8. leave it unsaid

1.5K 272 13
                                    

"Dira, lo denger nggak?"

Princess...

Panggilan itu masih menggema di kepalanya. Tentu saja, ia sudah menduganya dari awal. Siapa lagi orang yang mau mencari masalah dengannya jika bukan Aditya Hanggoro Adjie?

Dira menatap kosong lapangan basket di belakang Ditya sambil memutar-mutar sendok pengaduk es tehnya. Kepalanya tak bisa berhenti memikirkan tentang cara-cara Adit dalam menemukan blog rahasianya. Kenapa? Kenapa Aditya Hanggoro Adjie tidak membiarkannya saja? Bukankah masa peperangan mereka sudah usai? Obsessed!

Kedipan mata Adit kembali terngiang di kepala Dira. Setan Alas! Dira mengumpat dalam hati. Semesta memang sedang tidak berpihak pada Dira. Ia tidak mengerti kenapa di antara semua orang, spesies laki-laki bernama Aditya Hanggoro Adjie juga yang harus menjadi karma dalam kehidupannya.

"DIRA!!!" Ditya kembali memanggil. Ini sudah untuk yang ketiga kali.

Dira menoleh cepat-cepat dari lapangan basket ke arah sahabatnya itu. "Kenapa? Ada apa? Lo tadi ngomong apa?" tanya Dira.

Mar dan Nabila tertawa melihat respon bingung Dira. Ia terlihat seperti anjing kecil yang tersesat ketika bingung, dan menurut teman-temannya, Dira jadi tampak sangat menggemaskan.

Ditya menahan tawa. "Jadi, nanti, habis pulang sekolah kita mau ke rumah Nabila. Lo mau ikut nggak?" tanya Ditya.

Dira cepat-cepat mengangguk. "Ikut! Ikut!" ujarnya sambil tersenyum.

"Lo kenapa sih? Tumben lo diem banget hari ini," tanya Mar.

"Hmm? Nggak apa-apa, cuma lagi mikir sesuatu."

"Princess?" celetuk Nabila. Dira langsung menembakkan lirikan sengit pada Nabila.

Ketiga teman Dira langsung tergelak ketika melihat reaksi Dira saat panggilan itu disebut-sebut di depan wajahnya—Princess adalah panggilan favorit Aditya Hanggoro Adjie untuk Dira dan teman-teman Dira suka sekali mengusik emosi Dira dengan panggilan Princess untuk memenangkan reaksi berharga Dira yang sangat menggelikan.

Siang itu, Dira kembali menjadi objek lelucon ketiga sahabatnya gara-gara perkaranya yang tidak pernah selesai dengan Aditya Hanggoro Adjie. Narator pertamanya kali ini adalah Nabila. Sambil bercanda, Nabila menyampaikan pendapatnya soal hubungan rumit Dira dan Adit yang intinya, "... lo sama Adit tuh punya reaksi kimia yang positif, Di." Dira langsung berlagak mual setelah mendengarnya.

"Gini ya, Di, menurut astrologi juga, zodiak lo, Libra, sama zodiaknya Adit, Pisces, adalah pasangan zodiak yang paling memahami satu sama lain. Udah, kalian emang cocok, fix!" tambah Ditya.

"Lagian juga nih ya, menurut gue, cowok yang sukanya caper sama lo biasanya emang suka sama lo, bokap gue juga gitu dulu soalnya ke nyokap gue," kata Mar seperti menebar minyak di atas api.

Dira jadi merasa tersudut, bukan karena kesal, tapi ia cemas dan takut kalau penulis komentar anonim di blognya benar-benar Aditya Hanggoro Adjie.

"IIIIHHH!!! Jangan ngomongin dia lagi dong! Males gue!"

Ketiga temannya sontak tertawa terbahak-bahak dan Dira langsung bersidekap dan cemberut. Ia sedang tidak dalam suasana hati untuk dibercandai soal Adit sekarang. Ia cemas dan khawatir kalau laki-laki itu betul-betul memegang hidup dan matinya.

"Ciyeee marah," kata Mar, menyenggol bahu Dira sambil menaik turunkan alisnya.

"Gue nggak marah." Karena memang tidak, ia tidak marah, ia cemas.

"Muka lo merah banget, Di, serius," kata Ditya cengengesan, kemudian meminum es jeruknya.

"Tapi gue nggak marah! Serius!" Dira meyakinkan ketiga temannya yang malah tersenyum menyebalkan ke arahnya.

[✔] Boi || jhj, hhjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang