PB_0.1

3.6K 215 40
                                    

Akira william, enam belas tahun, langsing, putih, cantik. Mirip dengan barbie. Tapi barbie yang ini memakai pakaian kaos, bercelana jeans, dengan potongan rambut curtaine fringe, berdada hampir rata.

Hampir oke.

Akira lebih mirip ken dalam dunia nyata. berjongkok di belakang tempat pembuangan sampah bukan sedang memungut sampah dengan kedua tangan menutupi sebagian muka. Wajahnya tegang, peluh menetes turun dari keningnya yang putih bersih, meremang panas dingin bukan karena meriang.

Langkah kaki terdengar di balik tempat sampah. akira bergeming.

Kaku. akira menahan napas. Muka sepucat mayat bukan karena sedang menahan buang air.

"akira. keluar" suara pria yang sedingin es terdengar.

Glek.

Akira semakin meringkuk seperti janin bukan karena kedinginan.

"aku tahu kau sedang bersembunyi disana" langkah kaki yang terdengar tegas semakin mendekat.

Akira sudah seperti orang yang mempunyai penyakit asma akut. dadanya yang hampir rata itu naik turun dengan cepat, jantung berdebar dengan kencang, tubuh gemetar.

" akira, kau tau aku tak suka menunggu" suara pria itu terdengar semakin dingin. Mencekam. siap menerkam.

Akira sudah bersiap berdiri. Lari.

Tapi belum sempat akira melangkah. Pergelangan tangan kanannya dicengkram kuat dengan tangan seorang pria. tegas. Gandengable. halah.

Menoleh. Akira melotot. kaget.

"mau kemana hm?" pria itu berbisik disamping telinga akira.

Satu kata untuk menggambarkan pria yang sedang mencengkram tangan akira ini. Tampan. Mata tajam bukan setajam silet, dengan bola mata sehitam arang, hidung mancung, rahang tegas yang minta dielus, tinggi tidak kalah dari model pria dari majalah vogue, bibir tipis minta dikecup, dada bidang yang pelukable.  khas Asia.

Tapi.

Akira seperti melihat iblis, bukan malaikat. Akira benar-benar takut. gemetar. pucat. cenat-cenut.

"L-lepas!" panik, dengan hidung kempas-kempis akira membentak. tangan kanannya memberontak, menggeliat minta dilepaskan.

Pria tampan itu mendengus. manahan kedua tangan akira disamping wajah akira. dengan wajahnya yang tanpa ekspresi semakin merapatkan tubuhnya yang jakung pada tubuh langsing akira, memojokkan akira di tembok belakang akira.

Akira hampir pingsan. Kehabisan napas dengan mulut membuka tutup seperti ikan koi.

Pria itu mendesis, merapatkan wajah, berkata, "Pulang."

Akira spontan menggigit bibir, berkata cepat, "Tidak! Aku tidak mau pulang! Aku ingin berkumpul dengan teman-teman ku!"

Pria itu berhenti. "Tidak mau pulang hm?"

Akira memandang pria itu secara berani tepat di mata. "iya."

Fatal.

"akira."

Tubuhnya ditarik ke arah pria itu. Akira bisa merasakan perfume maskulin didepan wajahnya yang berkeringat dingin.

"Apa aku perlu membawa mu secara paksa akira? dan ku pastikan kau tak akan menyukainya." pria itu berusaha mengontrol emosinya. terbukti dari napasnya yang sedikit memburu.

Dengan dagu terangkat, walau ketakutan masih sangat jelas di wajahnya akira berkata. "Coba saja! Aku tidak akan mau ikut dengan mu!"

Salah. Fatal. Bodoh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PROTECTIVE BROTHERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang