16. Musuh lama membawa berkah

8.5K 1.6K 85
                                    

Aku bersikap layaknya anak kecil semata-mata hanya ingin menghiburmu. Namun ada kalanya aku akan bersikap dewasa demi mencintaimu agar tidak pernah merasa terluka.

Ibu-ibu komplek dengan berbagai macam tingkah lakunya pasti akan menjadi buah bibir oleh semua orang yang melihat. Tidak terkecuali Lila. Disaat-saat pagi semua orang sibuk membersihkan rumah, dia dengan seenaknya pergi menggunakan motor matic milik Karim. Tentu saja dengan Aneska dalam gendongannya.

Hari ini dia berniat akan memasak banyak menu makanan. Dengan alasan karena hari ini adalah ulang tahun pertama Aneska. Memang Lila tidak berniat membuat pesta besar. Karena dia pun tahu, membuat sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Akan tetapi tidak ada salahnya dia membuatkan nasi kuning untuk putri kecilnya itu.

Karena sejak kecil sampai dia seusia sekarang, belum pernah satu kalipun dia merasakan pesta ketika ulang tahun. Mendapatkan sebuah ciuman serta doa dari Ibunya saja ketika dirinya berulang tahun sudah menjadi hal yang luar biasa. Namun apa salahnya jika sedikit saja dia memberikan lebih baik kepada Aneska. Setidaknya putri kecilnya itu tahu, Ibunya bersyukur bisa memilikinya saat ini.

"Wah, pagi-pagi mau ke mana?" tegur Bitha di depan rumahnya sambil menunggu Barra yang sedang sibuk memakai sepatunya sebelum berangkat kerja.

Lila tersenyum sekilas. Memelankan jalan laju motor maticnya. "Mau ke depan sebentar."

"Oh gitu,"

"Duluan ya Mbak," suara Lila.

Bitha membalasnya dengan senyuman. Namun tidak dengan Barra. Tatapan menilainya tidak bisa diremehkan.

"Istrinya Pak Karim?" tanya Barra menghampiri Bitha untuk mengambil tas kerjanya.

"Iya. Mamanya Aneska. Tahu nggak yang, di komplek ini rata-rata kan anaknya laki-laki. Terus dia doa yang anaknya perempuan. Jadi semacam primadona gitu," cerita Bitha geli.

"Apa perlu kita buat anak perempuan juga?" goda Barra.

"Apaan sih? Selama Mas Abi belum bisa mengurus dirinya sendiri, kita harus fokus kepadanya dulu. Cukup kemarin aku lalai menjaganya," jelas Bitha penuh penyesalan.

Barra menariknya ke dalam pelukan. "Pagi-pagi dikasih muka sedih gitu. Gimana aku mau semangat kerja?" kekehnya geli.

"Iya, maaf," balas bitha dengan pelukan erat.

"Semua orang pasti pernah salah, Yang. Bukan hanya kamu, aku pun pernah. Tapi bagaimana cara kita agar kesalahan itu bisa jadi pelajaran untuk lebih baik ke depannya." ucap Barra sambil mencubit gemas hidung mancung Bitha.

"Makasih ya,"

"Sama-sama,"

"Kamu hati-hati ya di jalannya,"

Barra mengangguk. Dia masuk ke dalam mobilnya untuk bergegas pergi ke kantor. Akan tetapi saat sudah berada di dalam mobil, Barra menurunkan kaca mobilnya lebar.

"Bu.." panggil Barra.

"Iya.."

"Terima kasih,"

"Untuk?" tanya Bitha bingung.

"Karena telah menjaga auratmu di depan umum. Sehingga tugasku menjadi lebih ringan," jawab Barra.

Laki-laki itu menatap tubuh Bitha dari atas sampai bawah dengan penuh senyuman. Istrinya itu tetap terlihat cantik walau hanya memakai baju berbahan kaos yang panjang menjuntai hingga mata kakinya. Lalu kerudung yang menutupi kepala Bitha hanya sebuah kerudung instan yang besar sampai menutupi bagian perutnya.

PERAN - 2 (PERFECT FAMILY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang