chapter 11 (new versi)

1.3K 127 4
                                    

Chapter 11:

Arhanitya new versi:

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA.

Gracias.

***

Hani melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. 15 menit lagi upacara akan segera di mulai, tetapi angkot yang sedang ia tumpangi belum saja berjalan, padahal sudah penuh tetapi supirnya ini tetap saja me-ngetem. Ia berpikiran untuk turun dan menaiki ojek online saja. Tetapi saat ini posisi duduknya berada di bagian paling pojok dan itu sangat susah sekali untuk turun.

Dengan sangat terpaksa, ia pun memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan menuruni angkotnya dengan sangat hati-hati, "permisi mas, permisi bu, maaf mbak." penumpang lain pun memberikan jalan untuk memudahkan Hani keluar dari angkot.

"Nih bang ongkosnya, lain kali jangan serakah penumpang ya, tau waktu juga bang kalau ngetem." ucap Hani sembari memberikan uang kepada supir angkot.

Hani pun berjalan kaki terlebih dahulu sejauh 50 meter untuk memudahkan lokasi ojek online.

Tinnn...tinnnn.

Hani terlonjak kaget dan menolehkan kepalanya kepada pengemudi motor ninja tersebut.

"Heh, anak dajjal! Kaget bodoh!" maki Hani kesal. Arhan pun hanya terkekeh.

"Ngapain lo?" tanya Arhan heran.

"Menurut lo?!" tanya Hani dengan nada tinggi.

"Sensi amat lo, cucu dajjal." ucap Arhan yang langsung mendapatkan cubitan keras dari Hani.

Arhan meringis, kemudian ia pun melirik jam tangannya. "Ayo bareng, gak akan keburu kalau naik ojol." Dalam hati Hani mengiyakan ucapan lelaki di depannya. Ia pun menaiki motor ninja Arhan dengan hati-hati, dan Arhan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

***

Upacara sedang berjalan dengan hikmat. Gerbang pun sudah di tutup. Dari gerbang, terlihat tidak ada murid yang berbaris di barisan paling depan yang merupakan barisan murid-murid telat ataupun murid yang tidak menggunakan atribut lengkap.

"Lo mau ketauan Bu Betty kalau diem disitu?" tanya Arhan membuyarkan lamunan Hani. Hani dengan refleks menggelengkan kepalanya.

"Ayo naik lagi, gue mau nyimpen motor di warung depan, nanti kita lewat gerbang kecil samping koridor kelas 10."

***

"Ar, kalau kita ketauan guru gimana?" tanya Hani dengan wajah was-was.

"Ketauan ya gak gimana-gimana, hadapi aja lah." balas Arhan enteng.

"Serius, bodoh!" ucap Hani sembari memukul bahu Arhan.

"Ssssttt."

Arhan membuka kunci gerbang yang di gemboki dengan sangat hati-hati. Jangan heran cowok itu punya kunci gembok dari mana, karena ia mempunyai berbagai macam kunci untuk dibutuhkan saat-saat terpenting, contohnya saat situasi seperti ini.

"Kita diem di lorong paling pojok, biasanya guru-guru jarang ngeliling sampai sana." ucap Arhan yang langsung di angguki oleh Hani.

"Yaudah, yuk keburu ketauan." Arhan menarik pergelangan tangan Hani, mereka berdua berjalan dengan mengendap-endap.

***

Upacara sudah selesai 15 menit yang lalu, Arhan dan Hani berjalan beriringan menuju kelasnya yang berada di lantai 2. Selama di koridor, Arhan tak henti-hentinya menjahili Hani membuat Hani menyikut bahkan menendang kaki laki-laki di sebelahnya ini.

"Gue gak habis pikir sama cewek, kenapa sih kalau selfie selalu megang dagu?" tanyanya heran.

"Iya lah, cewek lebih baik megang dagu, daripada megang omongan cowok, bahaya." Arhan yang mendengar jawaban Hani mendelikkan matanya tak setuju.

Mereka berdua sampai di dalam kelas dengan keadaan yang seperti sebelum-sebelumnya. Dari dulu sampai sekarang tidak ada yang berubah.

Di barisan pertama dan kedua, murid-murid rajin sedang membaca buku pelajaran maupun buku novel.

Di barisan ketiga, di isi oleh murid-murid yang kerjaannya cuma main ludo king, nonton film atau nge-ghibah.

Di barisan keempat dan kelima. Barisan ini di isi oleh murid-murid yang kerjaannya molor, ngopi di kelas, ngamen di kelas, mabar, mabal, itu bagi cowok. Kalau ceweknya sih kerjaannya make-up, ngaca, bikin konten buat menuhin instastory, dan bikin tiktok.

Hani berjalan menuju bangkunya yang berada di barisan ketiga, sedangkan Arhan di barisan ke lima.

"Lo gak di hukum kan Han??" tanya Latifa dengan nada khawatir.

"Lo kemana Han kok gak ada di barisan depan sih?" Velly pun ikut bertanya.

"Gue aman kok, gue bareng Arhan diem di koridor kelas 10." jawab Hani seadanya.

Sedangkan Arhan, setelah menyimpan tasnya cowok itu nyamperin kedua sahabatnya yang sedang nontonin vidio tiktok.

"Woi, cabut kuy, ngopi dulu di warbu." ajaknya yang langsung di setujui oleh Raka dan Rozan.

Sebelum keluar kelas, Rozan berjalan ke bangku Velly. "neng Velly, aa' ke warbu dulu ya, nanti aa' masuk kelas kok kalau pengen. Dahh, neng." pamitnya tak lupa ia pun mendekatkan tangannya lalu mengecup jauh kepada Velly. Velly yang melihat itu hanya bergidik jijik.

"Amit-amit ya Allah sing di jauhkeun!" ucap Velly.

"Ah munafik banget lo, di mulut mah amit-amit, di dalem hati mah beda lagi." sahut Latifa membuat Hani yang mendengarnya hanya terkekeh menyetujui.

10 menit kemudian guru yang mengajar datang, semua murid duduk dengan rapih dan memperhatikan dengan seksama apa yang guru sampaikan. Setelah selesai menjelaskan, barulah mereka mencatat catatan yang ada di papan tulis. Setelah mencatat, mereka mengerjakan soal-soal. Begitulah seterusnya sampai bel pulang berbunyi.

***

ArhanityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang