15

21 4 0
                                    

Setelah hari dimana Jiyong dan Jinan tidur bersama, Jiyong semakin sering meminta bantuan Jinan untuk menemaninya tidur.

Banyak yang berubah dari Jiyong setelah mengenal Jinan, setelah hubungannya dengan Jinan mulai berjalan lancar

Perubahan itu seperti semakin baiknya Jiyong mengatur makannya, dan seperti seringnya dia mendatangi psikiaternya.

Semua yang terjadi setelah kedatang Jinan. Bagi Jiyong, Jinan adalah alasannya untuk kembali menjadi orang hidup.  Untuk kembali menata kehidupannya yang ia hancurkan sendiri.

Tapi karena Jinan juga rasa bersalah kembali menggerigoti Jiyong. Kembali membuat Jiyong mempertanyakan apa dia pantas membangun kehidupan baru setelah menghancurkan hidup seseorang.

Jinan tengah mengerjakan sesuatu di sofa studionya ketika Jiyong memasuki studio Jinan dengan muka sangat lusuh.

Jiyong duduk di sebelah Jinan sambil menjatuhkan kepalanya ke samping menyandar pada Jinan.

Entah sejak kapan tapi mereka sudah biasa seperti itu. Jiyong yang menyandar pada Jinan atau bahkan terkadang Jinan yang tertidur di paha Jiyong.

Jinan tidak memperdulikan Jiyong dia tetap fokus pada pekerjaannya.

"Apa aku tidak terlihat?" tanya Jiyong.

Jinan tidak mengubris Jiyong masih fokus oada pekerjaannya.

"Apa kau tak mendengarku?" ulang Jiyong.

Jinan sama sekali tidak menggubris Jiyong, sampai Jiyong mulai mnjahilinya dengan menusuk nusuk perut Jinan.

"Jinan-ah..." panggil Jiyong.

"Jinan, Jinan,Jinan, Jinan." panggil Jiyong berulang.

Jinan mendecak kesal.

"Wae?" Ketus Jinan sambil menoleh ke Jiyong yang bersandar di pundaknya.

"Ayo, makan siang." ucap Jiyong.

"Ani, aku masih banyak pekerjaan. Oppa saja." ucap Jinan lalu kembali bergulat dengan pekerjaannya.

"Mana Teddy hyung?" tanya Jiyong sambil memainkan rambut Jinan.

"Menemui Sajangnim." ucap gadis itu singkat.

Jiyong menegakkan tubuhnya lalu mengambil handphone di sakunya, lalu mengirim pesan pada Teddy lalu kembali menyandar pada bahu Jinan.

Setelah bebrapa menit Teddy muncul dengan nafas terengah-engah seperti habis berlari.

"Ya! Kenapa kau mengirimiku pesan mengerikan itu! " teriak Teddy sambil menarik Jiyong menjauh dari Jinan.

Jinan  bingung melihat Teddy yang tiba-tiba terus berteriak pada Jiyong dan Jiyong yang malah terkekeh di depan Teddy.

"Mwoya? Ada apa ini? " tanya Jinan.

"Jinan-ah, ku ingatkan untuk tidak dekat-dekat dengan kaparat ini.  Kau tau?  Dia mengirimi ku pesan, kalau aku tidak sampai dalam waktu sepuluh menit atau dia ak—" ucapan Teddy terputus karena Jiyong membekap mulut pria tersebut.

"Haha, ani Jin jangan dengarkan dia. Ayo makan siang, karena hyung sudah disini." ucap Jiyong.

"Oppa... Sudah ku bilang aku punya banyak pekerjaan." ucap Jinan.

"Tapi aku lapar Jin..." Ucap Jiyong

Jiyong tak akan berhenti merengek pada Jinan sampai Jinan lelah mendengarnya dan mengiyakan ajakan pria tersebut.

Jinan dan Jiyong turun kebawah untuk makan siang di kantin. Sebenarnya ada banyak alasan Jinan menolak ajakan Jiyong tadi tapi pria itu benar-benar keras kepala.

Fool- K.J.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang