SEPULUH TAHUN

2.8K 226 30
                                    

10 TAHUN

ONESHOOT

Oleh Anniserde

Disclaimer Masashi Kishimoto
Romance, teen, friendship
Pairing Naruhina
Maaf ide pasaran.
AU

Hinata mengenal Naruto sejak hari pertama penerimaan murid baru Sekolah Dasar Konoha. Lebih tepatnya mengetahui satu pihak dan bukan saling mengenal. Namikaze Naruto lengkapnya, seorang yatim piatu yang langsung tercemar namanya saat terdata sebagai siswa SD Konoha. Kehadirannya menuai banyak gunjingan dari calon teman seangkatan dan para orangtua wali yang menyertai mereka.

Tidak ada yang asing dengan marga yang disandang Naruto. Semua orang mengetahuinya. Si rambut pirang putra dari Uzumaki Kushina seorang atlet karate terbaik dan Namikaze Minato seorang perdana menteri jujur pada masa itu. Masa di mana sebelum kejadian memilukan merenggut nyawa mereka berdua. Kushina menghembuskan napas terakhir setelah Naruto melihat dunia. Minato mengorbankan nyawanya saat baku hantam dengan musuh-musuh yang akan membawa kabur bayi merah darah dagingnya. Semua warga menyalahkan Naruto sebagai anak pembawa petaka, kelahirannya memakan korban pasangan fenomenal Konoha yang tak lain orang tuannya sendiri.

Naruto hidup bersama kakeknya yang sudah renta, jiraiya. Pria tua itu bekerja serabutan demi mengais rezeki. Kehidupan mereka yang jauh dari kata beruntung memaksa satu-satunya keluarga Naruto itu bekerja hingga larut. Naruto sering mendapati gubug reyotnya sepi saat menginjakkan kakinya sepulang sekolah. Usianya yang sangat belia terpaksa harus memaknai semua keadaan dengan dewasa yang belum seharusnya. Terkadang bocah belum genap tujuh tahun itu menunggu kakeknya hingga larut malam.

Hinata memandang sendu sosok kulit kecokelatan itu. Wajah bergaris tipisnya nampak kebingungan menanggapi beberapa pasang mata yang seolah menghakiminya. Naruto sadar dia miskin. Sarapan pagi hanya nasi sisa kemarin dan tahu kukus. Bahkan untuk mengisi perut besok blm terpikir saat ini. Tapi Naruto tak pernah menyentuh apa yang bukan miliknya meski perutnya melilit. Dia berusaha bersikap manis, tapi warga sekitar tetap memojokkannya karena kejadian yang dia tidak paham alurnya.

Terlihat si laki-laki kecil itu menghela napas, mencoba mengabaikan situasi di sekitarnya. Langkah kecilnya mendekati papan pengumuman yang tak lagi berjubel seperti beberapa menit lalu. Matanya menelusuri nama demi nama yang tercetak di sana.

Sesaat kemudian senyumnya muncul, “Namikaze Naruto kelas 1-5!” mulutnya bergerak pelan mengikuti sederet tulisan yang ditemukannya.

Mata cantik Hinata tetap tak mau lepas dari tingkah anak itu. Kedua kaki kecilnya bergerak sendiri menuju papan pengumuman. Hinata menghentikan langkahnya di sebelah Naruto.
Hinata belum berpaling dari si pirang. Binar mata Hinata bergulir dari ujung sepatu Naruto hingga rambut pirangnya yang berantakan. Tampak sepasang sepatu usang namun masih layak pakai membalut kedua kakinya. Tas sekolah yang menempel dipunggungnya pun bukan barang baru. Warna gelapnya sangat pudar. Hanya seragam yang membalut tubuh anak laki-laki ini yang masih segar. Atasan kemeja hijau bermotif garis dipadu celana pendek polos senada.

Naruto menoleh setelah merasakan aroma shampo anggur menembus penciumannya. Dalam matanya tercantum wajah manis gadis berambut pendek, “Hai, kau di kelas berapa?” tanyanya mencoba menyapa. Melihat ukuran tubuh si gadis, membuat Naruto menarik kesimpulan mereka sesama siswa baru.

Hinata hanya mengedipkan matanya dengan bibir terbuka.

Wajah Naruto memerah. Dia sekuat tenaga menahan agar tangan jahilnya tak kambuh dan mendaratkan cubitan pada pipi bulat gadis kecil itu.

“Apa kau belum melihat?” tanyanya kemudian, “Baiklah, namamu siapa? Akan aku carikan!”

Hinata menunduk dalam, menyembunyikan warna pipinya yang sedikit berbeda, “Hyuuga Hinata!”

SEPULUH TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang