13. Chances;ㅡ

230 51 0
                                    

ㅡ Stop pretend that you're the one who get hurt, I also hurting my self.

ㅡㅡ✨ㅡㅡ

Deru angin, satu satunya yang terdengar setelah ucapan Kyulkyung membuat Minhyun bungkam. Ia sedang mencoba menstabilkan emosinya. Ia sedang betgelut dengan dirinya sendiri, seperti ia merasa bersalah tapi ia tak mau mengakui itu, bahkan dengan dirinya sendiri. Minhyun tertawa dibawah nafasnya.

Kyulkyung hanya menatap Minhyun bingung, ia menyesal bisa begitu saja mengeluarkan kata-katanya tanpa melihat suasana. Jujur saja, Kyulkyung takut kehilangan Minhyun. Bagaimanapun juga, Minhyun masihlah orang yang berharga dihidupnya, pengisi singgasana hatinya.

"Dek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dek.... " Perkataan Minhyun terhalang oleh bunyi bel masuk yang menggema, mengalihkan fokus keduanya. Tak mungkin keduanya melewatkan kelas hanya untuk mendebatkan masalah pribadi. Sama saja cari mati, meskipun Minhyun bukan lagi ketua osis, tapi ia masih harus menjaga imejnya dimata guru.

"Kita terusin pulang sekolah. Gue tunggu disini." Kata-kata itu jelas terdengar dingin di telinga Kyulkyung, ditambah ekspresi datar Minhyun. Gadis itu tau persis Minhyun sedang menahan amarahnya. "Gue anter, ga pake nolak." Akhirnya Minhyun memilih untuk berjalan dahulu diikuti Kyulkyung yang terus menatap tengkuk Minhyun penuh sesal.

Minhyun tak bisa berfokus pada pelajarannya. Dongho berhasil dibuat heran dengan tingkah Minhyun selama kelas berlangsung, seperti ia ada tapi pikirannya entah kemana. Pun dengan Jonghyun yang berkali kali mencuri pandang ke arah Minhyun. Baru kali ini Minhyun bisa bersikap gelisah itu. Untuk pertama kalinya ia bahkan meminta ijin untuk beristirahat di ruang kesehatan.

Bel pulang sekolah akhirnya menggema. Dan Minhyun bergegas menggambil tas nya dalam kelas lalu menghamburkan diri menuju kelas Kyulkyung yang mulai sepi. Langkahnya gusar, wajahnya terlihat menahan amarah. Tapi air sorot mata itu berkata lain, ada ketakutan disana. Ketakutan bahwa selama ini ternyata ia salah, dan justru melukai gadisnya.

Minhyun meraih ponsel disakunya setelah tak menemukan keberadaan Kyulkyung. Dipencetnya nomor Kyulkyung dan langsung menghubunginya. Lima panggilan sudah tak dijawabnya. Dan itu makin membuat Minhyun gusar. Ada apa sebenernya dengan Kyulkyung? Gadis itu bersikap diluar kebiasaannya.

ㅡㅡ

Kyulkyung bergegas keluar dari kelasnya dan menuju kelas Rena. Ia sedang ingin sendiri. Ia perlu mengontrol emosinya. Ia tak ingin meledak dan melakukan kesalahan lagi. Tak baik jika ia membuat keputusan ketika suasana hatinya buruk. Itu hanya akan menimbulkan kekecewaan pada akhirnya. Ia perlu merenungkan hubungannya dengan Minhyun. Ia perlu waktu dan ruang untuk memikirkan bagaimana ia harus bertindak. Kesannya seperti melarikan diri dari masalah memang, tapi ia juga tak mau ambil resiko kehilangan orang yang berharga dihidupnya.

Dering ponsel Kyulkyung membuat Rena sedikit kesal. Entah sudah berapa kali panggilan Minhyun tak digubris gadis berkepang dua itu.

"Lo mending kabarin kak Minhyun dulu deh Kyul. Siapa tau dia lagi khawatir disana mikirin lo."

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Princessajou : Kak, maaf, aku lagi pengen sendiri.

Princessajou : Besok weekend kan? Kita ketemu aja besok, gimana kak?

Mhynhwng : Lo udah di rumah kan?

Mhynhwng : Iya, besok kabarin aja.

(read)

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Minhyun membuang ponselnya sembarangan, hampir mengenai kepala Dongho yang sedang rebahan di karpet bawah sambil menikmati roti kering. Mereka memang sedang berkumpul bersama. Agenda wajib ketika malam weekend tiba. Kali ini giliran kamar Minhyun menjadi sarangnya. Biasanya memang mereka berpindah pindah, bergilir seperti arisan ibu ibu.

" Ati ati dong goblo, ini kepala juga ada otaknya. Gue masih butuh sampe ujian besok."

Minhyun masih tak peduli. Sepertinya kali ini dia benar benar memikirkan kata kata Kyulkyung. Bagaimana nada dan sorot mata itu masih teringat jelas dikepalanya. Membuatnya makin pusing rasanya. Minhyun berkali kali menghela nafas berat. Minki sampai dibuat jengah dan memilih untuk membantu ibu Minhyun di dapur. Sedang Jonghyun menikmati ritual baca novel karangan penulis favoritnya.

"Jong......" Minhyun menggantungkan kalimatnya.

"Lha kampred gue di kacangin, di lalerin." Dongho akhirnya pun memilih untuk bermain catur dengan ayah Minhyun.

"Kenapa? Kyulkyung?" Jonghyun akhirnya menutup novelnya dan berjalan mendekati Minhyun yang tengah merebahkan tubuhnya diatas kasur single size miliknya.

Minhyun mengangguk kemudian menatap Jonghyun dengan tatapan melas yang menjijikkan. Hampir saja Jonghyun mengahantamkan gitar kearah muka Minhyun. Untung saja laki lagi bermarga Kim itu punya kesabaran dengan tingkat diatas rata rata.

"Lo sadar ga, salah lo apa?" Jonghyun mengambil toples roti kering dan mulai menyantapnya. Sedang Minhyun membenarkan posisi tubuhnya menjadi duduk diatas kasur. Ia tak menjawab, ia hanya merenung. "Lo tu jadi laki kelewatan cuek apa gimana si? Heran gue."

"Gue bukan ahlinya masalah pacaran. Tau sendiri gue ga berpengalaman." Minhyun sedikit meninju bahu Jonghyun, nadanya menyiratkan kekesalan.

"Kyulkyung kelewat baik tau ga lo? Lo salah dia yang ngalah, minta maaf. Lo sibuk dia mau nungguin. Bahkan ketika temen temen dia yang punya pacar pada jalan pas libur kemaren dan dia malah ditinggal futsalan aja dia ga ngeluh loh. Langka cewek macam dia mah." Jonghyun menyebut seolah olah Kyulkyung sempurna dan membuat Minhyun semakin merasa bersalah. Tapi masih saja ego nya tak mau mengakui itu. "Lo bikin salah apa lagi ke dia?" Jonghyun kembali membuat Minhyun bungkam dan merenungkan perkataannya. Tepat sekali. Selama ini Minhyun terlalu menggampangkan Kyulkyung karena sifat gadis itu yang terlewat baik. Jadi ia selalu merasa ia akan dimaafkan kapanpun ia melakukan kesalahan.

"Gue juga bingung, lo tau gue kan? Bahkan buat pacaran aja gue baru. Gue juga sama. Gue harus menyesuaikan sama keadaan. Yang tiap harinya gue biasa hang out bareng temen, harus selalu ada buat dia. Sometimes gue juga rindu masa kesendirian gue. Gue tau ini egois. Tapi gue rasa gue belum siap." Minhyun menghela nafas panjang. Akhirnya uneg uneg yang selama ini hanya bersarang dikepalanya dikeuarkan juga.

"Kalo lo ga siap, harusnya lo ga mulai dari awal." Dan lagi, Jonghyun berhasil membungkam Minhyun.












































"Gue tau gue salah. Tapi gue juga sayang sama dia." Minhyun tertunduk lesu.

"Stop merasa lo tersakiti karena dia jauh lebih tersakiti, lo harusnya bersyukur, karena dia masih bertahan."

LET HER GO ㅡ Minhyun x KyulkyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang