5

615 29 0
                                    

"Kasus yang menimpa Audrey tidak jauh beda dengan Kayla, Yan", ucap Liam lirih.

DEG!

Ian teringat kejadian yang menimpa Keyla dulu, persis seperti di posisi Audrey saat ini, dan sampai akhirnya peristiwa itu terjadi.

"Lo harus jaga dia yan", Liam berpesan.

Ian dapat melihat gurat kesedihan yang terpancar jelas dari mata Liam, sahabatnya memang tegar, ia dapat hidup bahkan menutupi segala rasa sakitnya tanpa sepengetahuan orang lain.

"Gue janji", ucap Ian.

"Bagus", jawab Liam disertai senyum yang mengembang.

Senyum mereka merekah. Dalam hati Ian bertekad untuk menjaga Audrey walau taruhan nyawanya sekalipun.

***

Di pagi yang cerah Audrey melangkah seorang diri menuju sekolah, namun di tengah perjalanan suara klakson motor terus meneriakinya, ia nampak kesal sebab suara itu begitu mengganggu.

Ia berbalik dan menemukan sosok yang akhir-akhir ini selalu mengganggu dengan cara memberi sepercik warna baru dalam hidup.

"Ternyata dia", gumamnya.

"Ayo berangkat", ajak Ian disertai senyuman yang tak pernah absen dari wajahnya.

"Kamu kan bisa manggil Yan, kenapa nglakson terus?, berisik tau", ucap Audrey.

"Oh jadi kamu terganggu?", tanya Ian.

Seketika mata Audrey membelalak ketika mendengar pertanyaan yang diajukan Ian.

"Eh, bukan gitu yan. Ngga ko, jadi tu tadi maksud aku-", Audrey berusaha menjelaskan.

"Iya aku paham, ayo berangkat", potong Ian.

Kemudian Ian menyodorkan sebuah helm untuk Audrey, namun yang dilakukan Audrey hanya diam dan menatap helm itu tanpa ingin mengambilnya.

"Loh kok ngga diambil helmnya?, mau aku pakein?", tanya Ian dengan nada menggoda.

Audrey segera mengambil helm itu,"Ngga usah makasih", jawab Audrey.

Ian terkekeh karena tingkah Audrey. Ian begitu menyukai Audrey, dari caranya gadis itu terkejut, takut, sedih maupun bahagia. Terlebih saat Audrey merasa kesal maka ia akan menghentakan kaki berulang kali dan menggembungkan pipi.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?, jadi berangkat engga?", tanya Audrey.

"Eh, iya jadi", ucap Ian mulai tersadar.

Audrey kemudian duduk di belakang Ian, saat ia hendak memindahkan tasnya yang akan digunakan sebagai pembatas, tiba-tiba saja tangannya ditarik Ian ke depan. Seketika ia tertegun saat mendapat perlakuan seperti ini.

"Pegangan biar ngga jatuh", ucap Ian.

"Yan, ngga enak posisinya", jawab Audrey jujur.

Saat audrey hendak melepaskan lingkar tangannya segera mungkin Ian mengegas hingga membuatya terdorong ke depan, refleks iapun semakin mempererat pegangan.

Audrey  (Completed) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang