Sang Pendusta

172 0 0
                                    


 "Sebenarnya, apa tujuan dari perkumpulan ini?"

"Kita tidak lain hanyalah sekumpulan yang bercerita tentang manusia."

"Kenapa kalian gemar sekali bercerita perihal makhluk pendosa itu?"

"Entahlah, mungkin sudah takdir bagi kita untuk melakukan ini."

"Berhubung kamu anggota baru, bagaimana kalau cerita dimulai dari kau?"

"Eh? Bukankah seharusnya anggota lama lah yang bercerita terlebih dahulu? Lagian aku belum tahu menahu mengenai aturannya."

"Kau hanya harus bercerita, tidak ada aturan dalam bercerita. Jikalau ada, gunakanlah bahasa yang jelas dan mudah dimengerti."

"Hh.. begitu ya." Anggota baru itu menarik nafas panjang, lekas membuangnya pelan. "Baiklah, sebagai anggota baru, mungkin tidak ada salahnya untuk bercerita duluan ditambah lagi mungkin hanya aku satu-satunya yang masih mud-"

"Sudahlah cepat cerita! Jangan curhat segala."

Anggota baru itu batuk, seakan di buat-buat. "Baiklah kalau begitu.."

"Ini kisah tentang Sang Pendusta.."

SANG PENDUSTA

Di suatu keramaian, dimana orang-orang mengerumuni seseorang yang nampak sangat familiar dan terpandang atas marga keluarganya. Sosok itu asyik sekali mengumbar tentang apa yang ia miliki, walaupun ia sadar bahwa setiap ucapan yang ia lontarkan hanyalah kebohongan belaka. Tak lebih dari itu, ia hanya menutupi kebohongan dengan kebohongan.

Sosok ini lebih dikenal dengan sebutan Liontari Permatasari. Di tengah usia pubernya, ia bermain-main dengan kebohongan, walau ia sadar penuh dengan setiap perkataan dusta yang ia lontarkan. Ia benar-benar hanya menginginkan perhatian dari banyak orang, terutama orang terdekatnya.

Hal yang menarik darinya adalah kecerdasan untuk memanipulasi keadaan, walau dapat di artikan sebagai pengecohan. Tetap saja hal yang dilakukannya bukanlah perkara yang baik dan tidak patut dicontoh.

Ia begitu pintar dalam mengecoh dan membalikkan fakta, bahkan orang-orang pun sepertinya mudah sekali terjeblos dalam kebohongannya.

Hari berlanjut hari, dustanya semakin menjadi. Ia begitu antusias untuk memamerkan khayalannya pada orang-orang. Dengan bercerita bahwa ia adalah seorang putri dari saudagar kaya yang katanya sedang belajar hidup mandiri disebuah kos-kosan kecil, bertahan hidup.

Seandainya ada seseorang yang berniat untuk mengumbar kebohongannya. bagaimanapun, ia menghalalkan segala cara untuk menutupinya.

Hingga pada suatu hari, ia bertemu dengan pangeran impiannya. Pria yang ia idamkan pun sepertinya tergoda akan parasnya. Entah bagaimana, mereka akhirnya menjalin suatu hubungan. Yang kian lama, makin menuju ke jenjang yang lebih serius.

Pria itu melamarnya, dan mengatakan bahwa siap menikahinya jika dipertemukan dengan kedua orang tuanya. Namun gadis itu menolak, katanya "Orang tuaku sedang sibuk kerja diluar negeri untuk waktu yang sangat lama, dan mungkin 4-5 tahun baru kembali."

"Tak apa.." kata pria itu, "Setidaknya aku bisa bertemu dengan mereka walaupun harus menunggu selama itu."

Mendengar hal itu, si gadis ini memutar otak untuk membuat dusta dalam dusta yang berkelanjutan. "Mereka itu sangat sibuk loh, aku bahkan tak bisa menjamin kau dapat bertemu dengannya. Kita langsung saja menikah."

Entah mengapa, pria itu agaknya kesal mendengar perkataannya. Mungkin ia pun berfikir bahwa, "mana ada orang tua yang tidak peduli pada anaknya, terutama di kebahagiaan terindah ini."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Meja Cerita - Kisah Sifat ManusiaWhere stories live. Discover now