Kejutan yang Tertunda

65 10 11
                                    

"Udah dong ngambeknya. Nggak capek apa, muka ditekuk terus?" sungut Adan. Tapi Gea bergeming pada posisi duduknya.

Adan menarik napas dalam. Paras ayu di sampingnya tak banyak berubah sepanjang kebersamaan mereka. Digenggamnya tangan Gea erat. Masih teralir energi yang sama, kehangantan yang ajeg.

Tiba-tiba saja dadanya bergemuruh saat ia menangkap ekor mata Gea sedang mengarah kepadanya. Mata yang membuatnya jatuh cinta hingga tak mampu berpaling pada hal lain. Hanya ia, wanita yang berhasil memaku hatinya sejak pertama berkenalan hingga saat ini.

Tak mendapat perlawanan, Adan mencium lembut tangan itu. Sedangkan ekor mata Gea seakan terus menelisik isi hati Adan. Ia jengah, namun terasa sengatan listrik yang perlahan menjalarinya.

Gea justru merapatkan tubuhnya. Menyeruak aroma sabun mandi yang baru saja menyapu seluruh peluh di tubuh Adan. Tubuh atletis lelaki pujaannya pun menampakkan kontur otot tangan yang selama ini menjaga dan merangkulnya penuh kasih.

Hampir seminggu saling diam, semata karena Adan lupa tanggal pernikahan mereka. Padahal Gea sudah menyiapkan kejutan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Bukan sekadar lingerie baru, tapi benar-benar kejutan yang tak biasa. Sayang, malam itu Adan justru pulang bersama beberapa teman dan melembur pekerjaan sampai dini hari.

Hari ini Gea berada pada puncak kerinduan. Napas Adan yang pelan dan teratur terasa hangat memainkan anak rambut di kepalanya. Gea mendesah. Entahlah, mungkin karena sudah lama mereka tak bercumbu, malam ini terasa sangat spesial. Sekaranglah saatnya menunjukkan kejutan itu.

"Maafkan aku ...," lirihnya. Adan mulai memeluknya rapat, melesakkan kepala Gea lebih dalam ke dadanya.

"Aku Cuma nggak mau kejutanku jadi sia-sia," lanjut Gea lagi.

Kali ini Adan menegakkan posisi duduknya. Sambil masih merangkulkan satu tangan ke pundak Gea, ia sedikit bergeser ke depan, berhadapan.

Ah, Adan juga sangat merindukan wanita ini. Kesayangan yang hilang bak ditelan bumi selama beberapa hari. Manik matanya terus menatap wajah ayu tersebut.

"I will ...," bisik Adan. "Mmm ... maafkan aku, kemarin aku sung ...." Gea menempelkan telunjuknya ke bibir Adan.

"Masih kusimpan kok kejutannya. Jadi kumohon, malam ini hanya milik kita." Pinta Gea. Kalimat itu justru membuat Adan menarik tubuh Gea semakin rapat. Tangan kirinya berusaha meraih biji kancing di baju perempuan yang mulai menggodanya itu. Gea tak kalah sigap menahan tangan lelaki kesayangannya.

"Sttt... aku ambil dulu kejutannya." lirihnya nakal. Tapi Adan tak peduli. Rindunya memuncak sudah. Hasratnya tiba pada titik yang tak bisa dibalikkan.

"Kejutan itu kamu, Sayang." Adan makin tak terkendali. Segera diraihnya dagu Sang Bidadari. Tak akan ia lewatkan keindahan maha sempurna di depan mata. Ditariknya mendekat, sedekat yang ia bisa. Gea merangsek, merapat, memasrahkan semua rasa rindunya dilebur seketika.

"Mama ...." tiba-tiba terdengar suara cempreng di antara drama yang baru saja dimulai. Reflek Adan melepas genggamannya, Gea mendorongnya ke belakang.

"Tisya?" berdiri tegak makhluk kecil berusia empat tahun di hadapan mereka.

"Aku bobok sama Mama ...." seraya melompat ke pangkuan Gea dan merangkulnya dengan manja.

Adan mengempas punggungnya dengan kasar ke sofa. Sekuat tenaga ia lunturkan energi yang telanjur menuju puncak dari bawah pusarnya.

Nyanyian HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang