Prolog

13 1 1
                                    

Bintang sang Bulan

-Prolog-

 Gadis itu mengarahkan pandangannnya pada gedung apartemen mewah yang berada didepannya. Gedung itu terdiri dari 10 lantai dan memiliki lobi yang sangat mewah yang terletak di lantai pertama. Sekali lihat semua orang pasti langsung paham bahwa hanya orang orang tertentu dengan ketebalan dompet jauh diatas rata rata yang dapat tinggal di gedung itu.

Setelah puas melihat gedung itu gadis dengan gaya rambut bergelombang berwarna cokelat kehitaman hingga pinggang itupun melangkahkan kakinya menuju pintu masuk, dia berhenti di depan tombol untuk membuka apartemen. Seketika dia mengetik angka 503 dan memasukkan kode passwordnya, pintu lobipun terbuka. Tanpa ragu gadis itu melangkahkan kaki masuk kedalam gedung apartemen tersebut sambil menari koper berwarna cokelat tua yang cukup besar.

‘Gadis itu penghuni baru ya? Kenapa pindah pada tengah malam begini?’ batin penjaga gedung apartemen tersebut. Tidak heran jika penjaga laki laki yang terlihat sudah memasuki usia kepala empat itu merasa aneh pada penghuni baru apartemen yang dia jaga. Sekarang sudah menunjukkan pukul 23.24 WIB jelas bukan waktu normal untuk pindah ke rumah baru, apalagi bagi seorang gadis yang terlihat masih berusia belasan tahun.

Menghiraukan keberadaan si penjaga gadis itu terus masuk hingga sampai di depan lift. Tidak butuh waktu lama pintu lift terbuka. Setelah masuk gadis itu menekan tombol 10 dan pintu lift kembali tertutup. Sampai di lantai 10 gadis itu langsung menuju pada kamar nomor 503 yang berada diujung lorong. Langsung ia buka pintu apartemen tersebut dan masuk kedalam ruangan nomor 503 tersebut.

Setelah sampai didalam ia melihat banyak kardus kardus yang tersusun di dalam ruangan tersebut. Ruangan itu cukup luas dengan ruang tamu, dapur yang bergabung dengan ruang makan beserta 3 buah kamar. 2 kamar berada dilantai atas yang dihunbungkan dengan tangga disamping ruang tamu. Dan 1 kamar lagi berada tepat dibawahnya. Masing masing kamar memiliki kamar mandi sendiri di dalam kamar. Perabotan sederhana sudah tersedia di ruangan itu seperti sofa, TV, peralatan memasak dll. Di dalam kamar tidur pun sudah tersedia tempat tidur, lemari dan sepasang meja dan kursi. Namun di kamar paling ujung di lantai atas dibiarkan kosong tanpa ada sebuah perabotan terpajang.

“Haaah,,,, ruangan ini terlalu luas untuk ditinggali seorang gadis sendiri” keluh gadis itu “ya sudahlah” lanjutnya. Setelah itu gadis itu langsung menuju lantai atas dan memasuki ruang kosong tersebut. Dia memasuki ruangan tersebut dan melihat ada jendela besar yang tertutup korden di salah satu sisi dinding kamar itu. Gadis itu langsung menyibak korden tersebut yang kemudian menampakkan sosok kota Jakarta pada malam hari. Lampu lampu jalan, Gedung gedung tinggi yang berkelap kelip, sangat indah.

“ini keputusanmu Elen. Kau tidak boleh menyesalinya.” Ucap gadis itu dengan nada lirih seolah akan menangis. Dengan mata sendu ia melihat pada pemandangan yang ada di depannya dan-

“Yosh! Jangan Lembek! Semangat! Mulai besok lusa adalah hidup barumu! Ayo Semangat semangat.” Teriak gadis itu dengan wajah berseri seri dengan mata cokelat tua yang berkilauan dan senyum lima jari yang terlukiskan diwajah gadis itu. Menghapus semua perasaan negatif yang tadi menghapirinya ia melangkah semangat menuju pintu masuk sambil berucap “ Ayo semangat! Besok hari minggu, semua isi dari kardus itu sudah harus berada ditempat seharusnya besok sore! Senin adalah hari pertama Upacara Penerimaan Siswa Baru!” Ucapnya dengan penuh semangat sambil melangkah pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bintang sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang