jam 8 malam adalah hal luar biasa yang dilakukannya, tapi jika seperti ini semua orang pasti kesal. Berhadapan dengan pengawal rumah yang bawel setengah mati cukup membuat emosi Veranda terkuras, dan sekarang dia berhadapan dengan penjual songgong seumur hidupnya.

"gue naik taksi malam-malam buat kesini,gue juga butuh kesabaran ekstra buat sampai kesini, jadi lo gak usah bertingkah menyebalkan untuk menghabiskan sisa emosi gue ya..."

"lo ragu" Veranda sedikit kaget mendengarnya. Apalagi dia menjadi salah tingkah ketika melirik pada Naomi yang masih menatapnya tanpa lepas sedikitpun.

"g-gue ragu ?" tanya Veranda sedikit kikuk.

"iya. Lo ragu. Terlihat dari gelagat dan nada bicara lo"

Veranda terdiam membenarkan kata Naomi dalam hatinya. Dia ragu, bahkan bukan ragu lagi, melainkan takut. Takut dengan segala macam konsekuensi yang akan dihadapinya di hari yang akan datang melintas dibenaknya. Dimana akhir hayatnya nanti ? Dipanti rehabilitas atau menuju neraka tanpa melalui proses penghakiman dihari akhir ?

"datang sama gue kalo lo udah gak takut lagi" baru saja hendak pergi, tangan Naomi sudah terlebih dulu ditahan Veranda.

Hangat. Itulah yang dirasakan keduanya saat kedua tangan mereka saling menggengam satu sama lain. Detak jantung mereka berulah saat kedua iris mata itu bertemu. Saling memuji satu sama lain betapa indahnya sepasang bola mata seseorang yang ada dihadapannya.

Veranda yang tersadar terlebih dahulu langsung melepas genggamannya. Perasaan aneh langsung merenggsak masuk menembus relung hatinya yang baru pertama kali merasakkan perasaan aneh seperti ini. Ini berbeda saat dia bersama Steve atau Shania. Rasa yang luar biasa.

Kecanggungan membungkam mulut keduanya. Hawa dingin yang semakin mendingin diwaktu yang menunjukkan semakin larut tak diabaikkan mereka berdua. Saling diam diatas motor antik Naomi sambil memandang kelangit yang sedang tersenyum ramah pada mereka dengan menggeluarkan banyak bintang.

"lo bosan ?" tanya Naomi pada Veranda yang sepertinya mulai mengguap.

"iya. Lo ngehalangi rencana gue buat ngerasain rasanya melayang malam ini dengan barang haram itu" Naomi terkekeh mendengar ungkapan Veranda yang sepertinya masih kesal dengannya.

"lo gak perlu barang itu buat merasakan melayang seolah kaki gak berpijak ditanah. Justru yang lo butuhkan saat ini adalah cinta" perkataan Naomi tadi sontak memacu detakkan jantung Veranda untuk bekerja lebih ekstra dari biasanya. Pipinya entah menggapa merona memerah mendengar kata Cinta yang keluar dari mulut Naomi yang tak memalingkan pandangan sedikitpun darinya.

Veranda Dan NaomiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang