Chapter - 14

36 2 0
                                    

Istrinya sudah merawat nya itu yg di pikirkannya. sesaat ia melupakan itu dan beranjak dari tempat duduk nya menatap dunia dari lantai atas gedung kantornya. seketika lamunannya senyap dari pikirannya saat line nya berdering ada chat yg masuk dan kontak ini rilzas tak mengenalinya, dia membuka chat itu dan melihat ini dari siapa dan kontak baru masuk ini adalah kontak yg pemiliknya seorang wanita. Ril mulai membaca apa yg dikirim oleh seorang itu...
[ Hy ! aku yg tadi,kau ingatkan !! ]
Acel senang pesannya dibaca tapi..kok tiba-tiba kontaknya di blokir dan acel tak terima dengan kalau kontaknya di blokir dia mencoba untuk menambah kan kontak Ril kembali,tanpa menunggu apapun dia langsung mengirim foto selfie mentel miliknya..lain di baliknya ril melihat pemberitahuan masuk yentang Acel dia kembali memblokir kontak Acel sekaligus miliknya jugak..dia terpaksa melakukan itu karena gara-gara perempuan itu,padahal banyak yang di perlukannya pada akun line lamanya itu karna banyak teman bisnisnya disitu..
Yang memuakkannya ada foto2 yg kirimkan untuknya..rasanya Ril mual saat melihat nya..hanya menunggu sampai detik2 muntah. Lima detik kemudian Ril bener2 muntah😐.
"Gila ni cewek. Dikira gua suka apa sama foto gituan,jgn harep..huwulleeaakkkkkk.😨😵"
Dipikir2 Ril tidak bisa memblokir kontak yg ini..sangat susah untuk menemukan kontak pebisnis lainnya..terpaksa handphone nya harus menerima terus pesan masuk dari Acel,tapi..kira2 bisa dapet akun dari mana..itu timbul di pikirannya Ril.kenyataannya Acel tak mengembalikan kartu nama Rilzas. Rasa tertarik yg membuat tak ingin mengembalikan kartu nama ril lagi pula ril seorang pegusaha dan sebaliknya Acel tak semudah itu melepaskan seseorang seperti yang begitu mempesona.


                                  ×××


      Banyak pemberian dari keluarganya termasuk banyak hal yang harus disampaikannya kepada anaknya,tapi...karna kesibukkannya rikardi tidak sempat untuk mengutarakan ini. Sudah beberapa bulan dirinya tak mengunjungi rumah anaknya dan ada hal yang ingin di serahkan untuk anaknya yg sudah berumah tangga ini. Rikardi sedang berada di ruang kerja sahabatnya dan juga sedang menikmati secangkir teh, sudah lama mereka berdua tidak minum teh bersama.

         Warta juga merasakan hal yg sama seperti sahabat nya,mereka masib menikmati teh tanpa membahas sesuatu. Rikardi mulai selesai dengan teh nya dan mulai menyapu mulut pelan dengan tangan untuk bekas setetes yg tertinngal.

"Bagaimana kabarmu warta?"
Sambil tersenyum Rikardi menanyakan kabar temannya ini.

"Kabarku baik, bagaimana dengan kabarmu sendiri?"
tanya warta berbalik ke Rikardi, mereka saling tertawa setelah menanyakan keadaan masing2.

"Lucu juga ya rik, kita sudah tua dan juga sudah besan, rasanya terlalu lucu kalau kita berbicara ala kadarnya besan!"

Warta menjelaskan sikapnya mereka berdua, Rikardi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Bener kamu arta, kita terlalu tampan untuk cepat tua."
Tawa mereka meledak di antara keduanya sudah lama sekali bagi mereka berdua untuk bercanda seperti ini, sungguh bagaikan mimpi.

Dari jalan yg terburu2 raka ingin cepat memberikan surat2 ini untuk papa karna raka ingin kesuatu tempat, sambil berjalan raka melihati jam tangannya. Raka menekan tombol lifs dan ia pun masuk. Pintu lifs terbuka ia keluar dg tergesa2 sampai di depan ruangan papa dirinya berpapasan dengan rikardi teman papanya ini. Rikardi langsung berjalan tanpa melihat Raka yg sedang memandangnya. Sepertinya Raka pernah melihat lelaki itu tetapi dimana ya?, timbul tanda tanya dipikirannya. Raka mengetuk dan langsung masuk, ia melihat papa sedang menghabiskan tehnya. Raka langsung saja meletakkan surat itu di atas meja kerja papa.

" Pa, Raka langsung pamit aja yah ! "
Raka sudah memegang pintu, namun dia terhenti sesaat dan berbalik kembali.

" Pa! yg tadi itu siapa? "
Tanyanya sambil menunjuk keluar.

" Dia itu besannya papa, kau tau kan. Mertuanya kakakmu, mau kemana kamu?, ini berkas apa yg kamu bawa ??"
sambil mengambil berkas tersebut dan duduk di kursi kerjanya.

" Adalah, pa! "

Raka langsung keluar.


Sampai di parkiran Raka masih teringat dengan besan papa, jadi itu orang tuanya Zahrina. Sama sekali gak mirip ! Raka masuk kemobilnya dan melaju pergi meninggalkan perusahaan papa. Dia sebetulnya ingin kesuatu tempat toko dan toko itu adalah petshop. Dia memakirkan mobilnya dengan baik dan Raka keluar dari shop itu dengan seekor kucing di tangannya. Ia memilih kucing anggora berwarna putih dan mata nya yg berwarna biru keabu2an, Pikirnya sangat cocok dengan zahrina ! Raka sangat senang sampai tak terlalu memerhatikan seorang menabraknya, ia malah tak memperdulikan karna perempuan itu hanya menabrak bahunya saja, tapi perempuan itu menghentikannya dan Raka berdiri dan menatap perempuan itu.

"iya, ada apa ?"
Tanya raka kepadanya perempuan itu tersenyum dan menjulurkan tanyanya.

" Saya Acel. "

Raka heran, ia membalas juluran tangan acel.

"Raka."

jawabnya singkat.

"maaf yah, tadi aku nabrak kamu.maaf yahh.."

sambil tersenyum ingin tebar pesona istilahnya.-_-

Raka hanya mengangguk dan pergi begitu saja,ia menyalakan mobilnya dan melaju pergi.  Acel masih terdiam memandanggi Raka yg pergi menjauh dari pandangan matanya. Acel tersenyum dia yakin  Raka akan tertarik dg kecantikkannya. Padahal tidak, Raka tak lagi memikirkan Acel yg dia pikirkan dari tadi itu bagaimana dirinya akan memberikan kucing ini untuk Zahrina.


                      Dia mungkin juga tidak memberitahukan kalau ia akan datang sekarang. Sikapnya begitu karna dia ingin memberi kejutan walau nantinya itu bukanlah kejutan yg spesial. Dia seperti biasa memakirkan mobilnya dilingkungan rumah kakaknya yg ia tau kalau pagi sampai sore kakaknya tidak ada di rumah, dengan senang hati mengambil kucing yg ada di dalam kurungan dan berjalan menuju pintu utama. Ia selalu menoleh kearah ruangan atau jendela yg waktu itu. Entah dari mana datangnya keajaiban itu?  melihat ke arah yg seolah menjadi patung saat  melihat wajah zahrina walau pandangan itu jauh. Masih ada kesempatan Raka mengambil gambar Zahrirna tanpa sepengetahuan Zahrina. Gambar yg diambilnya sangat bagus, walau dari jauh kecantikkan zahrina seolah sangat dekat.

Pandangan lurus memandang taman dikalangan rumahnya. Hari ini juga Zahrina baru memainkan piano, ia memakai cadar hari ini, biasanya ia tak memakainya waktu bermain piano. beberapa saat ia memainkan piano, bel rumahnya berbunyi, ia akan menunggu panggilan dari mbak Kati, siapa yg datang ? kepastiannya benar mbak Kati mencarinya.

"Maaf,menganggu nona.Ada yg ingin bertemu dengan anda."

Zahrina hanya mengangguk, mbak Kati berlalu dan zahrina sendiri keluar dari ruangannya saat sampai di ruang tamu yg ia dapati adalah raka. Ia mendekat dan duduk berhadapan dengannya. Walau ada sedikit rasa canggung selalu datang Raka mencoba untuk mengisi.

" Hari ini juga aku datang lagi, apa aku menganggumu ??"

tanyanya kepada zahrina. lama ia menunggu jawaban, tapi tak ada jawaban sedikitpun hanya ada jawaban bisu, ZAhrina hanya mengeleng.

"Ah iya, ini ada hadiah dariku untuk kakak ipar.!!"

ia menyerahkan kucing itu yg masih ada dalam kurungan.

"terimakasih"

ucap Zahrina.

Raka mulai mulai berbicara saat melihat zahrina mengeluarkan kucing itu dari dalam keranjang, seperti nya dia suka ! pikir raka. Raka membahas tentang masa2 kuliah di universitas dulu, mereka tidak menyadari kalau Ril sudah lama memandang mereka berdua, tanpa peduli apapun Ril berlalu menuju ruang kerjanya hanya saja raut wajah Ril terlihat kesal saat melihat Zahrina bersama Raka. Ril membuka pintu ruangannya dan melempar jasnya kesofa, dia duduk sambil menyandarkan punggungnya dan memandangi smartphone untuk menelpon seseorang.


Zahrina SyalwaaisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang