PULANG

6 2 3
                                    

Sampai depan rumah, napasku terengah-engah. Pintu terbuka, tak seperti biasanya.

Aku masuk tanpa lupa mengucap salam. Kulihat ibu di ruang tamu, tapi kenapa tak menjawab salam? Ia berjalan mondar-mandir di sekitar sofa terlihat gelisah. Kulihat ke matanya ada kesedihan. Air mata tak berhenti menggenang. Ibu seperti mengacuhkanku.

Menghampiri ibu bermaksud melontarkan tanya, "ada apa gerangan?" Mungkinkah terjadi sesuatu dengan....a-y-a-h. Bila terjadi sesuatu pastilah aku yang paling merasa bersalah. Kemarin malam aku telat pulang ke rumah. Ayah sangat marah.

Ibu malah menghambur keluar begitu mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Masuk ke mobil, dan mobil pun buru-buru melaju, meninggalkanku.

"Bagaimana sih ibu, kenapa aku ditinggal?" Aku berteriak memanggil ibu sekuat tenaga tapi rasanya percuma.

Tunggu. Bukankah yang menyetir tadi adalah...

"Lalu siapa, yang membuat ibu menangis sebegitunya?" Aku bergumam sendiri.

Terdiam lama, aku mengais ingatan. Pulang sekolah tadi:

Terdengar suara decitan roda yang berusaha keras memeluk aspal, suara benturan benda keras, dan teriakan. Jauh di belakangku riuh kerumunan orang sedang membincangkan sesuatu yang sangat serius. Aku tak berusaha mencari tahu atau ingin tahu. Hanya berlari ke rumah, cepat pulang...cepat pulang.

Basagita cepat pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang