=3=

2.5K 284 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PLAK!!!

Naoki melotot, setelah Seruni menampar pipinya. Seruni menepis tangan Naoki, kemudian mendorong tubuh Naoki agar jauh darinya.

"Kamu juga harus tahu, laki-laki yang memegang wanita tanpa izin itu namanya cabul!" marah Seruni.

Naoki semakin geram, dia hendak pergi tapi Seruni seolah belum puas dengan sumpah serampahnya.

"Aku akan mengadukanmu ke rektor! Aku akan mengadukanmu karena berlaku jahat kepada mahasiswamu! Kenapa kamu bisa membuang kertas-kertas bimbingan yang sudah bermalam-malam mereka kerjakan sampai mereka nggak tidur? Bagaimana bisa kamu dengan kejam meremehkan mereka, bilang nggak lulus SD dan bahkan sekolah membayar daun? Apa kamu nggak tahu, bagaimana kerja keras orangtua mereka untuk mengumpulkan uang demi biaya kuliah anak-anaknya? Apa kamu nggak tahu bagaimana perjuangan mereka agar bisa lulus tepat waktu? Tapi, semua itu nggak kamu hargai! Kenapa mengatai orang dungu, bodoh, dan idiot? Yang menciptakan otak itu Tuhan! Bagaimana bisa kamu menghina otak yang telah diciptakan Tuhan? Kamu nggak berhak berlaku begitu kejam kepada mahasiswa akhirmu! Mereka sudah cukup stres dengan judul skripsi mereka, kenapa kamu tega membuat mereka semakin stres! Aku akan mengadukan semua perlakuan jahatmu ini! Dan, ya... aku nggak mau bimbingan skripsi dengan kamu!"

Seruni memungut sepatu dan tasnya, dia langsung pergi dari hadapan Naoki kemudian menuju rumahnya. Naoki ingin marah, tapi mati-matian mencoba untuk ditahan. Dikepal kedua tangannya kuat-kuat, sampai tepukan itu membuatnya kembali pada dunianya.

"Dia hebat, ya..." ujar Benjiro dengan senyum lebarnya, Naoki masih diam, dia melirik ke arah Benjiro seolah mengatakan untuk tak mengatakan apa pun. "Setelah sekian lama, baru kali ini ada wanita yang Abang pegang, peluk... eh nampar Abang lagi. Hahahaha!"

Naoki hanya diam, dia mengabaikan ucapan Benjiro kemudian pergi meninggalkan adiknya yang menyebalkan itu. Dia tak ingin terpancing emosi, oleh siapa pun lagi.

==000==

Pagi ini tampaknya burung gereja harus rela untuk bungkam. Pasalnya, sebelum ia bertengger di atas pagar, Seruni sudah bangun duluan.

Dia menuju dapur, dengan mengenakan bebydol bermotif beruang biru, dia pun menyusuri lantai dasar rumahnya. Menuju ke sisi kanan, sebelah ruang makan kemudian berdiri tepat di samping abangnya yang tengah memasak.

Rambutnya acak-acakan, mata sembab. Bahkan, bekas maskara yang belepotan di bagian matanya pun dibiarkan begitu saja.

"Uni?" ucap Adnan yang lebih seperti pertanyaan. Garpu yang sedari tadi dipegang pun lepas, mulutnya menganga lebar memandang ke arah adiknya.

Dia benar-benar Seruni, adiknya? Mengapa bisa adiknya menjadi seperti itu? Kenapa dengan wajah adiknya yang dibiarkan belepotan dengan maskara dan rambut acak yang mengerikan? Padahal, Adnan tahu betul sudah menjadi hal wajib jika sebelum tidur adik tercintanya akan melakukan banyak ritual dari ujung rambut sampai ujung kaki.

SERUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang