kerangka karangan cerpen

3 0 0
                                    

         Masa Lalu di Kampung Bima
Flashback
Jefry duduk melamun di bangku tua yang berada tepat di depan rumahnya, bahkan Jefry senyum-senyum sendiri bila diingatannya terlintas hal yang lucu. Ya Jefry sedang memikirkan Annisa orang yang sangat disukainya dari kecil, Jefry berencana akan melamar Annisa secepat mungkin, bila tahu annisa akan menerimanya bukan malah menolaknya seperti yang sudah-sudah, Memang Jefry sudah melamar Annisa sebanyak dua kali dan dua kali pula Anissa menolaknya. Tetapi bukan Jefry namanya kalau harus menyerah mendapatkan cinta Annisa.
Setitik air jatuh di tangan Jefry sehingga memudarkannya dari lamunannya yang sangat menyenangkan.
“Air!!! Siapa yang melempar air ini padaku?” Gumamnya.
Jefry tidak ambil pusing dengan setitik air yang jatuh di tangannya. Kemudian dia melanjutkan kembali hal yang sudah dibayangkannya seakan-akan tidak mau kehilangan bayangan itu dari ingatannya. Hujan mulai jatuh titik demi titik ketubuh Jefry dan membuatnya ingat akan satu hal bahwa sebentar lagi hujan akan turun untuk membasahi seluruh tubuhnya kalau dia tidak segera lari kerumah.
***
Suasana di meja makan pagi ini sangatlah hening tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Annisa dan Ranum, mereka menikmati masakan ibu mereka yang sangat lezat namun sayangnya orang tua mereka tidak ikut makan bersama mereka karena harus pergi pagi sekali untuk mengurus hal yang sangat penting.
Tokk...tokk...tokk.... suara ketukan pintu rumah Annisa terdengar begitu jelas di telinganya. Annisa membuka pintu untuk melihat siapa tamu yang datang sepagi ini.
“Pagi Annisa.” Sapa Jefry setelah Annisa sudah benar-benar berada di depan pintu.
“Kamu Jef, ngapain kamu sepagi ini datang kerumahku.” Tanya Annisa langsung to the point.
“Cuma ingin melihat keadaanmu saja. Ternyata benar kamu memang cantik seperti biasanya.” Gombal Jefry dilengkapi dengan gaya kebarat-baratannya.
“Cuma itu saja, kamu tidak lelah ya Jef setiap hari kerumahku hanya mengucapkan perkataan yang sama, “Cuma ingin melihat keadaanmu saja. Ternyata benar kamu memang cantik seperti biasanya" selalu perkataan itu yang aku dengar setiap harinya.” Ucap Annisa menirukan gaya bahasa Jefry.
“Seharusnya kalau ada orang yang bertamu persilahkan duduk dan suguhkan minuman untuk tamunya, masa iya ngomong di depan pintu begini.” Ucap Jefry tidak menghiraukan perkataan Annisa.
“Iya silakan duduk pak Jefrty yang terhormat.” Ucap Annisa ketus.
Jefry duduk di kursi depan rumah Annisa yang sengaja disediakan tuan rumah untuk tamu yang datang, lalu Annisa masuk kedalam untuk mengambil minum dan Jefry menunggu di luar sampai Annisa kembali. Setelah Annisa kembali dia membawa segelas kopi panas untuk di suguhkan untuk Jefry dan duduk di kursi yang cukup jauh dari Annisa. Beginilah Annisa dia akan menjaga jarak dengan lawan jenisnya karena dia selalu mengindahkan perkataan Ayahnya yang setiap hari selalu didengarnya saat makan malam. Annisa harus menjaga jarak dari para lelaki yang bukan  makhromnya, tidak boleh pergi bersama laki-laki apalagi harus ketempat-tempat maksiat yang akan membuatnya melakukan perbuatan yang dilarang agama. Begitulah nasehat yang amat berharga dari sang ayah, beliau mengamalkan ilmu dari Alquran yang terdapat di ( QS.7/Al-Isra-32 ) .yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesengguhnya  zina itu adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk”.
“Nis besok kita jalan-jalan yuk!!!!” Ajak Jefry memulai pembicaraan.
“Maaf Jef bukannya aku tidak mau tapi ayahku selalu melarangku untuk pergi bersama laki-laki.” Tolak Annisa secara baik-baik.
“Tapi Nis, besok kita pergi cuma sebentar saja.” Bujuk Jefry.
“Nggak Bisa Jef, aku tidak mau kalau ayah marah terhadapku jika pergi dengan kamu besok.” Ucap Annisa berusaha untuk menolak.
“Kenapa setiap kali aku mengajakmu jalan selalu saja kamu tidak mau, bukannya waktu kecil kita sering main bareng.” Tanya Jefry.
“Itu dulu saat kita masih kecil, dan sekarang kita sudah dewasa. Warga akan menduga hal yang tidak-tidak  saat kita jalan bersama, aku harap kamu paham apa maksudku Jef.” Ucap Annisa.
“Iya Nis aku paham apa maksudmu.” Ucap Jefri mengerti.
“Syukurlah kalau kamu mengerti.” Ucap Annisa lega.
    ***
Setelah sedikit berbincang-bincang, ayah dan ibu pun pulang. Ketika ayah melihat Annisa sedang duduk bersama Jefry ekspresi ayah seolah-olah senang. Annisa malah menjadi tidak enak karena takut ditegur oleh ayahnya tersebut. Tetapi, malah sebaliknya ayah bersikap ramah pada Jefry.
“Ehh rupanya ada nak Jefry ya” sapa ayah
“Iya yah, (panggilan kebiasaanku dari kecil).” Jawab Jefry
“Sudah lamakah nak?” tanya ayah
“ Tidak yah, baru beberapa menit saja.” Jawab  Jefry sopan
Kemudian ibu dan Annisa pun masuk ke dalam rumah. Sementara ayah dan Jefry masih duduk di luar sembari bercanda gurau dengan serunya. Annisa sedikit mengerutkan keningnya seolah-olah ada masalah yang dipendamnya. Ibu memperhatikan ekspresi yang tidak nyaman dalam diri Annisa, ibu tahu betul jika Annisa memiliki masalah.
“Annisa, apa yang sedang kamu pikirkan? Sepertinya kamu sangat gelisah hari ini.” Tanya Ibu khawatir.
“Mmm... Annisa tidak apa-apa kok ibu.” Jawab Annisa berbohong.
“ Kamu tidak usah bohong sama ibu nak, ibu tau betul jika kamu memiliki masalah.”
Annisa menghela nafas sejenak. “Anu bu sebenarnya kedatangan Jefry kesini itu ingin mengajak Annisa jalan. Namun, Annisa menolaknya bu.”
“Ooo.. Ibu sangat setuju sama kamu nak, sebaiknya tidak usah pergi masih banyak hal yang lebih bermanfaat untuk dilakukan terlebih membantu ibu.” Jawab ibu mencairkan suasana hati Annisa.
“Alhamdulillah ya Allah.. ternyata ibu sependapat dengan Annisa.” Ucap Annisa dengan senyuma leganya.
“Sudahlah jangan terlalu di pikirkan.” Ucap ibu singkat sembari mengelus kepala Annisa dengan lembut, dan membuat Annisa semakin tenang.
***
Keesokan harinya seperti biasa Annisa melakukan aktifitas seperti biasanya. Yaitu mengajar di Madrasah tepatnya pada pukul 06.45 WIB. Dengan membantu terlebih dahulu Ibunya menyiapkan sarapan pagi. Setelah sampai di sekolah Annisa selalu senyum kepada murid-muridnya yang menyapanya dengan hangat.
“Assalamu’alaikum bu, bagaimana kabar Ibu hari ini? Apakah cukup baik, nanti Ibu ngajar di kelas berapa? Dan jam berapa saja ibu mengajar, terus Ibu mengajar di kelas kami jam berapa?.” Tanya salah satu siswa yang sekolah di situ dengan yang bertubi-tubi.
“Wa’alaikumsalam wr.wb. wah pagi-pagi ibu sudah mendapatkan pertanyaan begitu banyak, yang mana yang harus ibu jawab terlebih dahulu.” Jawab Annisa dengan tersenyum ramah.
“Terserah Ibu saja mau jawab yang mana terlebih dahulu.” Ucap Siswa itu juga tersenyum ramah.
Belum sempat menjawab pertanyaan dari siswa itu lonceng pun berbunyi sehingga membuat Annisa dan siswanya mengakhiri pembicaraan. Setelah sampai di kantor Annisa segera merapikan buku yang akan dibawanya untuk mengajar di kelas, Annisa berjalan menuju kelas dengan penuh semangat. Tetapi sebelum sampai di kelas Annisa melihat ada seorang siswa yang duduk di dekat mading dan kelihatannya anak itu sedang gundah gulana, lalu Annisa menghapiri anak itu.
“Assalamualaikum, kamu kenapa nak, sepertinya ada yang sedang kamu pikirkan.” Tanya Annisa setelah sampai pada siswa itu.
“Waalaikumsalam, itu bu. Emm... puisi karya saya ada yang sengaja merusaknya.” Jawab anak itu terbata-bata.
“Kamu tau siapa yang telah merusaknya?” Tanya Annisa ingin tahu.
“Saya tidak tau bu, kamarin itu masih bagus saja, tapi setelah saya lihat lagi hari ini semuanya sudah rusak.” Jawab anak itu lesu.
“Baiklah nanti akan ibu cari tau siapa yang telah berbuat hal yang merugikan orang lain seperti itu.” Ucap Annisa dengan tulus.
“Terima kasih Bu sudah mau membantu saya.” Jawab Anak itu dengan tenang.
“Sama-sama, sebaiknya sekarang kamu masuk kekelas, bukannya sekarang kelasmu sedang masuk.” Ucap Annisa tersenyum ramah.
“Iya bu kelas saya memang sedang masuk, tetapi saya tadi sudah izin keluar sebentar.” Ucap anak itu sembari permisi masuk kelas.
Teng... teng... teng... lonceng pulangpun berbunyi. Segera Annisa melangkahkan kakinya menuju kantor.
Selesai sudah kegiatan mengajar Annisa, keringat, lelah, dan mengantuk bukanlah hal yang besar. Keikhlasan dan ketulusan menjadi landasan prinsip Annisa agar memberikan ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
“(Hatinya berkata) Aku lelah, Aku capek, Aku mengantuk, tetapi Aku harus semangat, sabar, dan ikhlas. Karena Aku percaya semuanya tak akan sia-sia. Balasan dari sisiNya pasti sudah menanti, mudah-nudahan jodohku nanti lebih baik  dari Aku. Aamiin ya Rab..”
Begitulah Annisa dalam hatinya, selalu saja membatin, selalu saja semua urusan dia kembalikan kepadanya. Tak menyadari dalam membatinnya, ada seorang guru yang menegur  Annisa, sampai dibuat kaget olehnya.
“Kamu tidak pulang Nis?.” Tanya salah seorang guru.
“Ehh Ibu. (jawabnya sedikit kaget) . iya bu ini juga sudah siap-siap mau pulang.”
Ketika Annisa telah sampai di depan pintu ada seorang siswa tergesa-gesa meghampirinya.
“Assalamualaikum bu, di depan ada seoarang laki-laki yang mencari Ibu.” Ucap Anak itu masih terengah-engah.
“Walaikumsalam, siapa yang mencari ibu nak?.” Tanya Annisa penasaran.
“Tidak tau bu. Ciri-cirinya tinggi, putih gayanya kebule-bulean gitu, terus dia juga cantik bu, eh salah maksudnya keren bu.” Jawabnya masih belum stabil
“Ooo begitu. Sepertinya ibu tahu siapa orangnya.” Ucap Annisa mengerutkan rambutnya. Salah maksudnya keningnya.
“ Ya sudah, sebaiknya Ibu segera kesana soalnya orangnya sudah menunggu dari tadi. Saya langsung pamit ya Bu, Assalamu’alaikum..” Ucap anak tersebut dan mengakhiri pembicaraan. Ternyata benarlah firasat Annisa, laki-laki yang menunggunya adalah Jefry. Jefry  menjemput Annisa menggunakan mobil barunya yang berwarna hitam mengkilat.
“Assalamua’alaikum Ibu guru .”
“Wa’alaikumsalam wr wb. Ehh kamu Jef.”
“Aku kesini sengaja menjemput kamu Nis”( sembari membukakan pintu mobil depannya).
“Mmm makasih tawarannya Jef, aku sudah memesan kuda online eh maksudku Delman.” Jawab Annisa menolak.”
“ Zaman sekarang masih pakai Delman? Wahh kekinian banget kendaraanmu Nis.” Sedikit mengejek Annisa.
“ Ehh jangan begitu, sebelum ada mobil, yang paling hits duluan itu kan Delman, malah sampai ada lagunya lagi Pada Hari Minggu Pak Raden beli Jambu, ehh salah.. Pada hari Minggu ku turut Ayah ke kota. Naik DELMAN istimewa ku duduk di muka. Tuh kan ada lagunya, coba kalau mobil memang ada lagunya gitu sampai sekarang?.” Ucap Annisa bercanda.
Tiba tiba...
“Kring kring kring kring (suara ponsel Annisa berbunyi)”
“Assaalamualaikum ayah.. (Ucap Annisa)”
“Waalaikumsalam nak, itu ada Jefry jemput kamu. Kamu pulang dengan nak Jefry ya..” ucap ayah (dalam telpon )
“Hah.. tapi yah, tapi.. (ucap Annisa kaget)”
“Tidak ada tapi-tapi nak, Ayah tidak enak menolak lagipula nak Jefry anak yang tidak neko-neko.”
“Ayah apakah ayah lupa dengan nasehat Ayah kepada Annisa tentang...”
“Tuuuuuttttttt ( jaringan terputus)”
“Ya Allah... bagaimana ini...?” Ucap Anisa ( kesal )
“Nis, ayo.. aku udah minta izin kok sama ayah mu”.
“Ya udahlah, mau bagaimana lagi ( dengan wajah yang kaku)”.
Setelah beberapa saat dalam perjalanan, kaca mobil samping memang sengaja dibuka dikhawatirkan timbul fitnah. Ternyata mobil yang digunakan Jefry menyelip motor guru-guru yang baru pulang mengajar tadi. Dan sekilas mereka semua melihat Annisa dan Jefry di dalam mobil tersebut. Annisa merasa risih dan tidak nyaman, tetapi dia yakin kepada Allah yang Maha Mengetahui perbuatan hambanya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karangan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang