"Jadi...." ucap seseorang di hadapan Clavenia berdiri tegap dengan rambut jabriknya serta mulai menunjukkan sesuatu yang telah disembunyikannya dari tadi.
Para siswa sedang berdiri di lapangan basket tak sabar menyaksikan tontonan menarik itu. Ya, acara Gerald menembak Clavenia di hadapan semua anak SMA Patriot.
Clavenia hanya menyembunyikan wajahnya yang sekarang menjadi merah seperti kepiting rebus itu. Dalam hati emang ia merasa sangat senang karena akhirnya masa PDKT nya dengan Gerald berakhir dan memulai status barunya.
"Iyaa.." jawab Clavenia tersenyum simpul.
"Loh aku kan belum nanya.." kata Gerald mengundang seluruh tawa dari SMA Patriot yang menyaksikan tontonan tersebut. Sedangkan wajah Clavenia semakin memerah karena saking malunya.
Kemudian, Gerald mulai sujud dan menjulurkan bunga mawar tersebut.
"Dear, Clavenia Anastasia Wibawa, aku sayang banget sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?"
CIEEEEEE. teriak siswa SMA Patriot serentak. Clavenia hanya malu-malu kemudian mengangguk dengan jawaban ia menerima tawaran Gerald untuk menjadi kekasihnya.
***
Tak ada yang dapat menguburkan rasa senang Clavenia. Bahkan saat pelajaran ekonomi akan dimulai, pelajaran yang sama sekali tak disukainya, senyum manis Clavenia tetap mengambang di wajahnya.
"Udah tuh rasa senang pas ditembaknya" senggol Carline, sahabat yang juga teman sebangkunya.
"Gak bisa Car. Akhirnya.... Gue seneng banget. Padahal digantungnya hampir dua tahun!" seru Clavenia masih antusias. Carline hanya tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya.
"Selamat pagi anak-anak. Kali ini kita akan kedatangan anak baru." teriak Bu Dita menarik perhatian semua siswa dalam kelas. Sangat jarang ada yang masuk ke SMA ini, SMA ini sangat tidak terkenal dan mungkin sangat terbanting dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain.
"Cewek atau cowok bu?" tanya anak laki sekelas Clavenia bernama Reno. Suara gemuruh terdengar dari arah belakang kelas yang disana duduk sebagian cowok-cowok.
"Sayang sekali. Kali ini kesempatan cewek-cewek" jawaban tersebut membuat teriakan cewek-cewek. Sebagian dari mereka langsung membuka tas untuk mencari bedak dan lipstik.
"Woi biasa aja dong lu, Jane. Dandan kek apapun juga muka tetep gitu."
Pernyataan barusan menimbulkan tawa besar dari cowok-cowok. Namun Jane tak memedulikannya melainkan mulai memperbaiki rambutnya yang tadinya sedikit berantakan.
"Mari nak, perkenalan depan kelas." sambut Bu Dita ramah. Laki-laki itu masuk ke dalam kelas.
Sosok laki-laki itu menarik perhatian Clavenia. Bukan, bukan.. Clavenia tak jatuh cinta pada pandangan pertama pada laki-laki itu. Cuma terdapat sesuatu dari laki-laki ini yang mengingatkannya pada seseorang. Siapa ya? Clavenia kemudian menggeleng cepat.
"Nak, sini dulu kenalin diri kamu." panggil Bu Dita saat melihat anak laki-laki itu hanya masuk ke kelas dan langsung menuju bangku yang kosong.
Semua mata menatap langkah laki-laki tersebut. Terdapat juga beberapa bisikan tidak senang melihat kelakuan laki-laki itu yang terlihat angkuh.
"Orlando."
"Maksudnya apa?" tanya Bu Dita.
"Nama gue Orlando." kata Orlando singkat nan padat. Bu Dita mengangguk-angguk mengerti, padahal anak itu hanya menyebut nama saja.
"Lalu, nama lengkap kamu? Kamu darimana? Kemudian kenapa mau pindah ke sekolah ini?"
"Orlando. Dari Bandung. Gak papa" jawab anak itu sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan oleh Bu Dita.
Kelas masih terdiam melihat perilaku dingin Orlando. Bu Dita tampaknya sudah menyerah untuk menanyakan keadaan Orlando lebih lanjut.
"Oh yaudah, kamu duduk dimana saja terserah."
Sebenarnya, tak ada bangku kosong di kelas. Ada sih.. tapi bangku tersebut dianggap keramat oleh para-para siswa di kelas yang terletak di belakang bangku Clavenia. Entah mengapa, sejarahnya bagaimana, tak pernah ada orang yang duduk di bangku tersebut.
"Jangan disana keramat. Mending disini aja." ujar Jane centil dengan senyumnya yang menunjukkan gigi-gigi pagarnya.
"Gak mau." tolak cowok itu mentah-mentah.
Penolakan itu tentunya membuat kelas heboh menertawakan Jane yang masih menunjukkan ekspresi kaget atas jawaban anak baru tersebut. Terutama cowok-cowok di belakang.
"Yah make up gue habis, gara-gara mau godain anak baru tapi gak mempan" sindir Reno lagi. Jane hanya menunjukkan muka betenya. Ia tak pernah menyangka akan mendapat perlakuan kasar dari seorang anak baru tersebut.
Clavenia menatap badan cowok itu yang sangat tegap. Ia pasti anak basket, pikir Clavenia. Badan lelaki itu hampir mencapai 180cm. Termasuk ideal. Walaupun seragam SMA nya longgar, tetapi otot lengannya masih terlihat.
"Clavenia." Clavenia membalikkan tubuhnya, mengulurkan tangannya dan berusaha bersikap ramah kepada Orlando.
"Siapa?" tanya Orlando tanpa menatap Clavenia sama sekali. Ia hanya sibuk mengeluarkan alat-alat tulis dari tas hitamnya.
"Clavenia. C-L-A-V-E-N-I-A. Sebenarnya nama gue Clavenia Anastasia Wibawa. Tapi lu bisa manggil gue Clavenia. Atau apapun terserah. Hahaha" jawab Clavenia sambil menyelipkan tawa agar suasana tak terlalu canggung.
"Yang nanya."
Semua yang mendengar itu langsung tertawa terbahak-bahak. Mulut Clavenia masih mangap tak menyangka atas segala ucapan Orlando. Sumpah, nih anak nyebelin abis. Clavenia mebalikkan tubuhnya kembali dan semua mood nya berubah menjadi jelek karena telah dipermalukan di kelas.
"Makanya Clav. Baru jadian tadi pagi mah diem-diem aje" teriak Patrick, salah satu monster-monster yang duduk di kelas bersama Reno dan disambut oleh 8 monster lainnya.
"Berisik lu Patrick jelek" sahut Clavenia kesal.
Kelas berakhir, dan tak terasa satu hari di kelas 12nya berakhir lagi. Diluar, sosok yang sudah menjadi 'pacar'nya telah menunggunya daritadi. Senyum Clavenia kembali mengambang melihat sosok pacarnya tersebut.
"Maaf ya lama. Tadi ada tugas dikit" kata Clavenia masih dengan muka malu-malunya.
"Gak papa. Yuk cabut." Gerald menjulurkan tangannya bermaksud agar Clavenia menyambut tangannya tersebut. Tanpa ragu, Clavenia langsung meraih tangan Gerald.
Beberapa siswi yang belum menyelesaikan tugasnya sehingga masih di kelas menyaksikan adegan itu.
"Duh romantis banget sih mereka. Gue jadi pengen kayak Clavenia" ujar sekelompok perempuan di kelas XII IPS 2.
"Ngapain? Gak guna banget hidup lu pada." balas seorang perempuan di kelas itu yang juga menyaksikan adegan tersebut.
***
Sepulang sekolah, Gerald dan Clavenia berniat untuk makan bakso sebentar di mall. Maka dari itu Clavenia tak lupa untuk menyampaikan keluarganya agar tak cemas memikirkannya yang belum balik.
Clavenia Anastasia Wibawa. Gadis berumur 17 tahun itu memiliki rambut panjang hitam sebahu. Matanya sedikit sipit namun bisa menjadi besar sewaktu-waktu seperti saat makan es krim, makan bakso, melihat cowok ganteng, atau melihat contekan. Ia memiliki kulit putih dengan senyum yang sangat manis. Walaupun ia tidak terlalu tinggi hanya sekitar 155-156 cm, namun ia terlihat sangat menggemaskan.
"Tadi nyebelin banget anak baru di kelas." ujar Clavenia membuka topik di mobil. Gerald yang fokus menyetir sambil sedikit menyandungkan lagu yang terputar di music player nya sedikit mengangguk.
"Emangnya kenapa?" tanya Gerald. Clavenia menceritakan segalanya, mulai dari awal masuk kelas, perkenalan, jawaban-jawaban anak itu. Semuanya.
"Tapi entah kenapa ya, aku ngeliat dia berasa deja vu"
Gerald terdiam dalam kesunyian sedangkan Clavenia mulai ikut bernyanyi mendengarkan lagu yang terputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orlando's Secret
Teen FictionAda sesuatu yang aneh pada dia. Wajahnya yang dilengkapi oleh kacamata coklat yang membingkai kedua bola mata hitam pekatnya itu, hidung kecil dan mancungnya, bibirnya yang tipis dan kecil, semuanya menghiasi wajahnya yang berbentuk oval dengan dag...